"SI JESI KEMANA? " teriak salah satu anggota osis.
"Tadi Jesi ke kamar mandi Kak sama Kak Amel tapi sampai sekarang belum balik lagi." terang salah satu temannya.
Semua orang saling berpandangan, mereka semua dikumpulkan dalam satu lapangan ditengah malam tepat pukul 00.00 dini hari.
Sebelumnya anggota osis melakukan absen sekaligus pembagian regu untuk misi jerit malam ini, sekaligus kegiatan terakhir atau bisa dibilang kegiatan puncak acara pelantikan anggota baru osis yang digelar sehari semalam ini. Namun salah satu anak kelas sepuluh yang hendak dilantik dinyatakan tidak ada di dalam barisan, semua orang mendadak panik.
"Amel coba kesini sebentar." titah Bagas selaku ketua osis. Amelia menunduk takut sambil menghampiri ketuanya.
"Tadi Jesi beneran sama kamu?" tanya Bagas baik-baik masih dengan nada pelan.
Amelia mengangguk pasti, "Iya, tadi dia minta dianter ke kamar mandi. Aku udah anterin dia balik keruangan lagi."
"Tapi Jesi gak ada, Kak. Kita dari tadi nungguin." seru salah satu temannya.
"Kalian berdua coba kesini." titah Tito wakil ketua osis.
Kedua gadis yang mengaku sebagai teman dari Jesi langsung beranjak dari barisan dan mendekati Kakak kelas mereka.
"Kalian yang sore tadi cekakak cekikik pas mau maghrib kan? " todong Tito.
Mereka mengangguk sambil menunduk, "Iya, Kak. " jawab mereka kompak. Tito mengacak rambutnya kasar seraya mendengus.
Bagas mengambil alih pembicaraan. "Kamu beneran udah nganterin Jesi ke ruangannya lagi? "
Amelia mengangguk lagi, Bagas menatap sorot mata yang nampak sudah berkaca-kaca itu. "Iya, sumpah demi Tuhan. Aku udah nganterin dia sampai di depan ruangannya, Kak.Bahkan aku liat sendiri dia masuk ke ruangan itu." jelasnya menggebu-gebu.
"Tapi nyatanya Jesi gak ada, Kak." sela teman Jesi sedikit ngegas.
Amelia semakin bingung dan merasa disalahkan saat ini. Ia sadar betul telah menemani adik kelasnya untuk menuntaskan hajatnya dikamar mandi dan setelah itu ia juga sudah mengantarkan kembali gadis itu kedalam ruangannya.
"Mel, kamu gak bohong kan? " tanya Bagas mencoba memastikan.
Amelia menggeleng dengan linangan air mata yang sudah jatuh. "Aku gak bohong, Kak. Aku berani bersumpah demi Tuhan kalau aku gak bohong." ucap Amelia dengan suara parau.
"Udah, Gas. Lo gak bisa nyudutin Amel kaya gitu. Dia udah jujur." bela Rony yang memang semua anggota osis berkumpul disatu lapangan yang sama.
Dari tadi Rony hanya diam menyaksikan gadis itu yang terus saja disudutkan. Sedangkan perasaan Salma semakin tidak karuan, apa yang dikhawatirkannya sedari tadi sedikit menemukan kejelasan.
Semua anggota osis nampak kebingungan, padahal seharusnya acara selanjutnya sudah dilaksanakan.
"Untuk semua anak yang akan dilantik mohon untuk kembali keruangan sampai keadaan kembali kondusif." perintah Bagas lantang.
Bagas memerintahkan beberapa anggota osis untuk membimbing seluruh anak-anak yang akan dilantik untuk kembali keruangan mereka. Menurutnya itu yang lebih baik dilakukan, toh memulai kegitan dengan keadaan personil tidak lengkap terlebih kekurangan itu dengan alasan yang cukup memberatkan. Sementara beberapa anggota osis lainnya diminta untuk menyebar keseluruh penjuru sekolah guna mencari dimana keberadaan gadis malang itu.
"Kak, Jesi gimana Kak? " berondong salah satu teman Jesi. Kedua gadis itu hanya bisa menangis terisak tak tahu dimana keberadaan temannya.
"Kalian mending balik keruangan, kita akan cari Jesi sampai ketemu." saran Tito. Bagas mengangguk, "Iya, kalian mending balik keruangan, ya? Soal Jesi kalian gak usah khawatir kita akan cari sampai ketemu." tambah Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're SPECIAL (END) Revisi
Fiksi Remaja#Karya 3 [Thiller Romance Fanfiction] Horornya tipis-tipis aja yaa ________________________________________ "Mulai sekarang kita temenan." "Lo gak takut sama gue?" "Lo gak boleh ngerasa rendah diri karena kelebihan lo itu, karena gue yakin gak sem...