Canny’s pov
Aku mengerjap-ngerjap memandang barang yang dipegang Alvin, apa yang akan ku katakan sekarang? Haruskah aku berbohong saja? Atau mengatakan yang sebenarnya? “I.. itu untuk-” lidahku kelu dan hanya itu saja yang bisa ku ucapkan. Kegugupanku membuat kakak pertamaku ini mengangkat sebelah alisnya.
Baiklah, lebih baik aku mengatakan yang sebenarnya pada Alvin.
“Aku menjahili temanku menggunakan lem itu.”
Alvin mengerjap-ngerjap, sepertinya ia tak menyangka atas apa yang ku lakukan ini. “Jadi, apa yang kau lakukan dengan lem itu?”“Sebelumnya berjanjilan dulu denganku kau tidak akan menceritakannya pada Mama dan Daddy.” Alvin tersenyum lebar dan melingkarkan jari kelingkingnya ke jari kelingkingku.
“Baiklah, aku berjanji tidak akan menceritakannya pada Mama ataupun Daddy.”
Aku menghela napas panjang berulang kali dan menatap Alvin lekat-lekat, “Aku menggunakan lem itu untuk mengerjai Fira.” Kedua mata Alvin terbelalak mendengarnya. “Aku tahu kau akan memarahiku karena ini, tapi tolong dengarkan aku dulu. Kau tau dengan benar kan aku tidak akan melakukan hal seperti ini tanpa alasan.”
Alvin mengangguk, “Lalu, apa alasanmu?”
Bibirku mengerucut, “Aku cemburu, Alvin. Aku benar-benar tidak bisa bersikap biasa saja ketika dia menyombongkan interaksinya denganmu maupun Alvan. Sejujurnya aku tidak suka dia banyak memamerkan kedekatan kalian bertiga. Itulah sebabnya, aku menaruh lem di kursi Fira dan mempermalukannya hari ini.”
“Apa kau senang setelah melakukannya?”
“Aku tidak tahu.” Aku menunduk, tiba-tiba aku merasa sedih apalagi saat kembali mengingat perkataan dan pelukan Fira di ruang BK tadi. “Awalnya aku merasa puas melihat teman-teman satu kelas menertawakannya. Lalu aku bersikap seperti sahabat yang baik untuknya, aku dan Hani mengejarnya ke kamar mandi dan menenangkannya. Sebelum akhirnya Fira dibawa ke ruang BK.”
Alvin merangkum wajahku dengan kedua tangannya, aku benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkannya sekarang ini. Bagaimana aku tahu jika wajahnya datar tanpa ekspresi apapun?
Hal yang membuatku terkejut bukan main dia menarikku ke dalam pelukannya dan mengecup puncak kepalaku berulang kali. “Simpan rapat-rapat rahasia ini, Canny. Jangan sampai kau membocorkannya pada siapapun.”
“Walaupun itu pada Fira?”
“Ya, jangan katakan apapun pada Fira dan teruslah menjadi sahabat yang baik.”
Hey apa yang dikatakannya?Tidakkah Alvin berpikir tindakanku merupakan perilaku buruk?
“Artinya aku tidak mengaku padanya?”
“Iya, Princess. Diamlah dan bersikap seperti biasanya sehingga tidak menimbulkan kecurigaan.”
Aku mendongak dan menatap wajah tampan Alvin yang kini tersenyum, “Tenang saja, aku selalu melindungimu dan selalu ada di pihakmu apapun yang terjadi. Sekalipun itu tentang pertengkaranmu dengan Fira.” Keningku mengkerut mendengarnya.
“Hmm, boleh aku tanya sesuatu?” Alvin mengangguk, “Apa kau menyayangi Fira?”
#
-SMPN 1 Kediri-
09:30 WIBAku berjalan menyusuri lorong sekolah sendirian, tadi ku tolak ajakan Felly dan Sinta ke kantin. Entahlah, aku hanya sedang tidak ingin bersama mereka berdua. Melihat mereka membuat rasa bersalahku pada Fira semakin bersalah saja.
Hah, membicarakan Fira dia tidak masuk hari ini karena sakit. Ku pikir itu hanya alasan saja, karena ku yakin dia tidak berani menunjukkan wajahnya setelah kejadian paling memalukan dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : The Last Message
Romance"Enough, Alvin! Sudah cukup dengan semua ini!" Malvani Syafi'i Ralindra. "No, Alvan. No one can stop me, meskipun itu kau." Malvino Syafawi Ralindra "So, i must do this to take care of mine?" Canberra Farnaz Azra Alfarizi. "If you can't be mine...