Alvin’s pov
18:00 WIBMakan malam bersama baru saja selesai, sekarang aku membantu Mama mencuci peralatan makan di dapur. “Ma, besok Alvin dan Alvan menginap di rumah Papa.”
Mama menatapku dengan senyuman, “Ya sayang.” Tiba-tiba ekspresi Mama berubah serius. “Kau sudah berbaikan dengan Papa? Mama dengar kalian berdua bertengkar karena informasi tentang Bunda.” Aku menatap Mama beberapa detik, haruskah aku terkejut karena Mama mengetahui semuanya? Hey, tapi bisa saja Mama hanya tahu tentang informasi mengenai Maya pada Fira.
Sebenarnya bukan itu inti utama pertengkaranku dengan Papa beberapa hari lalu.
“Bukan itu sebabnya, Ma. Ada suatu hal yang membuat Alvin marah pada Papa.” Aku menatap Mama yang memperhatikanku sepenuhnya. “Mama tidak akan percaya dengan apa yang ku katakan ini.”
“Apa?”
Aku menatap kedua mata Mama, “Sebenarnya Papa sudah tahu mengenai siapa yang menaruh obat penggugur kandungan di makanan Maya.”
Kedua mata Mama terkejut, ia mengerjap beberapa kali. “Papa menyembunyikan rekaman CCTV saat Maya menyerahkan obat itu pada Lily. Alvin tidak tahu pasti kapan Papa tahu, hanya saja hal yang mengganjal adalah kenapa Papa menyembunyikan barang bukti?”
“Mungkin Papa punya alasan kenapa menyembunyikan barang bukti itu.”
“Tapi apa alasannya, Ma? Untuk melindungi seseorang? Tapi siapa yang dia lindungi? Maya?”
Mama menggeleng, “Tidak sayang, jika Papa melakukan itu untuk melindungi Bunda untuk apa Papa membiarkan Bunda dipenjara? Papa pasti melakukan sesuatu agar Bunda terbebas, tapi apa Papa melakukannya? Tidak. Menurut Mama, Papa baru mengetahuinya setelah Bunda tiada.”
Mama menatapku lekat-lekat dan mengelus kedua lenganku, “Jika kau penasaran dengan itu, tanya langsung pada Papa. Mama yakin Papa akan mengatakan semuanya padamu. Mengingat sekarang kau maupun Alvan bukan anak kecil lagi dan kalian berdua berhak mengetahui apa yang ingin kalian ketahui.”
“Mama tidak akan menghentikan kami?”
“Untuk apa? Bukankah lebih baik kalian mengetahui semuanya langsung dari yang bersangkutan?” Aku tersenyum dan memeluk Mama, syukurlah Mama tidak akan menghentikanku. Saking baiknya Mama membuatku lupa bahwa ia juga singanya Aryeswara. Kalian paham kan apa maksudku?
“Ah ya, apa menurut Mama tindakanku memberitahu informasi mengenai Maya pada Fira adalah tindakan yang tepat? Terutama karena Papa melarangnya.”
Mama menghela napas panjang, “Menurutmu kenapa Papa melarangnya?”
“Karena tidak ingin Fira membenci ibunya. Tapi, apakah itu masuk akal? Maksudku cara yang dilakukan Papa itu. Dia malah semakin membuat Fira penasaran.”
“Sekarang Fira jadi membenci ibunya kan? Prediksi Papa benar mengenai ini.” Mama menggigit bibir bawahnya dan menatapku lembut, “Mama tidak tahu mengenai tindakan Papa yang melarang semua informasi tentang Bunda, tapi apa yang kau lakukan itu salah karena melanggar peraturan yang dibuat Papa.” Sejujurnya aku kesal karena Mama malah membela Papa dalam hal ini.
“Kau harus meminta maaf pada Papa.”
“Baik, Ma. Besok Alvin akan berbaikan dengan Papa dan meminta maaf atas perbuatan Alvin yang melanggar peraturannya.” Tangan Mama terulur mengelus puncak kepalaku dan melabuhkan beberapa kecupan di keningku.
Sungguh, aku tidak bisa menolak titah dari Mama meskipun aku ingin. Meminta maaf? Oh ayolah, aku tidak salah apapun!“Kau tidak bergabung bersama mereka?” tanya Mama ketika aku melangkah menuju tangga, Daddy dan Alvan sedang bermain dengan kembar kecil di ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : The Last Message
Romance"Enough, Alvin! Sudah cukup dengan semua ini!" Malvani Syafi'i Ralindra. "No, Alvan. No one can stop me, meskipun itu kau." Malvino Syafawi Ralindra "So, i must do this to take care of mine?" Canberra Farnaz Azra Alfarizi. "If you can't be mine...