Chapter XIV

5.3K 246 23
                                    

Selepas menemani dan makan bersama dengan kekasihnya Amelia bergegas pergi untuk kembali kekelasnya karena sebentar lagi bel masuk pasti berbunyi.

"Mel." seseorang memanggilnya dengan suara lantang.

Amelia membalikan tubuhnya ia melihat ada Bagas yang tengah berlari kearahnya. Detik itu pula ia ingin menghindar namun kakinya terasa tertahan sesuatu, kaku rasanya.

Sampai akhirnya Bagas berhenti tepat didepannya dengan napas terengah engah. "Aku liat sesuatu tadi jatoh, eh ternyata kalung. Ini kalung kamu? " ucapnya sambil menyerahkan sebuah kalung berwarna perak berbandul huruf 'B'. Bagas berpikir inisial 'B' itu ditujukan untuk nama depan gadis itu, 'B' yang berarti Bunga. Karena nama lengkap gadis itu adalah Bunga Amelia Putri.

Amelia meraba lehernya dari balik hijab, polos seperti ada sesuatu yang hilang. Benar saja itu adalah kalungnya. Amelia mengambil kalung itu dari tangan Bagas.

"Inisialnya 'B' itu nama depan kamu ya? " tanya Bagas.

Amelia dibuat kikuk, ia lantas gelagapan padahal nama depannya sendiri berawalan dari huruf 'B' namun pikirannya justru fokus pada 'B' sebagai nama Bagas. Karena niat awalnya ia membeli kalung itu pun karena tingkat kebucinannya yang sudah cukup tinggi pada lelaki itu.

Suatu hal yang wajar jika kita sedang jatuh cinta, akan ada banyak hal baru yang kita lakukan. Mungkin dengan mengoleksi barang yang juga disukai oleh orang yang kita cinta atau sesederhana mengabadikan nama orang yang kita cinta lewat kalung ataupun gelang. Maka tak jarang orang yang bucin sendiri sering disebut dengan istilah Bulol yang artinya adalah 'Bucin Tolol'.

Amelia mengangguk kaku, "I-iya, Kak." jawabnya terbata.

"Bagus kalungnya, beli dimana? Kayanya aku juga mau beli soalnya inisial nama aku juga berawal dari huruf 'B'. "

"Oh, aku beli di sepupu aku, Kak. Kakak mau beli? " ucapnya spontan.

Amelia merutuki dirinya sendiri kenapa ia membuka celah untuk berinteraksi dengan lelaki itu. Bagaimana jika ia semakin gamon?

"Loh, ternyata sepupu kamu yang jualan? " Amelia mengangguk, "Boleh, aku nitip satu ya? "

Amelia sempat bergeming, "Em, boleh." akhirnya itu yang mampu ia jawab.

Bagas tersenyum, ia melihat bekal makanan yang berada ditangan gadis itu. Ia jadi teringat tempo hari gadis itu memberikannya sebuah bekal namun saat itu ia menolaknya karena sedang berpuasa. Bagas pikir gadis itu akan memberinya lagi namun sampai sekarang ternyata tidak. Bagas sedikit menyesal karena tidak menerima pemberian Amelia saat itu sehingga peluangnya dekat dengan gadis itu jadi hilang.

Jangan bilang diam-diam Bagas menyukai Amelia? Sayangnya itu sebuah fakta. Meskipun mereka jarang berinteraksi sekalipun berinteraksi itupun hanya saat berada diorganisasi dan bertemu sekilas seperti saat ini. Sebenarnya Bagas ingin sekali mengajak gadis itu untuk berkencan. Ah, bukan berkencan lebih tepatnya jalan berdua. Kata yang berbeda bukan? Namun maknanya tetap sama yaitu ingin mencari celah agar bisa lebih dekat lagi.

Hening, tiba-tiba Amelia bingung harus berucap apa. Tubuh terasa nge-freeze gugup lebih tepatnya.

"Kamu bawa bekel setiap hari, Mel? "

"Eh? "

"E-enggak kok, kebetulan lagi bawa aja."

"Em, sebenernya aku nunggu kamu ngasih makanan lagi." ucap Bagas pelan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, malu sekaligus salting.

Amelia langsung menatap lelaki itu, mengapa rasanya berbunga? Hatinya menghangat, "Tuhan, ada apa lagi ini?" batinnya menjerit.

Bagaimana jika Bagas menyukainya? Situasi yang rumit, memilih kembali mengejar cintanya membuat Amelia sadar karena kini langkahnya terhenti karena ada Rony yang kini sudah menjadi kekasihnya. Jika akhirnya seperti ini Amelia tidak akan mau menerima Rony, mengapa cinta datang terlambat? Diposisi Amel sangat sulit antara memilih bertahan dengan orang yang tidak ia cintai atau memilih berpisah demi mengejar orang yang ia cintai, namun sayangnya Amelia tidak setega itu untuk mencampakkan Rony yang notabenenya belum dua puluh empat jam menjadi kekasihnya. Lagipula Bagas sudah mempunyai kekasih bukan? Begitu pikirnya.

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang