●Chapter LIII

6.1K 366 21
                                    

"Ron? "

Ada Rony ditempat kala itu ia menyanyi, dan ini adalah kafe milik keluarga Rony. Sepi tak ada satupun manusia. Nabila juga sudah kabur entah kemana.

Salma hanya mematung dengan wajah penuh air mata, mata sembab. Disana Rony tersenyum, manis. Sedangkan perasaannya kalut luar biasa, sebenarnya ini ada apa dan kenapa? Batin Salma terus bertanya-tanya.

Sampai terdengar petikan gitar yang Rony lantunkan lewat jemarinya. Salma tak bergerak, masih diposisi yang sama. Bingung dengan ini semua. Perasaannya sulit dideskripsikan yang jelas seharian ini mood-nya benar-benar hancur, kacau berantakan.

Dan untuk kritis? Apa maksudnya? Rony justru nampak baik-baik saja.

Rony mulai bersuara, bernyanyi. Suaranya selalu merdu. Sedikit serak namun menyejukkan. Salma diam mendengarkan dengan raut bingungnya.

Di ujung cerita ini
Di ujung kegelisahanmu
Kupandang tajam bola matamu
Cantik dengarkanlah aku

Rony menatap Salma lekat, tak berpaling sedikitpun begitupun dengan Salma. Perasaan Salma semakin tak karuan, tatapan itu terlihat teduh dan tulus seperti biasanya.

Aku tak setampan Don Juan
Tak ada yang lebih dari cintaku
Tapi saat ini ku tak ragu
Ku sungguh memintamu

Jadilah pasangan hidupku
Jadilah ibu dari anak-anakku Membuka mata dan tertidur di sampingku

Aku tak main-main
Seperti lelaki yang lain
Satu yang kutahu
Kuingin melamarmu

Salma benar-benar hanya bisa terpaku, air matanya meluruh dalam diam. Sudut bibirnya perlahan terangkat, haru. Sebenarnya apa yang Rony lakukan?

Aku tak setampan Don Juan
Tak ada yang lebih dari cintaku
Tapi saat ini ku tak ragu
Ku sungguh memintamu

Jadilah pasangan hidupku
Jadilah ibu dari anak-anakku Membuka mata dan tertidur di sampingku

Air mata Salma semakin meluruh deras, trenyuh. Apa nyanyian Rony ini sungguhan atau hanya mempermainkannya? Lantas orang yang menyebut Rony siang tadi dengan sebutan 'Sayang' dan ada pula kata 'Kedua', apa maksud dari ini semua? Salma bingung menyikapinya, senang namun tertahan karena hal itu.

Oh aku tak main-main
Seperti lelaki yang lain
Satu yang kutahu
Oh satu yang kumau
Kuingin melamarmu..

Lagu selesai, Rony menaruh gitarnya dengan aman lalu mengambil bucket bunga dan sebuah kotak bludru berwarna merah. Iya, sebuah cincin.

Salma masih diam ditempatnya, menatap Rony lekat. Apalagi lelaki itu kini berjalan kearahnya, tersenyum. Tersenyum hangat.

Saat berdiri berhadapan, Salma hanya bisa menghela napasnya. Rasanya sulit untuk berkata-kata. Kalian tahu? Perasaan Salma benar terasa diobrak-abrik diwaktu bersamaan.

"Ca."

Salma mendongak, Rony tersenyum. Ia menyerahkan bucket bunga pada gadisnya, Salma menerimanya meski kaku lalu dengan spontan menghirupnya, wangi yang gadis itu rasakan.

Rony meraih sebelah tangan Salma, menggenggamnya dengan erat namun seraya mengusap punggung tangan Salma menggunakan ibu jarinya dengan lembut.

"Salma."

Salma menatap manik mata itu lekat dan penuh pertanyaan, Rony melepaskan tangannya yang sebelumnya menggenggam tangan Salma. Ia membuka kotak bludru itu lalu mengambil sebuah cincin didalam sana, Salma meneguk ludahnya gugup. Bingung, namun tak ayal dadanya berdesir. Berdebar kencang. Ia hanya bisa memperhatikan, bibirnya kelu untuk berbicara. Salma hanya bisa diam menyaksikan.

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang