Fira’s pov
“Kau menyukai film seperti ini?” tanya Om Azril padaku yang sedang menonton film disney berjudul Cinderella. Ya, kami menonton film bersama sembari menunggu kehadiran Mas Alvin dan Canny yang sedang menyiapkan ayam goreng.
“Ya, Om. Fira ingin menjadi putri seperti di cerita-cerita disney. Bukankah sangat menyenangkan menjadi seorang putri yang memiliki segalanya. Dan hal yang paling Fira suka adalah pangeran tampan.” Aku dan Om Azril saling berpandangan, beberapa detik kemudian kami tertawa bersama.
Om Azril menghela napas panjang dan kembali menatap ke layar TV, “Andaikan saja Canny juga menyukai cerita-cerita seperti ini. Kau tahu, dia lebih suka film action dan tentang detektif. Sepertinya dia menyukai film-film itu karena sering menontonnya bersama Als.”
Aku mengangguk, “Tapi disini dia mau menonton film ini, Om. Beberapa kali dia bahkan memintaku memutar film Ariel dan Snow White.” Om Azril menatapku dengan sebelah alis terangkat, tidak percaya padaku.
“Benarkah? Di rumah dia benar-benar tidak ingin menonton film semacam itu. Pernah beberapa kali dia marah karena mamanya memutar film tentang princess.”
Kenapa sikapnya berbeda sekali?
“Apapun itu, terserah dia saja. Dia bebas menonton film apapun yang dia inginkan.” Om Azril benar, aku pun tidak pernah memaksanya menonton film kesukaanku. Aku tidak keberatan menonton film kesukaannya juga.
Om Azril mengelus kepalaku, senyuman teduh dan ramah menghiasi wajahnya. “Kau pasti sedih dan sakit hati atas apa yang dilakukan teman-teman sekelasmu. Marah pada mereka adalah hal yang wajar, dan itu bisa diterima.”
“Tadi Canny bilang mereka ingin meminta maaf, tapi kenapa tidak menelepon atau mengirim pesan padaku? Mereka bahkan bisa datang kesini untuk meminta maaf secara langsung. Fira rasa mereka tidak benar-benar ingin meminta maaf.”
“Mereka pasti memiliki alasan tersendiri, Fira. Hmm, jika mereka meminta maaf padamu apakah kau akan memaafkan mereka?”
Aku mengangguk, “Tentu saja, jika mereka sudah meminta maaf artinya tidak ada alasan untuk tidak memaafkan mereka.”
“Fira sangat baik hati dan mudah memaafkan orang lain.” Aku tersenyum senang mendengar pujian dari ayah kandung sahabatku ini. “Jadi apakah Fira mau pergi ke sekolah besok? Fira tidak akan berangkat sendiri, karena ada Canny.”
Kedua mataku membulat sempurna mendengarnya, “Apakah itu berarti Canny menginap disini malam ini?” Om Azril tersenyum lebar dan mengangguk, aku berdiri dan bersorak. Adakah yang lebih membahagiakan dari ini? Om Azril terkekeh melihat tingkahku yang tampak seperti anak-anak sekolah dasar saja.
“Fira, kau tidak akan pernah sendirian. Canny selalu ada bersamamu, mendampingimu dan menghiburmu. Percayalah, Canny sangat menyayangimu sebagai sahabatnya.”
Aku tersenyum lebar dan mengangguk, “Ya, Om. Princess Canny yang baik hati selalu ada bersama Fira, apapun yang terjadi.” tangan Om Azril terulur mengelus rambutku, darisini aku tahu Om Azril juga menyayangiku seperti ia menyayangi Canny.
#
Alvan’s pov
-Air Terjun Dholo-
16:30 WIBAku terengah-engah dan menengok ke belakang ke arah bapak Dosen yang jatuh terduduk dan memegangi kakinya. Kami dalam perjalanan kembali ke tempat parkir yang letaknya di atas. Sudah puas bermain air bersama Papa dalam rangka kembali bangkit dari keterpurukan karena patah hati yang ku rasakan.
Aku dengan Papa juga banyak sekali berfoto bersama, aku akan memamerkan ini pada Alvin saat pulang nanti. Siapa tahu dia cemburu dan ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan Papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : The Last Message
Romance"Enough, Alvin! Sudah cukup dengan semua ini!" Malvani Syafi'i Ralindra. "No, Alvan. No one can stop me, meskipun itu kau." Malvino Syafawi Ralindra "So, i must do this to take care of mine?" Canberra Farnaz Azra Alfarizi. "If you can't be mine...