Alvin’s pov
Tubuhku dan Fira spontan membeku begitu mendengar suara seseorang. Aku berdehem dan berbalik, ternyata Nenek yang menatap kami berdua dengan ekspresi yang tak bisa ku artikan.
“Kalian mencari Lily?”
“Ah, iya Nek. Dimana dia? Aku sedang ingin makan brownies, jadi aku hendak meminta dia membuatkan untukku.” kataku, semoga kegugupanku tidak terlihat sekarang ini.
Nenek mendekat ke arahku dengan senyuman hangatnya, “Hey, kenapa kau meminta Lily jika ada Nenek disini? Nenek yang akan membuatkannya untukmu, sayang.” Aku tersenyum dan mengangguk.
“Nenek, Fira akan membantu!” Fira melompat-lompat ke arah Nenek dengan wajah senangnya. Hey, kemana wajah ketakutannya itu pergi? Semudah itu lenyap?
Hey, bagaimana aku bisa melupakannya? Bukankah dia memiliki darah Maya? Yang artinya berakting bukanlah masalah besar.
“Ya, sayang. Panggil Canny juga ya, kita bertiga membuat brownies bersama-sama.”
“Oke!” Fira berlari menuju ruang TV dimana ia dengan Alvan dan Papa berada.
“Kak Alvin, Kakek Buyut memanggilmu. Dia menunggumu di perpustakaan” Aku mengangguk dan menjalankan kursi rodaku ke arah perpustakaan.
“Apa sesuatu terjadi? Kenapa kau dan Kakek Buyut sering bersama?”
Apa yang harus ku katakan sekarang?
Nenek yang sekarang sudah tidak berpihak pada Mama lagi dan itu berarti aku tidak bisa mempercayainya. Aku menatapnya, “Kami hanya mengobrol mengenai perusahaan, Kakek Buyut mengajarkanku tentang bagaimana cara perusahaan bekerja.” Nenek tersenyum dan mengangguk sebelum melangkah menuju dapur.
Aku menjalankan kursi rodaku menuju ruang kerja Papa dan melihat Kakek Buyut ada disana. Ku ketuk pintu sebelum masuk ke dalamnya, Kakek Buyut menatapku. “Bagaimana?"
“Step satu sudah berhasil, tinggal menunggu waktu yang tepat untuk meledakkan bomnya.”
Kakek Buyut mengangguk, “Bagaimana dengan Alvan? Kau tetap pada keputusanmu?”
“Ya, Kakek. Aku tidak ingin Alvan terlibat dalam hal ini.”
Kakek Buyut menatapku lekat-lekat, “Kau adalah kakak terbaik yang pernah ada, Alvin. Melindungi adikmu dari kemungkinan terburuk adalah hal yang bagus.” Aku tersenyum mendengar pujian itu.
“Sebelum Mbak Aya dan Mas Herman meninggal dunia, hubungan kami dengan keluarga Aryeswara sangatlah baik. Bahkan setelah kau, Ralia, dan Alvan pergi meninggalkan Kediri. Semuanya berubah sejak Ibra yang memegang kendali sepenuhnya atas Aryeswara Group.”
“Opa memutus hubungan diantara kalian.”
Kakek Buyut mengangguk, “Itu hal yang wajar, jika aku berada di posisi Ibra aku pasti melakukannya. Apa yang dilakukan Indra memang tidak termaafkan, apalagi dia melakukannya pada putri kesayangan Keluarga Aryeswara.”
Kakek Buyut menatapku dengan wajah sendunya, “Kau tahu kenapa Mas Herman dan Mbak Aya masih bersikap baik padaku dan keluarga kita?”
“Namaku terdaftar dalam keluarga Rayyan sebagai anak adopsi. Dua perusahaan yang berdiri atas namaku adalah perusahaan milik Mbak Aya yang diberikan padaku setelah dia menikah dengan Mas Herman.”
Aku menatap Kakek Buyut dengan alis terangkat satu, bagaimana bisa aku baru mengetahui ini? “Kau tahu kenapa mereka berdua sangat baik padaku?”
“Aryesguard, dibawah kepemimpinan Andreas yang berkerjasama dengan Dane Rayyan membunuh seluruh keluargaku dan hanya aku yang tersisa.” Kedua mataku membulat sempurna mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : The Last Message
Romance"Enough, Alvin! Sudah cukup dengan semua ini!" Malvani Syafi'i Ralindra. "No, Alvan. No one can stop me, meskipun itu kau." Malvino Syafawi Ralindra "So, i must do this to take care of mine?" Canberra Farnaz Azra Alfarizi. "If you can't be mine...