🫀 HAPPY READING 🫀
hari demi hari nindi lalui dengan penuh luka. tak ada yang sembuh dari dalam dirinya, setiap ia mencoba untuk berdamai. ntah kenapa, luka itu selalu kembali.
dan nindi memutuskan, untuk tidak pernah sembuh... sampai kapanpun.
tak terasa, nindi menginjak bangku kelas 11. ia sangat menikmati masa-masa SMA ini. orang bilang, masa smp lebih indah. tapi nyatanya? hanya masa SMA lah nindi bisa merasakan apa itu teman, kebahagiaan, rasa saling membantu.
ia sangat beruntung, bisa dipertemukan orang seperti Ansel, Caca dan risya.
setidaknya, ia masih mempunyai rumah untuk berteduh.
tak terasa juga, hari ini adalah hari satu tahunnya Ansel dan rafael berpacaran.
mereka bertiga menjadi saksi bagaimana perjalanan cinta mereka. tak ada satu kekerasan yang Ansel dapat dari rafael.
kini mereka merayakan hari itu, di sebuah taman yang dihiasi hiasan sangat cantik.
nindi terpana melihat keindahan yang ada di taman itu, ia ingin memiliki lelaki seperti rafael.
tapi, apa mungkin ada lelaki yang ingin menerima perempuan banyak luka sepertinya? kalau memang ada, mungkin ia tak pantas juga untuk mendapatkannya.
Tingg
ponsel nya bergetar, menandakan ada sebuah notifikasi yang ada di ponselnya.
segeralah nindi membuka ponselnya, dan ternyata notifikasi itu berasal dari kala.
ada rasa sesak yang muncul di dalam dirinya, ia begitu jahat. ia sudah membuat seseorang menunggu kepastian darinya.
"maaf kal" batin nindi
mau seribu kali ia ucapkan kata itu, mungkin tidak bisa tergantikan oleh rasa sabar yang kala pendam selama ini.
saat asyik melamun, Caca dengan sengaja menyenggol lengannya yang membuat lamunannya terbuyar "ngelamun Bae bang" ucap Caca di tengah sela ia mengunyah makanan.
nindi melirik sekilas makanan yang ada di tangan Caca yang terlihat menggoda "eh ca, itu ada apa?" tanya nindi dengan menunjuk ke arah lain.
Caca mengikuti arah tunjuk nindi, tak menyiakan kesempatan. nindi mengambil makanan yang ada di tangan Caca lalu berlari menghindar Dari Caca.
"mana sih anjir, ga ada apa-apa" Caca menoleh ke arah nindi berada, tetapi ia tak menemukan keberadaan temannya itu.
ia Pun juga menyadari bahwa makanan yang ada di tangannya hilang begitu saja "NINDI!!" pekik Caca hingga seluruh orang yang berada di sana menolek ke arahnya.
dan Caca berakhir mengejar nindi supaya makanannya bisa kembali, padahal makanan yang tadinya nindi ambil dari dirinya sudah habis dimakan oleh nindi.
semua orang yang menyaksikan tingkah lucu mereka pun ikut tertawa.
🫀🫀🫀
"busett, lama-lama ini pelajaran bukannya masuk otak malah masuk perut sampek kekenyangan. pengen muntah aja lah" gerutu nindi yang sedari tak paham dengan soal matematika yang diberikan oleh guru mata pelajaran.
"alah, cemen bat lo monyet. gitu doang ga bisa" nindi melirik sinis dengan gaya Caca yang sangat sombong itu.
nindi mengangkat tangannya "kamu bisa menjawab nindi? silahkan maju kedepan" nindi menggeleng.
"bukan Bu, tapi Caca. katanya dia bisa semua rumus matematika" sontak Caca melebarkan matanya, ia memukul lengan nindi.
"oke Caca, kamu bisa maju kedepan"nindi melirik ke arah caca yang sedang gugup itu dengan senyuman tipis.
"emang enak, mangkanya ga usah sok-sokan monyet. tau rasa lo"
"fak kata gue teh" ucao Caca dengan mengacungkan jari tengahnya lalu maju ke depan.
di depan, Caca terus saja menggarukkan kepalanya. nindi yang melihat aksi Caca itu terkekeh.
"sudah-sudah, kamu kembali saja. biar ibu jelasin" Caca tersenyum "baik Bu" lalu Caca mengundurkan diri dan kembali ke bangkunya.
"sialan kata gue teh"
"kenapa ci cayang, kok mayah-mayah" nindi mengunyel-unyel pipi Caca.
"nindi!" kesal Caca.
dan penjelasan dari guru matematika itu di mulai, tetapi bukannya mendengarkan Caca dan nindi malah asyik bertidur ria.
Risya dan ansel yang melihatnya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. pantas aja ga pernah paham, pikir Risya.
🫀🫀🫀
nindi berniat pulang sekolah hanya dengan berjalan kaki sekaligus ia ingin memenangkan pikirannya dari segala tugas yang membantai dirinya.
"baru beberapa bulan masuk kelas sebelas aja tugasnya udah seamburadul ini, apalagi harus bertahan setahun" gumam nindi.
"gue ga kuat lagi, serius. gue muak sama tugas, lama-lama gue bisa gila kalau kayak gini"
"kapan war is overnya!!! ini sangat melelahkan, omayguddd"
"kalau gue di kasih uang se truk, gue ikhlas lahir batin. tapi kalau tugas? gue ngelambain tangan aja dah"
"tugas oh tugas, kapan lo ngalih" begitulah gerutu nindi sepanjang jalan.
hingga akhirnya, tak sengaja ia salah fokus oleh salah satu objek yang ada di depannya.
untuk memastikan, nindi mendekati dan mulai membaca.
Deg
"Cakra dan amerta?" gumam nindi.
"gak, gak. gak mungkin mereka menikah, mereka masih setara sama gue"
untuk memastikan benar atau tidak, nindi masuk ke dalam gedung.
dan benar saja, orang yang notebane nya sebagai sahabatnya itu telah bersanding dengan perempuan.
sakit, seakan kakinya tak mampu menahan beban tubuhnya. ingin ia jatuh sekarang juga, tolong bangunkan dia, tolong yakinkan bahwa ini semua mimpi.
banyak orang yang sedang menatapnya, bagiamana tidak? ia tak memakai baju pada umumnya melainkan memakai baju Pramuka.
tak kuat melihat hari kebahagiaan mereka, nindi berlari keluar gedung dengan membekap mulutnya.
TBC
gilekkkk, omongan lelaki emang ga bisa di percaya ya👿
yang senasib sama nindi, bisa kali vote nyaaa😙🤟
KAMU SEDANG MEMBACA
SERIBU LUKA [END]
Teen Fictiongadis yang tumbuh diiringi seribu luka, gadis kecil yang di paksa dewasa oleh keadaan.