32. Fira Has Changed

60 2 0
                                    

Alvan’s Pov
Indra’s House
00:00 WIB

“Jangan kak! Jangan!” Aku terbangun dan beringsut mendengar suara seseorang. “Jangaaann!” aku membuka mata dan mengeriyip ke arah anak perempuan yang setahun lebih tua dari Canny.

“Fira, wake up!” kataku mengguncang tubuhnya, Fira membuka matanya dan langsung memelukku. Hal yang semakin tak ku mengerti, dia menangis. Tatapanku langsung tertuju pada Alvin yang memutar bola matanya malas dan kembali tidur.

Hey dimana kekhawatirannya?

Sudahlah, lupakan saja tentang Ice Man dan fokus pada Fira. Aku merengkuhnya semakin erat dan mengecup puncak kepalanya berulang kali. Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Sudah dua minggu Fira selalu seperti ini, dia sangat gelisah dan tidak tidur dengan nyenyak. Dari perkataannya tadi, bukankah itu berkaitan dengan pembullyan?

Sayangnya Fira tidak mau mengatakan apapun padaku, terutama tentang pembullyan. Dia selalu mengalihkan pembicaraan dan bahkan mengatakan padaku terang-terangan bahwa ia baik-baik saja dan tidak mengalami perundungan. Tapi sikap yang ditunjukkannya padaku tidaklah sebanding dengan perkataannya, ia jadi lebih pendiam dan selalu murung.

Aku semakin yakin bahwa ia masih menerima perlakuan buruk dari kakak kelasnya. Tapi, bagaimana aku bisa melakukan sesuatu jika Fira saja tidak mau mengatakan apapun padaku?
“Fira tenang ya, Mas Alvan disini. Kau aman dan kembalilah tidur.” Fira mendongak, aku tersenyum dan menghapus air matanya. Melihatnya seperti ini, siapa yang akan percaya bahwa dia baik-baik saja?

“Mas janji ya tidak meninggalkan Fira?”

“Ya, Mas janji selalu ada disini untukmu.” Fira tersenyum, ia memelukku sekali dan kembali berbaring di sebelah Alvin yang tak tampak terganggu sama sekali. “Tidur dan jangan pikirkan apapun.” Fira mengangguk dan memejamkan matanya, ku kecup keningnya dan membenarkan selimutnya.

Pandanganku teralih ke arah Alvin, bisa-bisanya dia anteng dan tidak terganggu sama sekali. Aku turun dari tempat tidur dan menarik tangannya, Alvin membuka matanya dan menatapku dengan wajah kesalnya.

Aku memberinya kode agar mengikutiku ke kamar Mama yang ada di sebelah, Alvin mendengus dan menurutiku. Kami berjalan menuju kamar Mama melalui connecting door dan menguncinya.

“Ada apa? Mengganggu jam tidurku saja.”

“Kau tampak tenang-tenang saja? Dua minggu, Alvin! Dua minggu dia mengigau dan sikapnya berubah. Tidakkah kau merasa khawatir padanya? Tidakkah menurutmu dia menyembunyikan tentang perundungan itu?”

Alvin menatapku dengan sebelah alis terangkat, “Apa yang harus ku khawatirkan? Dia bilang baik-baik saja kan? Lagipula dia tidak membahas tentang perundungan atau apapun itu.”

“Aku tau semua ini ulahmu.”

Kakak kembarku ini memutar bola matanya malas, “Mau bagaimana lagi? Semua orang membencinya dan melakukan perundungan padanya. Tentu saja dia pantas menerimanya.”

Kedua mataku membulat sempurna mendengarnya, “Enough, Alvin!” ku dorong tubuhnya hingga ia mundur beberapa langkah. “Sudah cukup, Alvin! Hentikan semua ini! Kasihanilah Fira, dia sangat tertekan dan ketakutan. Jika kau tidak menghentikannya, psikisnya benar-benar terganggu.”

Alvin menyeringai, “Justru itu yang ku inginkan.” Aku menatapnya sedih, kenapa tidak ada rasa bersalah sama sekali dalam sorot matanya itu? Terlepas dari pembalasan dendamnya, tidakkah dia melihat perbedaan antara Fira dan Bunda Maya?

“Fira juga adikmu Alvin, dia memiliki posisi yang sama dengan Canny. Jika kau bisa menyayangi Canny, kenapa kau tidak bisa menyayanginya?”

Alvin menggeleng, “Dia tidak memiliki posisi yang sama dengan Canny. Ah bahkan Princess kesayanganku terlalu berharga untuk disandingkan dengan putri model pakaian dalam itu.”

Second Love : The Last MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang