6. Surprise

3.4K 263 59
                                    

Alvin’s pov

“Bagaimana? Apakah Alvan terlihat seperti suamiku?” tanya Aunty Tika membuatku tertawa. Ia dengan Alvan saat ini sedang berpose di depan kamera yang ku arahkan pada keduanya.

Sejak tadi aku sibuk memotret keduanya yang ekspresif, ditambah dua bayi mungil dalam gendongan keduanya. Tak jarang Alvan dan Aunty Tika berpose mesra seperti suami istri saja, hey tapi tenanglah. Keduanya masih berpose wajar, tidak berlebihan seperti kissing atau semacamnya.

“Tidak buruk, ya kan Sha? Kau terlihat seperti putriku.” Alvan mencium kedua pipi chubby Shasha bolak-balik. Shasha bersuara menjawab Alvan, seolah-olah dia mengerti saja. Bukankah bayi itu sangat menggemaskan? Untuk ukuran aku yang tidak menyukai bayi selain anggota keluargaku.

Itu benar.

Aku benar-benar menganggap bayi yang bukan anggota keluargaku sangat menyebalkan, belum lagi jika mereka menangis. Benar-benar memuakkan! Tapi hal yang berbeda terjadi jika bayi itu adalah anggota keluargaku. Ketika mereka menangis aku segera menenangkannya dan menghiburnya agar kembali tersenyum.

“Aku akan mencari Canny.” kataku pada mereka sebelum melangkah menuju ruang keluarga. Senyumku mengembang saat melihat Canny ternyata bersama Zafran, Fauzan, dan Faizan. Baguslah, sekalian saja aku memotret mereka berempat.

Langkahku terhenti ketika seorang pelayan dengan eskpresi yang tidak bisa ku artikan melangkah ke arah Opa. Alisku naik sebelah ketika Opa memberikan izinnya pada seseorang yang hendak bertamu. Siapa yang bertamu hingga Opa mengizinkannya? Seingatku di acara penting ini Opa tak akan membiarkan siapapun datang bertamu.

Ceklek

Jantungku berdetak sangat cepat begitu melihat seseorang setelah pintu terbuka. Hey, bukankah perempuan itu yang ku lihat di kantin tadi? Untuk apa dia datang kemari? Apakah kami saling mengenal?

“Assalamualaikum.” Tubuhku membeku di tempat begitu mendengar suara yang tak mungkin bisa ku lupakan seumur hidupku. Benarkah ini dia? Menyadari keterkejutan semua orang, perempuan itu membuka niqab yang menutup wajahnya. Kedua matanya terarah padaku, senyuman manis yang ku rindukan itu terlihat sekarang.

“Jessica!” Canny berteriak dan melompat memeluk perempuan itu. Keduanya tampak saling melepas rindu.

Hey, benarkah yang ku lihat ini? Apa yang terjadi padanya setahun terakhir? Ku pikir dia melanjutkan kuliahnya di Sydney dengan mengambil program studi Psikologi.

Dan, bagaimana bisa sekarang dia mengenakan pakaian seperti itu? Ya aku paham dia menjadi seorang muallaf sekarang, maksudku bagaimana bisa? Ku pikir selama ini keluarga Arnoldy terutama Jessica adalah umat Kristen yang taat.

“Alvin, ini luar biasa!” aku menoleh ke arah Alvan yang tampak takjub dengan penampilan baru Jessica.

Opa dan Oma melangkah mendekat ke arahnya dengan senyuman dan keterkejutan yang bercampur menjadi satu. “Jessica Emerald Arnoldy, welcome to Aryeswara family.”

Oma tersenyum lebar, “Kami sedang mengadakan pesta, bergabunglah bersama kami.” Oma mengalihkan pandangannya ke arahku, “Kau adalah calon anggota keluarga ini, jadi kami mengizinkan kau bergabung.”

Hah?

Calon?

#

Alvan’s pov
22:00 WIB

Aku berdiri di depan cermin memandangi wajahku dengan senyuman manis, tangan kiriku memegang ponsel dan terarah ke cermin. Aku memotret diriku beberapa kali dan tidak lupa melakukan beberapa pose. Sungguh, aku tidak mengerti dengan semua ini. Bagaimana bisa aku memiliki wajah yang sangat tampan dan mempesona ini?

Second Love : The Last MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang