Alvin’s pov
Aku memandang sekeliling rumah yang tidak besar, dan tidak juga kecil. Dari rumah ini saja sudah terlihat bagaimana status pemiliknya, menengah ke bawah. Tapi bagaimana bisa seseorang dengan perekonomian rendah bersekolah di tempat itu? Sekolah itu termasuk elit dengan biaya yang tidak murah.
Pandanganku teralih pada tiga perempuan yang masih memakai seragam sekolah, ketiganya menunduk takut. “Jadi, ada masalah apa kalian dengan Canny?” ketiganya tersentak dan saling berpandangan.
“Seb- sebenarnya kami tidak ada masalah apapun dengan Canny. Kami hanya kesal padanya karena dia membantu temannya.” kata seseorang bername tag Jennie yang menatapku. Mataku menyipit saat menyadari ada gejolak amarah dalam dirinya saat membahas tentang Fira.
“Dengar, mulai detik ini jangan sampai kalian menyentuh Canny walau seujung kuku pun. Jika sampai kalian melanggar, kalian akan tahu akibatnya. Dan ya, aku belum sepenuhnya memaafkanmu karena telah memukul Canny, Sadia.” Ketiganya kembali menunduk dan mengangguk, terlebih Sadia yang tangannya bergetar hebat. Senyumku mengembang melihat wajah ketakutan mereka. Tak ku sangka, melihat semua orang takut padaku membuatku sesenang ini.
Sebelah alisku terangkat ketika mengingat bahwa tidak hanya Canny yang mereka sakiti. “Kau ada masalah dengan Fira?”
Kedua tangan Jennie mengepal kuat, “Secara teknis tidak dengannya, tapi dengan ibunya.” Sebelah alisku terangkat, Maya? “Hari ini aku baru tahu jika dia adalah putri si model pakaian dalam. Aku bersumpah tidak akan pernah membuat hidupnya tenang mulai hari ini.”
“Maya? Tapi kenap-”
“Bapak!”
Belum sempat aku menanyakan alasannya ia berteriak pada seseorang di belakangku, spontan aku menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya aku saat melihatnya, bagaimana bisa dunia sesempit ini?
“Bukankah takdir sangat mengejutkan? Ku pikir setelah Papa mengusirmu, kita tidak akan bertemu lagi. Tapi sepertinya hidupku tak pernah jauh darimu.” Aku bangkit dari dudukku dan melangkah ke arahnya dengan senyuman.
Seseorang itu menelan ludah, ia mundur beberapa langkah dan menyembunyikan putrinya dari pandanganku. “Apa yang kau inginkan?”
“Tidak ada, aku datang kesini hanya untuk memperingatkan mereka agar tidak melakukan kekerasan pada Canny, itu saja.”
Ia terkejut dan menatap putrinya, “Adik kelas yang kau bully itu Fira?” Jennie membulatkan matanya dan mengangguk.
“Bukan dia yang ku maksud, tapi Canny. Aku tidak peduli apapun yang putrimu lakukan pada Fira.”
Dia tersenyum, “Wah, beberapa hari menunjukkan diri sebagai kakak yang baik. Tapi ternyata seorang Alvin Ralindra tidak sebaik itu. Bagaimana jika ayahmu tahu bahwa putra pertamanya membenci adik tirinya sendiri? Apakah dia akan mengusirmu untuk kedua kalinya?”
Kedua tanganku mengepal kuat, “Kau pikir dia akan mempercayaimu?”
Pria di depanku terkekeh, ia melangkah mendekat padaku sekarang. “Dengarkan aku Alvin Ralindra, suatu saat nanti aku akan menghancurkanmu dan keluarga Rosman. Mengusirku setelah pengabdianku selama dua belas tahun lamanya, aku tidak akan pernah memaafkan kejadian itu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : The Last Message
Lãng mạn"Enough, Alvin! Sudah cukup dengan semua ini!" Malvani Syafi'i Ralindra. "No, Alvan. No one can stop me, meskipun itu kau." Malvino Syafawi Ralindra "So, i must do this to take care of mine?" Canberra Farnaz Azra Alfarizi. "If you can't be mine...