Fira’s pov
-Indra’s House-
06:45 WIB“Masukkan sepedamu, Papa antar.”
Aku merengut dan menatap Papa, “Tidak perlu, Pa. Fira bisa naik sepeda sendiri.” kataku kesekian kalinya pada Papa.“Tidak sayang. Mulai hari ini Papa yang antar jemput.” Aku akan membuka mulutku untuk menjawab namun terhenti begitu Papa mengatakan ultimatumnya, “Papa tidak menerima bantahan. Masukkan sepedamu dan Papa tunggu di mobil.” katanya masuk ke dalam mobilnya membuatku kesal.
Tidak ada pilihan lain, aku menuntun sepedaku dan memasukkannya ke garasi yang terletak di sebelah rumah dan menguncinya.
Aku mendengus kesal, sejak Papa mengusir Pak Diman dan Lily sifapnya berubah. Papa berubah menjadi seseorang yang overprotektif dan itu sangat menyebalkan. Seperti contohnya sekarang, kenapa Papa melarangku pergi ke sekolah dengan sepeda? Padahal aku sangat menikmati perjalananku menggunakan sepeda.
Tin
Tin
Suara klakson mobil Papa membuyarkan lamunanku, dengan cepat aku berlari menuju mobil Papa. Tanganku terulur membuka pintu mobil, namun terhenti begitu mobil yang taka sing bagiku memasuki halaman. Senyumku mengembang begitu melihat kepala Mas Alvan melongokkan kepalanya dan melambaikan tangan.
Keduanya turun dari mobil dan berjalan mendekatiku, “Mas Alvin! Mas Alvan!” aku segera berlari ke arah mereka dan memeluk keduanya. Tak bisa ku pungkiri, beberapa hari tak bertemu mereka membuatku rindu.
Ya, sekarang mereka berdua jarang sekali menginap di rumahku karena kondisi Tante Ralia.
“Kau berangkat sekolah dengan Papa?”
Aku merengut dan mengangguk, “Ya, Mas. Papa melarangku naik sepeda sekarang, jadi Papa mengantar dan menjemputku.” Kedua kakakku mengangguk, Mas Alvan berlari ke arah Papa dan memeluknya.
“Hey, aku membawakan sesuatu untukmu.” Kedua mataku berbinar begitu melihat gantungan boneka kelinci kecil berwarna putih, sangat menggemaskan.
“Wah, sangat menggemaskan! Fira suka sekali Mas, terima kasih.” Aku memeluknya, senyumku semakin lebar saja ketika Mas Alvin membalas pelukanku. “Fira memasangnya disini ya Mas.”
Ku pasang gantungan kunci di tasku, sempurna!
“Pa, kami yang mengantar Fira ya. Pulang nanti kami juga yang menjemputnya dan Canny. Malam ini aku dan Alvin menginap disini.” Aku menatap Papa yang tersenyum lebar dan mengangguk.
“Yeaayy!!!” aku bersorak dan melompat-lompat, akhirnya mereka menginap disini lagi. Artinya malam ini aku tidak akan kesepian lagi! “Bye bye Papa!” aku melambaikan tangan ke arah Papa dan berlari menuju mobil Mas Alvan.
Aku memutuskan duduk di bangku tengah seperti biasa, di depan ada Mas Alvan dan sebelahnya Mas Alvin. “Sebelum berangkat kita berdoa dulu ya.” kata Mas Alvan dengan senyuman lebarnya.
Aku mengangguk semangat, “Bismillahi tawakkaltu alallahi la haula wala quata ila billah. Subhnalladzi syakoro lana ha dza wa na kunna lahu muqrinina wa inna ila rabbina lamun qolibun.”
“Amin. Berangkat!” teriakku membuat kedua orang di depanku tertawa.
#
Alvin’s pov
-Perpustakaan Al Fazza University-
10:00 WIBTing
Entah ke berapa kalinya ponselku berbunyi, siapa yang mengirimiku pesan saat aku sibuk seperti ini? Sekarang aku berada dalam perpustakaan dan sedang menulis materi dalam mata kuliah Teori Komunikasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : The Last Message
Romance"Enough, Alvin! Sudah cukup dengan semua ini!" Malvani Syafi'i Ralindra. "No, Alvan. No one can stop me, meskipun itu kau." Malvino Syafawi Ralindra "So, i must do this to take care of mine?" Canberra Farnaz Azra Alfarizi. "If you can't be mine...