55. The Last Message

3.5K 393 189
                                    

Author’s pov

Rita tertegun tepat di depan pagar rumah putranya yang terbuka lebar, ia teringat dengan benar telah mengunci pagar sebelum pergi meninggalkan rumah. Ia mengerjap beberapa kali begitu perasaan tidak enak menyergap dan memenuhi hatinya. Dengan cepat ia melangkah masuk ke dalam rumah dengan kacau balau, terlebih saat melihat pintu rumah terbuka lebar. 

“Ayah! Fira!” teriaknya berlari masuk ke dalam, tempat pertama yang dituju adalah kamar milik ayah mertuanya.

“Ayah!” belanjaan di kedua tangan Rita terlepas melihat seseorang yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri tergeletak tak berdaya dan penuh dengan darah.

“Ayahh!!!” Rita berlari dan memangku ayah mertuanya, ia menangis keras melihat kedua mata Rosman masih terbuka lebar.

“Fi.. Ra..”

“Ada apa dengan Fira, Ayah?” Rosman menatap menantu satu-satunya dan berusaha mengatakan sesuatu, namun belum sempat melontarkan kata-kata kedua matanya terpejam. “Ayaaahh!!!” Rita berteriak dan memeluk ayah mertuanya, ia menangis sangat keras dan bingung harus melakukan apa.

Rita menghapus air matanya dengan tangan yang berlumuran darah ayah mertuanya, ia segera berlari menuju ruang keluarga dan menelepon suaminya. Ia tak bisa berkata banyak, hanya meminta suaminya segera pulang bersama putra dan menantunya.

Dua puluh menit kemudian semua orang sudah berkumpul di rumah, Rita tak hentinya menangis di pelukan putranya. “Apa yang terjadi sebenarnya, Bunda? Bagaimana bisa Kakek terluka separah itu?” Indra menatap pintu kamar kakeknya yang tertutup rapat, dokter dan beberapa perawat sedang mengurus Rosman di dalam sana.

“Bunda juga tidak tahu sayang, saat Bunda pulang gerbang dan pintu rumah terbuka. Bunda juga tidak bisa menemukan Fira di seluruh penjuru rumah.” tangis Rita semakin kencang, Indra memejamkan matanya dengan tangan kanan mengepal kuat.

Adelia berlari menuruni tangga, wajahnya sudah basah dengan air mata. “Fira tidak ada dimanapun, Mas.” Indra memejamkan matanya, kedua tangannya mengepal kuat.

“Cobaan apa lagi ini? Belum masalah perusahaan selesai, sekarang datang masalah baru.” Satya mengacak rambutnya frustasi, tak tahu harus berbuat apa untuk menyelesaikan masalahnya.

Rita menatap suaminya, “Tadi Ayah sempat memanggil nama Fira, tapi hanya itu yang dikatakannya. Sepertinya Ayah tahu apa yang terjadi pada Fira.”

Satya mengangguk, “Kita tunggu Ayah.” Adelia dan Rita mengangguk, Indra menangis begitu pikiran-pikiran buruk memenuhi otaknya. Adelia memeluk erat suaminya, ia juga khawatir pada Fira yang tidak tahu dunia luar selama lima tahun terakhir.

Ceklek

Pintu kamar Rosman terbuka, tampak seorang dokter dengan dua perawat menatap semua orang dengan tatapan sendu. Sang dokter dengan name tag Imran menghela napas panjang, “Setelah saya periksa, Pak Rosman mengalami gegar otak ringan. Hal ini dikarenakan beliau menerima pukulan di bagian belakang kepala dan sekujur tubuhnya.”

Semua orang terkejut mendengarnya, Dokter Imran menyerahkan resep pada Satya. “Lebih baik di rawat di rumah sakit saja untuk perawatan intensif.”

“Baik Dokter, kami akan membawanya ke Rumah Sakit.” Dokter Imran mengangguk dan menepuk bahu Satya beberapa kali. Satya tersenyum dan mengantarkan dokter beserta dua perawat keluar dari rumah putranya.

Setelah mobil Rumah Sakit meninggalkan halaman, Satya berbalik dan masuk ke dalam rumah. Langkahnya terhenti saat melihat amplop cokelat dengan tertulis nama Fira diatasnya. Tanpa mengatakan apapun Satya mengambilnya dan berjalan masuk rumah, “Indra!” Adelia, Rita, dan Indra segera berdiri dan menuju Satya.

Second Love : The Last MessageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang