5. New Day

4K 268 64
                                    

9 Bulan Kemudian

Alvan’s pov
-Raliazril’s House-
07:37 WIB

Tatapanku tertuju pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Aku mendecih karena tak juga melihat pergerakan dari seseorang. “Alvin cepatlah! Aku tidak mau terlambat di hari pertama masuk semester genap!” teriakku sembari menggedor-gedor pintu kamarnya.

Kenapa dia lama sekali bersiap? Apakah dia berdandan juga seperti Canny?

“Hey, sayang. Sabar.” Elusan lembut di bahuku membuatku menoleh, ku lihat Mama dengan perut besarnya berdiri di sebelahku.

“Hari ini adalah hari pertama Alvin masuk kuliah setelah sekian lama. Dia pasti membutuhkan waktu lebih untuk bersiap. Karena tidak hanya penampilannya saja yang disiapkan, tetapi juga mentalnya.”

Hah, Mama benar juga.
Aku tersenyum dan mengangguk, “Alvan hanya tidak ingin terlambat Ma.”

Ceklek

Alvin membuka pintu kamarnya dan langsung memeluk Mama. “Alvin berangkat, Ma.” pamitnya pada Mama yang tersenyum lebar.

Kami semua senang karena sekarang Alvin sudah tak lagi memakai kursi roda, ia sudah bisa berjalan seperti biasanya. Mama dan Daddy mengizinkan Alvin masuk kuliah di semester ini. Sekarang aku lebih bersemangat dalam menjalani hariku karena kami berdua menjalani kegiatan yang sama.

“Kau ini, kenapa lama sekali?” dengusku. Alvin hanya menatapku dan mengedikkan bahunya.

Dasar manusia es!

“Ayo, kau lamban sekali!” Dengan indahnya si manusia es berjalan mendahuluiku menuruni tangga.

“Mama, lihatlah manusia es itu! Aku menunggunya sejak tadi dan dia malam meninggalkanku.” Mama terkekeh, ia mengelus lembut rambutku. “Alvan berangkat, Ma. Assalamualaikum.” Aku mencium tangan Mama dan mengecup pipinya.

“Waalaikumussalam, sayang. Hati-hati ya.” Aku menunjukkan kedua jempolku pada wanita yang paling ku cintai dalam hidupku ini.

“Sayang, jangan lupa nanti ke Mansion Aryeswara!” aku berbalik dan menunjukkan simbol okay padanya.

“Dasar lamban!” senyumku luntur mendengar suara manusia es yang super dingin ini.

Dia menatapku dengan wajah kesalnya, hey bukankah seharusnya aku yang kesal disini? Aku menunggunya di depan pintu kamarnya dan dengan seenaknya dia malah meninggalkanku begitu saja.
Tanpa mengatakan apapun aku masuk ke bagian kemudi dan Alvin berada di sebelahku.

“Kau gugup?” Alvin menatapku dengan wajah datarnya.

“Menurutmu? Aku tidak pernah bertemu mereka sejak hari pertama masuk.” Dia menggelengkan kepalanya, “Ah, aku bahkan hanya masuk beberapa menit di hari pertama.”

“Salah sendiri memilih pergi, seharusnya kau bisa menyampingkan urusan pribadimu di kampus.” Alvin menyipitkan matanya, aku menjulurkan lidah padanya dan mulai melajukan mobilku meninggalkan kawasan rumah.

“Kau tidak mengerti apa yang ku rasakan saat itu.”

Iya, Alvin benar.

Aku tidak tahu apa yang ada dalam hatinya, tapi dia selalu tahu apa yang ada dalam hatiku. Hal ini membuatku sedih, aku tidak bisa memahami perasaannya dan apakah itu berarti aku bukan saudara yang baik? Padahal hubungan kami yang paling dekat. 

Alvin menoleh ke arahku dan tersenyum, “Sekarang aku akan berusaha lebih baik. Sebisa mungkin akan ku pisahkan urusan kampus dan urusan pribadi. Hubunganku dengan Papa sepenuhnya membaik sekarang.” Aku tersenyum dan mengangguk.

Second Love : The Last MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang