Alvan’s pov
-Al Fazza University-
07:00 WIBAku berlari menyusuri lorong yang membawaku ke kantor jurusan untuk menemui seseorang. Langkahku terhenti tepat di depan pintu dimana seseorang menatapku. “Masuklah.” Aku melangkah masuk ke dalam dan segera menutup pintu.
“Papa dan Alvin bertengkar?” Papa menghela napas panjang dan mengangguk. “Apa semua ini berhubungan dengan video yang ditemukan Alvin?”
“Ya, dan ada beberapa hal lain.” Aku duduk di hadapan Papa dan bersiap menyimak. “Kau tahu Papa melarang semua pembicaraan tentang Bunda Maya, kan? Alvin melanggar semuanya, dia menceritakan semua hal tentang Bunda pada Fira.”
Sejujurnya aku tidak terkejut, Alvin memang selalu seperti ini. Dia akan melakukan apapun yang dia inginkan dan parahnya tidak ada seorang pun yang bisa menghentikannya. Parahnya dia bergerak tanpa seorang pun tahu dan setelah semuanya selesai dia membukanya sendiri.
Itulah Alvin.
“Apa alasan Papa menyembunyikan segala hal tentang Bunda dari Fira?”
“Papa tidak ingin Fira membenci Bunda, semua tindakan Maya tidak termaafkan. Papa juga tidak ingin psikis Fira terganggu karena ini. Mengetahui fakta besar yang selama ini Papa sembunyikan akan mengejutkannya dan mengganggu psikisnya. Terlebih di usianya yang masih labil.”
Papa sepenuhnya benar.
“Sebenarnya Papa sudah berencana akan mengungkap segala hal tentang Bunda ketika Fira sudah seusiamu sekarang ini, dimana dia bisa berpikir lebih jernih. Tapi rencana itu gagal sudah, Fira tahu semuanya sekarang.” Papa menunduk dengan wajah sendunya.
Hey, tunggu.Jadi karena ini mereka berdua dekat? Karena Alvin menginginkan sesuatu dari Fira?
“Papa tenang saja, nanti Alvin akan bicara padanya. Semuanya akan baik-baik saja, Pa.”
Papa menatapku dengan senyuman, “Selama ada Alvan bersama Papa, semuanya akan baik.”Siapa yang tidak senang mendengarnya? Baiklah, aku akan berusaha yang terbaik mendaimakan Alvin dengan Papa untuk ke sekian kalinya.
Dering ponsel Papa membuat atensi kami teralih. Senyumku mengembang begitu melihat siapa yang menelepon Papa. ‘Adelia’. Kedua alisku naik turun ketika memandang Papa yang tampak malu-malu.
“Kenapa hanya menatapnya? Angkat Pa.” Papa berdiri dari duduknya dan melangkah menjauh dariku.
Aku senang Papa memenuhi permintaanku, Alvin, dan Fira. Dengan begini lebih mudah bagi Papa untuk melupakan perasaannya pada Mama dan memulai hidup baru. Lalu setelahnya hanya ada kebahagiaan dalam hidup Papa karena kesedihan dan kehancuran sudah bertahun-tahun dirasakannya.
Tak ada anak yang tidak senang melihat ayahnya kembali tersenyum bahagia, walau kebahagiaan itu berasal dari wanita lain.
Sejak melihat Tante Adelia, aku yakin 100% dialah yang menjadi separuh nyawa Papa. Semoga semuanya berjalan lancar dan Nyonya Indra yang baru segera mengisi kekosongan rumah itu.
Aamiin.
#
Alvin’s pov
-Jess’s apartement-“Sesuatu terjadi?” pertanyaan yang membuatku menghela napas panjang berulang kali. “Aku tahu kau sedang tidak baik-baik saja, Alvin.” Aku menatapnya yang kini duduk di sampingku. Apakah aku bisa mempercainya?
Hey, pertanyaan bodoh macam apa ini?
Tentu saja aku mempercayainya.“Saat Canny ada disini, apa dia menceritakan sesuatu padamu?”
Jessica mengangguk, “Dia menceritakan kecemburuannya pada Fira. Si gadis manja itu memang benar-benar! Dia pasti besar kepala karena semua orang menyayanginya, dan sekarang kau juga. Apa masalahmu berhubungan dengan Fira?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : The Last Message
Romance"Enough, Alvin! Sudah cukup dengan semua ini!" Malvani Syafi'i Ralindra. "No, Alvan. No one can stop me, meskipun itu kau." Malvino Syafawi Ralindra "So, i must do this to take care of mine?" Canberra Farnaz Azra Alfarizi. "If you can't be mine...