Chapter XLIII

6K 360 43
                                    

Siska tersenyum tipis, "Makanya dengerin Ayah dulu ya? " Salma mengangguk.

"Lanjutin, Yah. " titah Siska.

Panji menghela napasnya, "Kamu... "

"Kamu mau ya nikah sama Rony? " tambah Panji.

Kali ini Salma yang tersedak jeruk, Siska membantu menepuk tengkuk putrinya.

Salma yang sudah kembali stabil lantas bertanya tergesa, "Ayah jangan bercanda, Yah. " sahut Salma.

"Salma sama Rony masih sekolah loh, masa disuruh nikah. " tambah Salma sedikit menggerutu, perasaannya berkecamuk antara lega karena tidak jadi dijodohkan seperti pemikirannya namun juga resah, mengapa harus menikah secepat itu? Ayah pikir dirinya hamil diluar nikah apa? Gerutu Salma dalam hati.

Siska mengelus bahu putrinya lembut, "Nanti sayang kalau udah lulus sekolah." ucapnya lembut.

"Ini juga ada kaitannya sama keinginan kamu mau kuliah di Swiss, Ayah sama Ibu khawatir sama lingkungan kamu disana. Ayah tau anak Ayah ini pasti bisa jaga diri, Ayah juga tahu putri kesayangan Ayah ini anak yang mandiri. Tapi kalau dipikir-pikir enak bukan ngejar mimpi bareng sama pasangan? Kalau lagi capek nugas ada tempat buat rehat sejenak, emang kamu kuat LDR empat tahun nanti? " penjelasan Panji sengaja mengelu-elukan kelebihannya agar Salma tertarik tentunya.

Salma masih diam mencerna, bingung.

"Ibu sama Ayah khawatir sama lingkungan dinegara orang apalagi disana minoritas muslim, alkohol, hiburan malam jadi tradisi dan hal biasa disana. Ibu bukan gak percaya sama Salma, Ibu justru gak percaya sama lingkungannya. Kalau anak Ibu sama Ayah ada yang jaga disana kan Ibu sama Ayah jadi tenang disini. " Siska ikut menjelaskan.

Panji menyahut lagi, "Lagipula kalian saling cinta kan? Atau mau Ayah jodohin aja Salma sama yang lain? "

Salma menggeleng cepat mendengar pertanyaan Panji, Panji dan Siska tersenyum merasa berhasil mencemari pikiran anaknya. Semua ini demi kebaikan anak-anaknya, karena mereka sayang tentunya.

"Tapi kenapa harus nikah, Yah, Bu? " tanya Salma memelas. Siska mendekap putrinya dari samping.

"Untuk menghindari fitnah sayang, lagipula kalian enak mau ngapain aja disana kalau udah halal. Ibu sama Ayah juga disini gak khawatir jadinya." tutur Siska lembut, memberi penjelasan.

"Tapi Salma kaya dinikahin karena insiden, Bu. Masa harus lulus sekolah banget? Emang Ayah sama Ibu gak mau liat Salma kerja dulu? Ya, minimal Salma bisa balas budi sama Ayah dan Ibu. " Salma mengeluh mengeluarkan semua unek-uneknya. Sebenarnya ide Ayah dan Ibunya cukup membuat Salma senang, namun namanya juga manusia, overthinking wajar kan?

"Sayang, bagi Ayah sama Ibu. Kesuksesan anak itu bukan karena harta yang anak itu dapat atau sebanyak apa uang yang kamu beri buat kami. Tapi kesuksesan bagi Ayah itu bisa menikahkan kamu dengan lelaki yang tepat, Ayah sama Ibu gak nuntut macem-macem. Ayah sama Ibu cuma mau anak kita bahagia, lagipula seru tau. Ngejar mimpi bareng pasangan, udah halal lagi. " Panji berbicara lembut.

Masih ada sanggahan yang Salma layangkan, "Tapi kan Salma sama Rony masih kecil, Yah, Bu. Jadinya pernikahan dini dong. " keluh Salma sedikit merengek. Ia jadi teringat judul sinetron itu.

Panji terkekeh berikut dengan Istrinya, "Bukan pernikahan dini dong, tapi pernikahan Salma. " candanya.

Salma berdecak, merajuk. "Ayah, Salma gak lagi bercanda ya. " keluhnya.

Ia memeluk sang Ibu, "Ibu." rengeknya.

"Kamu cuma punya dua pilihan, mau kuliah di Swiss tapi nikah sama Rony dulu terus kalian kuliah bareng-bareng disana atau kuliah di Indo aja. " Panji memberikan pilihan agar Salma segera mengambil keputusan.

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang