Alvin's pov
-RS Gambiran Kediri-"Canny, tenanglah." aku memandang Canny yang dipeluk Alvan dengan keadaan menangis.
Aku baru saja membuka mata saat mendengar Canny berteriak memanggilku dan Alvan. Kami berdua terkejut ketika melihat Mama dilantai dengan darah mengalir membasahi daster yang dipakainya.
Alvan membantu Daddy menggendong Mama dan membawanya ke rumah sakit, sedangkan aku mengikuti mereka dari belakang dengan Canny yang menangis.
Ini bukan pertama kalinya bagiku maupun Alvan, tapi tetap saja kami merasa takut. "Berhentilah menangis, Mama akan baik-baik saja. Daddy ada di dalam menemani Mama." kataku mengelus rambut Canny.
"Itu mereka!" pandangan kami bertiga teralih pada ketiga orang yang berlari mendekat.
"Bagaimana Mama?" Oma memandangku dengan tatapan khawatirnya.
"Mama di dalam bersama Daddy." Opa dan Om Azka terlihat lega.
"Kita doakan saja, semoga kelahiran Ralia dimudahkan." Opa merangkul Oma yang masih terlihat khawatir.
Aku memandang pintu ruang operasi yang tertutup rapat. Semuanya akan baik-baik saja, bukan?
Semoga.
✉✉✉✉✉
Setengah jam berlalu, kami berenam masih di depan ruang operasi dengan perasaan yang sama. "Kenapa Ralia lama sekali? Apa terjadi sesuatu di dalam?" Oma menggigit jari jempolnya, wajahnya semakkn khawatir saja.
"Tidak. Semuanya baik-baik saja, Ma. Bukankah proses melahirkan bayi kembar memang membutuhkan waktu lama? Saat Als lahir dan juga Ais dan Alisha." Om Azka benar, kali ini memang lebih lama dari lahirnya Canny dulu.
"Kalian bertiga pulanglah. Bukankah kalian harus bersiap sekolah?"
Canny menggeleng, "Tidak mau. Canny mau disini saja menunggu Mama." isaknya.
"Hmm, Alvan juga tidak mau." Aku menghela nafas panjang dan menatap Alvan yang juga memandangku, memintaku mendukung keputusannya.
Aku memandang ketiga orang dewasa di hadapanku, "Bolehkan membolos sehari saja?"
Mereka bertiga tersenyum ke arah kami, "Tentu saja boleh, kampus itu milik keluarga kita. Bahkan jika kalian membolos sesuka hati, Opa kalian yang baik hati ini tetap meluluskan kalian berdua." aku tersenyum mendengar jawaban Om Azka, Oma dan Opa terkekeh.
"How about me?" tanya Canny dengan mengerucutkan bibirnya.
Opa melanggkah mendekati Canny dan berjongkok di depannya, "Of course, Princess. Kau bisa membolos, tapi hanya sehari ya." Opa mencubit kedua pipi chubby Canny dengan gemas.
"Lihatlah, lampunya berubah!" suara Alvan membuat pandagan kami teralih.
Sreek
Pintu ruang operasi terbuka, seorang suster mendorong inkubator berisi 2 bayi yang sukses membuatku takjub.
"Selamat untuk keluarga Aryeswara dan keluarga Alfarizi. Nyonya Ralia melahirkan bayi kembar sepasang, si kakak berjenis kelamin perempuan dan adiknya laki-laki." kata dokter dengan nametag Hasna di jasnya.
"Terimakasih, dokter Hasna." kata Alvan dengan senyuman manis, Dokter Hasna memandangku dan Alvan bergantian.
"Alvin? Alvan? Kalian sudah besar." Dokter Hasna menatap kami berdua dengan mata berkaca-kaca.
✉✉✉✉✉
Alvan's pov
10:00 WIBAku ada di ruang rawat Mama dengan yang lainnya. Di gendonganku ada bayi kecil yang sangat menggemaskan dengan bedong berwarna pink. Ini mengingatku saat pertama kali menggendong Canny.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : The Last Message
Romance"Enough, Alvin! Sudah cukup dengan semua ini!" Malvani Syafi'i Ralindra. "No, Alvan. No one can stop me, meskipun itu kau." Malvino Syafawi Ralindra "So, i must do this to take care of mine?" Canberra Farnaz Azra Alfarizi. "If you can't be mine...