41. She Knows

51 4 4
                                    

Fira’s pov
16:00 WIB

Aku menatap Papa yang duduk di depanku dengan gelisah, dari wajahnya tampak cemas. Papa bilang ingin bicara berdua saja denganku setelah pulang mengajar hari ini, dari nada suaranya di telepon tadi sepertinya sesuatu yang akan dibicarakan ini serius.

Ada apa ya? Apakah ini ada hubungannya dengan Canny, Mas Alvin, dan Mas Alvan yang menghilang tiga hari ini?
Ya, mereka benar-benar menghilang

Ingat kejadian saat Hani memberitahuku mengenai apa yang dilakukan Canny, Sinta, dan Felly? Setelah itu aku hendak menelepon Canny, tapi sayang sekali aku tidak bisa menghubunginya. Aku tidak bisa menelepon atau mengirimkan pesan padanya, baik melalui pesan instant dan media sosial.

Bukankah ini sangat aneh? Tak hanya Canny, hal yang sama juga terjadi pada Mas Alvin dan Mas Alvan.

“Fira, sayang.” Papa menatapku lekat-lekat, ia menghela napas panjang dan menggenggam tanganku. “Ada beberapa hal yang ingin Papa beritahu padamu.”

“Apa Pa? Ada apa? Apa ini ada kaitannya dengan menghilangnya Canny, Mas Alvin, dan Mas Alvan?” anggukan Papa membuat jantungku berdetak sangat cepat. “Katakan Pa. Katakan apa yang terjadi sebenarnya?”

Papa memejamkan matanya beberapa detik sebelum menatapku intens, “Fira, hal pertama yang Papa sampaikan mengenai perundungan yang kau alami di sekolah. Hingga kejadian biadab itu, pelakunya sudah tertangkap dan mendekam di penjara sekarang.”

Tunggu, apa maksudnya?

“Pelaku? Mereka semuanya?”

“Tidak, bukan semuanya. Mereka menyisakan kakak-kakak kelasmu sebagai saksi, karena ternyata mereka menjadi kaki tangan dari seseorang. Begitu juga dengan kejadian di gudang sekolah, semua itu sudah terencana.” Keningku mengkerut mendengarnya, sebenarnya apa yang akan Papa katakan?

Siapa yang menyuruh mereka melakukan perundungan terhadapku?

“Siapa yang menyuruh mereka Pa?”

“Kau akan terkejut dan tidak menerima ini, tapi inilah kenyataanya dan kau harus menerimanya.” Papa menunduk, ia mengecup punggung tanganku berulang kali. Air mata Papa turun begitu saja, tentu saja hal ini membuatku bingung.

“Kenapa Papa menangis? Katakan saja pada Fira siapa pelakunya?”

Papa menghapus air matanya dan memusatkan pandangannya ke arahku, ia menelan ludah. “Pelakunya adalah-” aku mengangguk, mengode agar Papa melanjutkan ucapannya. “Pelakunya adalah Mas Alvin.”

Deg

Jantungku seakan berhenti berdetak mendengarnya, benarkah ini? Mas Alvin? Orang yang paling ku percayai bahkan lebih dari Canny dan Papa? Aku menggeleng kuat-kuat menepis kabar tidak masuk akal itu.

“Tidak mungkin, Pa. Mas Alvin tidak mungkin melakukan ini padaku. Apa salahku padanya? Mas Alvin menyayangiku, kan?” aku menangis, memikirkan apa kesalahan yang ku buat padanya hingga melakukan hal seperti ini padaku.

Papa menarikku ke dalam pelukannya, ia juga menangis. “Kenapa Mas Alvin melakukannya, Pa? Kenapa? Fira salah apa padanya?” pelukannya mengerat, tangisnya semakin keras.

“Katakan pada Fira itu tidak mungkin kan, Pa? Mas Alvin menyayangi Fira, seperti ia menyayangi Canny. Itu bukan Mas Alvin, Pa. Pasti bukan!”

Kenapa hidupku menjadi seperti ini? Belum sempat perasaanku membaik atas apa yang Canny lakukan padaku, sekarang ditambah perbuatan Mas Alvin padaku. Sebenarnya apa yang salah dariku? Pernahkah aku membuat kesalahan pada mereka berdua hingga mereka tega memperlakukanku seperti ini?

Second Love : The Last MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang