2. First Message

5.8K 327 68
                                    

Alvan’s pov
-Pasar Malam-
19:00 WIB

“Alvan! Alvin!” Aku tersenyum lebar dan melambaikan tanganku pada Canny yang meneriakkan namaku.

Sekarang dua adik perempuanku itu sedang menikmati komedi putar, rona kebahagiaan terlihat jelas di wajah keduanya. Tatapanku teralih ke arah Alvin yang tersenyum menatap Fira dan Canny.

“Ekhem, sepertinya Ice Man mulai mencair. Dan itu karena Fira.” Senyuman Ice Man luntur, ia menatapku dengan wajah dinginnya.

“Bukan karena dia. Aku tersenyum karena Princess Canny yang terlihat sangat bahagia.” Ah, dia belum menerima Fira rupanya. Apa yang kau pikirkan, Alvan? Kau pikir Alvin akan seperti dirimu yang mudah akrab hanya beberapa menit saja?

“Aku sempat berpikir mereka berdua akan merenggang setelah tahu faktanya. Ternyata tidak, mereka tidak saling cemburu atau iri satu sama lain.”

“Tentu saja itu karena Princess Canny kita yang baik hati.”

Aku menatapnya kesal, “Keduanya baik hati.”

“Kau hanya belum tahu yang sebenarnya, bisa saja darah Maya mengalir dalam tubuhnya.” Alvin menatapku dengan mata memicing, khasnya saat sedang curiga akan sesuatu.

“Jangan berpikir buruk mengenai seseorang, Alvin.”

“Darah lebih kental dari air. Kita harus tetap berhati-hati.” Aku hanya menatapnya dan menghela napas panjang, mendebat pendapatnya tidaklah penting.

“Baiklah, lupakan saja tentang itu. Aku penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya kemarin. Kenapa kau melakukan itu pada Lily?”

“Tanpa aku menjelaskan, kau sudah tahu alasannya.” Aku merangkulnya dan menepuk pundaknya beberapa kali. Ya, aku paham dengan benar apa alasannya. Bertanya padanya hanya ingin mendengar langsung dari mulutnya saja.

“Melihat wajahnya itu membuat amarah dan dendam yang ku coba padamkan susah payah kembali berkobar.” Alvin mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat, ku lihat air mata menggenang di pelupuk matanya.

“Alvin, tenanglah. Jangan lagi pikirkan itu.”

“Aku tidak bercanda mengenai pembalasan dendam pada mereka berdua, Alvan. Kau atau siapapun itu tidak akan pernah bisa mencegahku.” Aku hanya menatap kedua matanya yang dipenuhi amarah itu.

“Kau tahu kenapa aku memberitahumu tentang ini? Karena aku tahu di dunia hanya kau yang benar-benar memahamiku. Kita selalu bersama sejak dalam kandungan, kau mengenaliku luar dalam bahkan lebih dari Mama.”

“Apa yang akan kau lakukan?” Alvin menatapku lekat-lekat, ku angkat kedua tanganku. “Apapun itu aku tidak akan menghentikanmu.”

Alvin menghela napas panjang, “Untuk saat ini aku belum memiliki rencana, yang pasti sesuatu yang ku lakukan lebih kejam dari apa yang telah mereka lakukan pada kita.” Sungguh, aku tidak percaya saudara kembarku sendiri memiliki dendam membara pada orang lain.

Ting

Ku keluarkan ponsel dari dalam saku, sebelah alisku terangkat membaca sebuah pesan yang dikirimkan Kakek Buyut. Aku menatap Alvin dan masing-masing dari kami menunjukkan pesan tersebut.

“First message? Apa maksudnya?”

#

Tepat jam sembilan malam aku, Alvin, dan Kakek Buyut ada di perpustakaan. Sejak tadi aku merasakan aura yang tidak wajar dari Kakek Buyut. Kira-kira apa ya pesan pertama yang akan disampaikannya? Apapun itu, aku merasa ini bukanlah hal yang baik.

Second Love : The Last MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang