Chapter XLII

5.6K 314 19
                                    

Rony dan Salma terus berjalan melewati ilalang tinggi dan semak belukar, semakin dalam mereka melangkah semakin gelap juga tempatnya. Menilik dari atas langit tertutup rimbunnya daun-daun dari pohon besar, katakan mereka sudah memasuki daerah hutan. Angel terus menuntun keduanya hingga sampai pada pendopo tua, ditengah-tengah pendopo yang nampak reot itu ada sumur yang sedikit tertutup tanaman rambat.

Salma melihat jam dipergelangan tangannya yang menunjukan pukul dua siang namun seperti hendak maghrib. Suara serangga nampak mendominasi, hening suara patahan kayu saja jelas terdengar karena terinjak oleh kaki mereka berdua.

Samar-samar terdengar kendaraan yang bising dari jalan raya, itupun hanya terdengar jika ada motor yang melintas dengan knalpot brong atau mobil ambulance yang terdengar sirinenya saja. Selebihnya kendaraan lain tak terdengar.

Semakin dekat dengan sumur semakin ramai pula makhluk yang Salma lihat, Salma mengabaikannya karena mereka hanya melihat saja tanpa mengganggu ataupun mendekat.

Angel berhenti tepat disebuah pohon beringin besar, ia menunjuk kakinya bertanda ia sedang berdiri diatas bagian tubuhnya yang terkubur dibawah tanah itu. Akhirnya yang mereka cari ada disini.

"Disini, Njel? " tanya Salma.

"Udah ketemu, Ca? " Rony menimpali.

Salma mengangguk, "Iya, katanya disini."

Salma menandai letaknya menggunakan kayu membentuk huruf X.

Rony langsung merogoh ponsel, ia nampak menelpon seseorang. "Iya, gue udah dapet lokasinya. Lo kesini ya, gue share lokasinya jangan lupa bawa dua atau tiga orang kek biar cepet ngegalinya. "

Setelahnya Rony menutup panggilan yang membuat Salma heran, "Kamu nelpon siapa? "

"Orang yang buat ngegali tanahnya, masa iya kita galinya digaruk. " balas Rony.

"Kamu seprepare itu, padahal aku lupa loh. Untung aja kamu inget. " Salma merutuki dirinya sendiri. "Kok aku lupa terus ya hari ini? " keluhnya, heran sendiri.

Rony tersenyum, "Gakpapa, Ca. Jadi selama kita ngejalanin misi ini mereka yang akan bantu kita buat gali tanahnya. Lumayan juga bisa buka lowongan pekerjaan buat mereka." jelas Rony.

"Emang mereka siapa? "

"Abang-abang yang suka nongkrong dipos komplek rumah aku. Lumayan dari pada nganggurkan, yaudah aku ajak buat ikut misi ini."

"Terus gimana reaksi mereka? Kamu cerita gak? "

Rony mengangguk, "Cerita, awalnya mereka kaya gak percaya gitu. Tapi kayanya gak ambil pusing, mereka mikirnya yang penting dapat kerjaan selagi itu kerjaan yang halal." balas Rony.

Salma tersenyum, "Ah, kamu peka banget sih. Padahal misi ini seharusnya aku yang berkontribusi besar." keluh Salma.

Rony mengelus pucuk kepala Salma seperti biasa, ia tersenyum hangat. "Kita ngejalanin misi ini bareng-bareng, Ca. Misi ini juga jadi tanggung  jawab aku. Kamu gak usah ngerasa gak enak, ya? " tutur Rony lembut.

Salma mengelap keringat yang mengucur dipelipis lelakinya, "Yaudah, tapi uang buat ngasih imbalan sama tukang gali kuburan Angelnya dibagi dua ya? Biar adil. "

Rony terkekeh, "Ca, kamu kaya sama siapa aja. Udah, gakpapa itung-itung aku latihan jadi Suami kamu. "

Lagi-lagi Rony teringat akan permintaan Ayah Salma, sedangkan Salma mengulum senyum, salting.

"Ya, gak gitu. Tetep aja aku gak enak. Soalnya kan Angel temen aku."

Rony yang gantian mengelap keringat Salma yang ada di dagunya. "Ca, Angel sekarang jadi temen aku juga. Sekarang mana Angelnya? "

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang