Author’s pov
Semua orang membeku ditempat begitu suara tembakan terdengar, Alvin memejamkan matanya dan menangis. Napasnya tertahan, tangannya mengepal kuat merasakan sakit yang teramat sangat di hatinya. Ia merasa telah gagal melindungi salah satu adiknya, ia pun tak sanggup mengatakan segalanya pada kedua orang tuanya.
Alvan membuka matanya, ia mengerjap beberapa kali ketika tak merasakan apapun di tubuhnya, ia melihat seluruh tubuhnya tak ada luka sedikitpun. Lalu pandangannya teralih ke arah Diman, kedua matanya membulat sempurna ketika melihat kaos biru laut ternodai darah segar yang mengucur di bagian perut.
“Jangan pernah sakiti kakak-kakakku!” suara teriakan Fira menggema, Alvin dan Alvan menoleh ke arahnya. Fira berjalan ke arah Diman dan Riski masih dengan pistol di tangannya, wajahnya memerah karena marah. “Kalian boleh menyakitiku atau bahkan melenyapkan nyawaku, tapi kalian tidak boleh menyakiti mereka berdua!” teriaknya semakin keras.
Seluruh pasukan khusus Aryesguard melingkari mereka semua, Alvan langsung berlari ke arah kakak kembarnya. “Alvin, kau masih sadar?” Alvan memeluk Alvin begitu kedua matanya terbuka, ia menangis melihat kondisi kakaknya.
“Aku baik-baik saja, jangan khawatir.” pelukan Alvan semakin mengerat, air matanya jatuh semakin deras dari sebelumnya.
“Menyerahlah, atau peluru bersarang di kepala kalian.” Bayu berdiri di belakang Diman dan menempelkan pistol tepat di kepalanya, sedangkan Kemal melakukan hal yang sama pada Riski.
“Kami telah berhasil melumpuhkan semua anak buah kalian, semuanya. Lima puluh orang mati sia-sia di tangan Aryesguard yang hanya berjumlah sebelas orang saja.” Kemal terkekeh melihat wajah Riski yang pucat pasi.
Diman menghela napas panjang, ia meletakkan pistol di tangannya dan mengangkat kedua tangannya. “Aku akan mengikuti kalian, tapi tolong jangan sakiti Jennie.”
“Tentu saja, Jennie berada di tempat yang aman sekarang.” Bayu membawa Diman dan Kemal membawa Riski keluar dari bangunan tua. Empat anggota Aryesguard mengangkat tubuh Alvin yang terluka dan segera membawanya menuju rumah sakit.
Alvan merentangkan tangannya dan Fira langsung memeluknya, “Semuanya sudah berakhir, Fira. Kita pulang sekarang ya?” Fira mengangguk, keduanya melangkah keluar dari gedung tua dengan anggota Aryesguard yang tersisa.
“Ayah! Tidak! Jangan bawa Ayah!” Alvan dan Fira terhenti ketika melihat Kayla menangis histeris di depan mobil hitam yang membawa ayahnya dan Diman. Alvan melangkah cepat dan mencekal tangan Kayla, wajahnya berubah dingin dan penuh amarah.
Kayla menatap Alvan dengan wajah terkejutnya, ia menelan ludahnya dan tak mampu mengatakan apapun. “Kau akan dihukum atas penghianatan yang kau lakukan.”
“Penghianatan apa? Aku tidak tahu apapun!”
“Jangan membodohiku, Kayla. Aku tahu kaulah orang yang membocorkan informasi tentang penyerangan Aryesguard.” Kedua mata Kayla membulat sempurna, lidahnya kelu dan tubuhnya bergetar hebat.
Alvan mendorong tubuh Kayla pada anggota Aryesguard, “Bawa dia langsung ke markas. Biar Alvin sendiri yang menjatuhkan hukuman padanya karena berani menghianati kita semua.” Kayla menangis histeris, ia memegangi tangan Alvan dan meminta agar dilepaskan. “Sebelum kau memutuskan menjadi bagian dari kami, seharusnya kau tahu konsekuensinya ketika kau berhianat.”
“Aku sangat sedih untuk Alvin, orang sepertimu tidak pantas mendapatkan kepercayaannya.” Alvan menggandeng Fira yang tampak kebingungan. “Semuanya, kita kembali ke Kediri.”
#
-HS Hospital, Kediri-
Canny berlari menyusuri lorong rumah sakit dengan kedua orang tuanya, tak ketinggalan kakek dan omnya. Mereka tampak tergesa menuju unit gawat darurat. “Honey!” Canny langsung memeluk Alvan yang menangis di depan pintu UGD, dengan Jessica, Marissa, Akbar, dan Tommy di sebelahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/180441994-288-k725027.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : The Last Message
Romansa"Enough, Alvin! Sudah cukup dengan semua ini!" Malvani Syafi'i Ralindra. "No, Alvan. No one can stop me, meskipun itu kau." Malvino Syafawi Ralindra "So, i must do this to take care of mine?" Canberra Farnaz Azra Alfarizi. "If you can't be mine...