Canny's pov
Aku melompat turun dan membanting pintu begitu Alvan mematikan mobilnya. Dengan cepat aku berlari menuju rumah, Daddy dan Mama duduk di ruang keluarga. "How is it? Kau menikmatinya, Princess?" Daddy tersenyum, Aku melengos begitu saja dan berlari ke atas menuju kamarku.
"Princess, what's wrong?" Ku dengar suara Daddy, namun aku mengabaikannya. Aku ingin sendirian saja sekarang ini.
Brak
Aku membanting pintu begitu masuk dan menguncinya dari dalam. Tubuhku merosot di depan pintu hingga aku melipat kedua kakiku. Air mata yang sejak tadi ku tahan tumpah ruah begitu saja, seperti tanggul yang jebol.
Aku sudah tidak tahan lagi menahan semuanya. Rasanya sakit melihat seseorang yang kau sayangi tak lagi menyayangimu dan malah menyayangi sahabatmu sendiri.
Baiklah, aku paham jika Fira adalah adik als juga dan aku harus berbagi dengannya. Tapi aku tidak menyangka rasanya akan sesakit ini. Belum ada satu tahun berlalu, Alvin dan Fira sudah sangat dekat hingga Alvin melupakanku.
Dulu ku pikir akan menyenangkan jika aku dan Fira memiliki kakak yang sama. Kami berempat akan menghabiskan waktu bersama dengan bahagia, tapi apa yang ku rasakan sekarang ini jauh berbeda. Satu hal yang pasti, aku tidak suka Fira akrab dengan kedua kakakku. Aku juga tidak suka Als terlalu memanjakan Fira dan tidak peduli denganku.
"Kenapa Alvin melupakanku secepat ini? Dan kenapa Fira mengambil Als dariku? Bukankah dulu Fira pernah berjanji tidak akan mengambil Alsku? Kenapa Fira jahat?" Tangisanku semakin keras dan aku tak peduli apapun juga sekarang.
Aku hanya ingin sendiri dengan segala rasa sakit dalam hatiku yang disebabkan oleh Fira, seseorang yang sudah ku anggap sebagai sahabat terbaikku.
Hey, apakah ini yang dinamakan penghianatan?
✉✉✉✉✉
Alvan's pov
19:00 WIBAku mematikan mesin mobil dan mendengar pintu tertutup dengan keras, aku menghela nafas panjang melihat princess berlari tanpa menghiraukan Alvin yang mengajaknya bicara.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Mama pada Alvin yang lebih dulu masuk. Aku menatap kedua orangtuaku yang terlihat bingung.
"Canny cemburu." kataku membuat ketiga pasang mata itu memandangku. "Hari ini kakak kesayangannya malah menghabiskan waktu dengan Fira dan mengabaikannya." Aku memandang Alvin yang terkejut.
Apa dia tidak merasakannya?
Dasar manusia es!
"Sepertinya aku melakukan hal yang salah." Alvin bergegas naik ke atas untuk menenangkan Canny.
Aku tersenyum dan memeluk Mama dan Daddy. "Tenanglah, Ice Man akan mengatasinya." Daddy terkekeh sedangkan Mama masih terlihat khawatir.
"Benarkah Canny merasa cemburu pada Fira?"
"Bukankah itu hal yang biasa, Ma? Alvan saja sering cemburu dengan Alvin yang selalu mendekati Mama, apalagi Canny?"
"Alvan benar, Mochi. Selama ini Canny hanya memiliki kedua kakakklnya sendirian dan sekarang dia harus membagi kasih sayang mereka." Aku menggigit bibir bawahku melihat wajah serius Daddy, jujur saja disorot matanya itu tersirat ketakutan.
Mama memandangku, "Mama hanya takut jika Canny melakukan sesuatu yang tidak semestinya." Aku dan Daddy hanya berpandangan.
Bukankah firasat seorang ibu tidak pernah salah?
"Maksud Mama, bagaimana jika Canny kesal pada Fira dan berujung kebencian? Hal itu bisa saja terjadi kan?" Mama menatapku dan Daddy bergantian.
"Ya, bisa jadi. Tapi semua itu tetap tergantung pada sikap Alvin dan Alvan." Daddy menatapku, "Jika kalian bisa bersikap adil pada keduanya, Canny tidak akan sampai dalam tahap itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love : The Last Message
Romance"Enough, Alvin! Sudah cukup dengan semua ini!" Malvani Syafi'i Ralindra. "No, Alvan. No one can stop me, meskipun itu kau." Malvino Syafawi Ralindra "So, i must do this to take care of mine?" Canberra Farnaz Azra Alfarizi. "If you can't be mine...