Alvin’s pov
-Raliazril’s House-Dengan langkah gontai aku melangkah menuju rumah yang menjadi tempatku pulang setelah pengusiran yang dilakukan Papa dan keluarganya. Daddy berjalan di sebelah kananku, dan Alvin disebelah kiriku.
Aku menghela napas panjang berulang kali, masih jelas terngiang di telingaku perkataan Papa yang menyebutkan anak kurang ajar dan yang paling menyakitkan adalah memutuskan hubungan denganku. Ia bahkan langsung memukulku sebelum aku mengatakan apapun.
Apakah sekali saja Papa pernah menyayangiku?
Ceklek
Pintu rumah terbuka, hal pertama yang ku lihat adalah Mama berdiri dengan tangan terlipat. Wajahnya menunjukkan ekspresi marah yang hampir tak pernah ku lihat seumur hidupku. Tak salah lagi, Mama pasti sudah tahu apa yang terjadi di rumah Papa. Lalu, apa yang akan Mama lakukan? Apakah Mama akan mengusirku juga dari rumah?
Melihat ekspresinya ini membuatku menyangsikan perkataan Jessica dan Alvan. Memangnya apa lagi Alvin? Tidak ada gunanya mempertahankan anak kurang ajar sepertiku.
Aku benar kan?“Mama-” Mama mengangkat tangannya begitu Alvan bicara.
“Mama ingin bicara dengan Kak Alvin.” Alvan melipat mulutnya dan langsung menunduk, tatapan Mama pindah ke arahku. “Ada yang ingin kau katakan, Malvino?”
Aku menelan ludah dan melangkah mendekati Mama, tubuhku merosot dan bersujud di kaki Mama. Air mata yang sejak tadi ku tahan kini tumpah ruah seperti tanggul yang jebol. “Maafkan Alvin, Ma. Maafkan Alvin.” Hanya itu yang keluar dari mulutku, selebihnya hanya tangisan yang memecah keheningan di rumah ini.
“Mama sudah memperingatkanmu sebelumnya, pengampunan atas kesalahan yang sama hanya sekali. Tapi kau malah mengulanginya dan bahkan lebih parah dari sebelumnya, apa menurutmu Mama hanya bicara omong kosong saja?”
Sungguh, baru kali ini aku mendengar suara Mama yang penuh ketegasan. Kedua tanganku bergetar hebat dan napasku tercekat, tak ada kata yang keluar dari mulutku selain tangisan.
“Mama dan Daddy sudah sepakat akan menghukum atas perbuatanmu kali ini, Alvin. Kesalahan yang kau lakukan tidak lagi bisa ditoleransi.” Aku hanya mengangguk pasrah, apa lagi yang bisa ku lakukan memangnya? Apapun hukuman yang mereka berikan memang aku harus melakukannya, perbuatan keji yang ku lakukan harus mendapatkan hukuman yang setimpal kan?
Elusan lembut di kepalaku membuatku mendongak, ku lihat Mama berjongkok di depanku. “Sekarang jawab pertanyaan Mama, apa kau bahagia setelah melakukan semuanya?”
Ku pegang tangan Mama dan menciumnya berulang kali, “Tidak Ma, Alvin tidak sepenuhnya bahagia. Disatu sisi Alvin memang lega, tapi disisi lain Alvin merasa bersalah pada Fira. Alvin berjanji ini yang terakhir, Ma. Alvin tidak akan pernah melakukannya lagi, ampuni Alvin Ma.” Aku kembali mencium kaki Mama dan menangis.
“Maaf Alvin tidak bisa menjadi contoh yang baik untuk adik-adik, Alvin kalah dengan dendam hingga berubah menjadi monster yang jahat dan keji.”
“Kau menyesali perbuatanmu, Buddy?” aku mengangguk menjawab pertanyaan Daddy.
“Bangun dan masuk ke dalam kamarmu, besok Sakura akan menjemputmu. Hukumanmu harus tetap dilaksanakan, setelah semuanya selesai Mama dan Daddy akan mengampunimu.” Aku mendongak dan menatap kedua orang tuaku yang kini memusatkan pandangan ke arahku dengan ekspresi yang berbeda. Daddy menatapku dengan senyuman, sedangkan Mama menatapku dengan tatapan seriusnya.
Keduanya berbalik dan melangkah menuju kamar, aku menatap punggung keduanya. Walau tanpa mengatakan apapun bisa ku lihat kekecewaan yang dirasakan mereka berdua. Semua perkataan mereka yang tetap tenang membuat hatiku semakin sakit. Sungguh, lebih baik mereka memarahiku habis-habisan daripada bersikap seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : The Last Message
Dragoste"Enough, Alvin! Sudah cukup dengan semua ini!" Malvani Syafi'i Ralindra. "No, Alvan. No one can stop me, meskipun itu kau." Malvino Syafawi Ralindra "So, i must do this to take care of mine?" Canberra Farnaz Azra Alfarizi. "If you can't be mine...