Alvan’s pov
“Alvan, bawa Fira ke mobil. Daddy akan menyusul nanti, setelah menyelesaikan ini.” Aku mengangguk dan segera membawa Fira ke mobil, walau sebenarnya aku sangat penasaran dengan hubungan keduanya dan kenapa mereka bisa saling mengenal?
Langkahku terhenti ketika melihat pintu gerbang terbuka, hey bukankah tadi pintu gerbang terkunci? Aku masih ingat dengan benar tadi melompati pagar bersama Daddy ketika memasuki kawasan sekolah. Kedua mataku membulat sempurna saat melihat seseorang melongokkan badannya ke dalam mobil Daddy. Siapa dia? Dan apa yang dilakukannya di mobil Daddy?
Ku percepat langkahku mendekati mobil Daddy, tepat saat aku berada di sebelah mobil seseorang itu berbalik. Ia sempat terkejut saat melihatku, pun saat melihat kondisi Fira dalam gendonganku.
Kedua tanganku mengepal kuat saat mengenali siapa laki-laki dengan pakaian serba hitam yang berada di depanku. Jika dia disini artinya semua ini ulah-
“Nona Canny baik-baik saja, Tuan. Hanya menghirup obat bius dan beberap menit lagi akan terbangun.” Ku alihkan pandanganku ke arah Canny yang memejamkan matanya, pakaiannya masih lengkap dan tertutup sempurna.
“Silahkan Tuan.” Orang itu membantuku membuka pintu bagian depan, ia juga membantuku meletakkan Fira di bagian depan.
Setelah Fira aman di dalam mobil, ku dorong tubuh seseorang itu keluar dan menutup pintu. Ku tatap kedua matanya dengan tatapan tajam, “Kau sudah beri tahu pada tuanmu bahwa rencananya berhasil?” Dia tidak mengatakan apapun, hanya menunduk.
“Ucapkan selamat dariku padanya, karena rencananya 100% berhasil tanpa ada gangguan apapun.”
Ia mendongak dengan ekspresi yang tidak bisa ku artikan, lalu kembali menunduk. “Bukan seperti ini yang Tuan Alvin inginkan.” Kedua tangannya mengepal kuat, “Saya permisi.” Ia membungkuk dan melangkah meninggalkanku.
Bukan seperti ini? Omong kosong apa yang dikatakannya? Bukankah semuanya sudah jelas? Alvin membuat rencana Fira dilecehkan? Mendadak aku mengingat cerita Alvin tentang malam dimana Mama hampir dilecehkan.
Oh bagaimana jika ternyata Dani dan teman-temannya tadi adalah orang-orang yang hampir melecehkan Mama?
Suara mobil membuat pandanganku teralih, sebuah mobil dengan logo Aryeswara Group berhenti tepat di sebelahku. Beberapa orang dengan pakaian hitam dengan logo Aryesguard turun, salah satu dari mereka membungkuk di hadapanku.
“Maaf atas ketidaknyaamanan ini, Tuan Muda Alvan. Kami segera mengatasinya.” Ia membungkuk sekali lagi sebelum bergabung dengan yang lain. Hal yang sama juga ia lakukan ketika berada di depan Daddy yang melangkah keluar.
“Sudah menghubungi Papa?”
Aku menggeleng menjawab pertanyaan Daddy, “Belum Dad. Akan ku hubungi.” Tangaku terulur mengambil ponsel di saku celanaku, gerakanku terhenti saat melihat Daddy tampak lega melihat Canny di dalam.
“Bagaimana bisa Canny di dalam?”
Apa yang harus ku katakan sekarang? Jika aku mengatakan semuanya, otomatis Daddy tahu siapa pelakunya.“Tidak tahu, Dad. Saat Alvan sampai, Canny sudah di dalam dengan keadaan pingsan.” Daddy menatapku lekat-lekat, apakah wajahku terlihat gugup sekarang? Bagaimana jika Daddy tahu aku berbohong?
Beberapa detik kemudian Daddy mengangguk dan hendak masuk mobil, “Dad.”
Daddy menoleh dan menatapku, “Hmm?”
“Siapa pria bernama Dani itu? Dan kenapa kalian saling mengenal? Bahkan Dani mengenal Opa.”
Daddy menepuk bahuku beberapa kali, “Kau pasti sudah tahu tentang cerita Mama hampir dirampok dan hampir dilecehkan.” Aku mengangguk, “Dani dan dua orang itu adalah pelakunya. Opa menangkap mereka dan melakukan siksaan sebagai balasan atas apa yang mereka lakukan pada Mama. Mereka baru dibebaskan beberapa hari ini, dan Daddy tidak tahu bagaimana bisa mereka melakukan pelecehan pada Fira.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : The Last Message
Romansa"Enough, Alvin! Sudah cukup dengan semua ini!" Malvani Syafi'i Ralindra. "No, Alvan. No one can stop me, meskipun itu kau." Malvino Syafawi Ralindra "So, i must do this to take care of mine?" Canberra Farnaz Azra Alfarizi. "If you can't be mine...