32

71 4 0
                                    

🫀 HAPPY READING 🫀

Caca berkali-kali berdehem yang membuat kegiatan menulis nindi terhenti.

ia menoleh pada Caca yang tersenyum tanpa arah, karena takut temannya ini kesurupan. nindi menoyor kening Caca

"mesam mesem, kesurupan Lo?" ucapan nindi seakan tak berarti bagi Caca.

justru Caca semakin menjadi-jadi, ia menyikut-nyikut lengan nindi yang membuat nindi menahan amarahnya.

"Lo kenapa sih Caca sayang?" ucap nindi yang mencoba untuk bersabar.

"ada yang berangkat bareng nih, tadi pagi" nindi mengernyit tak paham, selang beberapa menit setelah ia mencerna.

nindi kembali menulis tak menghiraukan ucapan Caca yang tak berguna.

"awas, nanti jatuh cinta..." ucap Caca dengan menggunakan nada yang membuat nindi membekap mulut Caca.

"berisik Lo ah!" nindi menatap tajam caca yang sedang menahan senyum.

Caca berusaha melepaskan tangan nindi dari mulutnya "cie cie, salting nih ye" ucap Caca.

tiba-tiba, benda yang berasal dari depan itu melayang ke arah caca.
Caca segera menghadap depan dan melihat bahwa guru yang sedari tadi di depan melihatnya dengan tatapan tajam.

Caca meringis tak bersalah dengan menggaruk rambutnya yang tak gatal "eh ibu" ucap Caca dengan menampilkan deretan gigi.

"sudah ceritanya?" ucap Bu ratna dengan tangan yang bersedekap di depan dada.

Caca menggeleng "daritadi saya ga cerita kok Bu, tapi berpidato" Bu Ratna tak menghiraukan ucapan Caca, ia kembali menjelaskan materi kepada siswanya.

nindi melirik sinis Caca "orgil" ucap nindi yang membuat Caca melebarkan matanya.

"BEWAN LO SAMA GUE!" pekik Caca secara tak sadar, saat menyadari semua orang melihat ke arahnya.

Caca pun menunduk malu yang membuat nindi terkekeh.

🫀🫀🫀

nindi melangkahkan kakinya ke arah rooftop disaat sekolah sudah mulai sepi.

pikirannya terbayang-bayang dengan ucapan bono, tanpa sadar ia meneteskan air matanya.

flashback on

nindi menuruni anak tangga dengan berpakaian seragam lengkap dan menggendong tas-nya dengan satu bahu.

ia dapat melihat bono dan perempuan yang ia labrak kemarin sedang berada di ruang makan yang sedang bermesraan.

nindi menghela nafasnya berat, lalu ia melangkah mendekati ruang makan.

ia menarik kursi lalu menduduki kursi itu dihadapan Bono.

"mulai besok, saya tidak akan membiayai kehidupan mu. termasuk sekolah mu. tetapi saya masih mengijinkan kau untuk tinggal disini" seketika nindi menatap bono dengan tatapan bingung.

"apa maksudnya pa? nindi anak papa, udah seharusnya papa membiayai kehidupan nindi. kenapa papa se tega itu pada nindi?"

bono menatap nindi yang sedang menatapnya juga "itu salah kau sendiri! kenapa kau menyakiti pacar saya? kenapa kau mengganggu kehidupan saya? itu semua akibat yang harus kamu tanggung" seketika tawa hambar nindi pecah.

"hanya karena perempuan najis seperti dia, papa tega melakukan ini pada nindi"

Plakk

bono melayangkan pukulan dengan keras di pipi nindi, seketika air matanya jatuh tanpa ia suruh.

"KENAPA?! KENAPA PAPA GA TERIMA?! YANG NINDI UCAPKAN MEMANG BENAR!"

bono mengacungkan jari telunjuknya. ke arah nindi "jaga ucapan kau! atau kau bisa mendapatkan yang lebih dari ini"

nindi tersenyum miring dengan mata yang berlima air mata "papa mau apa? mau botakin nindi lagi? mau cambuk nindi lagi? mau mbenturin nindi lagi? nindi ga takut pa! nindi udah terbiasa dengan itu semua!"

lalu nindi menatap ke arah perempuan yang berada di sebelah Bono.

"puas Lo?! PUAS UDAH BUAT HIDUP GUE HANCUR?! PEREMPUAN JALANG KAYAK LO SEHARUSNYA BERADA DI SAMPAH! BUKAN DISINI!" ucap nindi yang menatap perempuannya itu dengan tatapan tajam.

lalu dengan sengaja, nindi meludah tepat di depan wajah perempuan itu yang membuat bono marah.

"ANAK KURANG AJAR!" teriak bono, tak menghiraukan ucapan bono, nindi melangkah keluar rumah untuk berangkat sekolah."

flashback off

nindi menghapus air matanya yang terus menetes "gue harus cari kerja dimana?" lirih nindi.

"kenapa hidup gue kayak gini? gue capek. kenapa gue ga diijinin buat bahagia?"

"kenapa setiap gue mencoba untuk sembuh, luka itu selalu datang? kenapa dia selalu ngukir luka itu di raga gue?"

"emang bener, mau sampai kapanpun gue ga akan sembuh" nindi menjatuhkan tubuhnya dan menggelamkan kepalanya di lipatan tangan.

tak lama, suara tetesan air hujan membasahi tubuhnya.

ternyata semesta mendukung dirinya untuk bersedih kali ini.

ia menangis sejadi-jadinya mengeluarkan semua suara yang ia pendam.

hingga akhirnya nindi tak sadarkan diri, karena terlalu lama berada di bawah hujan.

TBC

SERIBU LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang