Fira’s pov
-Indra’s House-Aku duduk di sofa yang berada di balkon kamarku, tatapanku tertuju pada orang-orang yang berlalu lalang dengan kendaraan mereka. Ada juga segerombolan remaja yang mengenakan seragam berjalan dan saling bercanda, bahkan aku bisa mendengar suara tawa mereka darisini.
Hah, bukankah seharusnya begitulah masa remajaku? Penuh dengan gelak tawa dan persahabatan yang kuat.
Melihat mereka menghabiskan masa remaja dengan bahagia membuatku iri. Aku pun ingin menjadi remaja yang normal seperti mereka, tapi apalah dayaku? Bertemu orang lain adalah hal yang sangat menakutkan bagiku.
Aku tidak akan sanggup menjalani kehidupanku dengan bertemu banyak orang dan hal yang paling menakutkan adalah sekolah formal. Kenangan-kenangan buruk terus saja terngiang di benakku dan membuat perasaanku semakin buruk saja.
“Sayang.” Aku menoleh ke belakang, Mama berjalan ke arahku dengan tergesa. “Kau mau pergi ke suatu tempat? Hari ini Papa ada di Top Cloud bersama Kakek. Mama pikir Papa tidak akan keberatan kita pergi bersama.” Aku berbalik dan menatap Mama, nada bicaranya sangat antusias. Apa yang terjadi ini?
“Kita mau pergi kemana?”
Mama memegang kedua lenganku, “Apa kau tidak merindukan mereka, sayang?”
“Siapa?”
“Kedua kakak dan sahabatmu.” Kedua mataku membulat sempurna mendengarnya, Mama tersenyum.
“Ayo kita temui mereka. Lima tahun sudah berlalu, bukankah sekarang waktu yang tepat untuk berdamai dengan mereka?” aku hanya memandang Mama, tidak tahu harus berekspresi senang atau sedih.
Keterdiamanku membuat senyuman di wajah Mama luntur, “Fira belum memaafkan Mas Alvin?”Aku memejamkan mata, buliran bening menuruni pipiku. Mama langsung menarikku ke dalam pelukannya, “Fira tidak tahu, Ma. Disatu sisi Fira masih belum bisa menerima kenyataan pahit atas apa yang Mas Alvin lakukan. Tapi, disisi lain Fira sangat merindukan mereka semuanya. Dan seseorang yang paling Fira rindukan adalah Canny.” Mama menghapus air mata yang membasahi wajahku.
“Ya, walau Fira tahu Canny tidak akan merindukan Fira. Kehidupannya benar-benar sempurna sekarang, dia memiliki banyak teman dan selalu hidup bahagia.” Aku tahu mengenai kegiatan Canny setelah menemukan akun media sosialnya. Canny sering memamerkan foto-foto bersama teman sekolahnya, tak jarang dia pergi ke tempat-tempat mewah dan berkelas. Setelah semua yang dimilikinya, apakah dia sempat merindukanku.
Aku bahkan tidak yakin dia masih mengingatku.
“Perlahan, sayang. Perlahan kita harus memperbaiki hubungan ini, dan Mama tahu siapa yang harus kita temui untuk pertama kalinya.”
Aku menatap Mama dan mengerutkan kening, “Siapa Ma?”
#
Canny’s pov
-MAN 2 Kediri-Aku menghela napas panjang berulang kali, disinilah aku sekarang. Di lapangan belakang sekolah menunggu seseorang yang entah dimana dia berada. Hey, kenapa jantungku berdetak tak karuan? Apakah sesuatu akan terjadi setelah ini? Bagaimana jika pemikiran teman-temanku benar adanya?
“Maaf menunggu lama.” Aku menoleh, Faris melangkah ke arahku dengan senyuman. Dia terlihat senang rupanya aku memenuhi permintaannya. Faris menyodorkan soda dingin di tangan kanannya, tanpa menunggu waktu lama ku terima saja.
Aku membukanya dengan senyuman yang entah kenapa tiba-tiba terbit. “Terima kasih.”
Faris duduk di sampingku dan menghadapku sepenuhnya, dia menghela napas berulang kali dan terlihat gugup. “Ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu, Canny.” Cairan merah yang ku minum terhenti, sepertinya aku lupa caranya menelan setelah mendengar kalimat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : The Last Message
Romance"Enough, Alvin! Sudah cukup dengan semua ini!" Malvani Syafi'i Ralindra. "No, Alvan. No one can stop me, meskipun itu kau." Malvino Syafawi Ralindra "So, i must do this to take care of mine?" Canberra Farnaz Azra Alfarizi. "If you can't be mine...