Chapter XLIV

5.9K 305 31
                                    

Hari-hari libur sudah habis kini semua pelajar sekolah dinyatakan kembali memulai aktivitas mereka seperti biasa.

Tahun baru dan semangat baru, Salma nampak ceria sekali pagi hari ini. Disemester dua ini ia harus rajin belajar mengingat UN yang akan dilaksanakan bulan ke empat dari tahun ini berikut dengan seleksi beasiswa yang cukup rumit menguras tenaga dan juga otak.

Meski stress dengan banyaknya materi yang harus dikuasi namun tak membuat senyum Salma luntur, rasanya saat-saat menyibukan dan melelahkan ini jauh terasa lebih ringan mengingat ia melakukannya bersama dengan sang kekasih tercinta.

Jika kata lebaynya mungkin Salma akan bilang, hujan badai akan ku tempuh asalkan bersamamu. Begitulah kira-kira ucapan manusia yang termasuk kelompok cegil ini, cewe gila. Gila karena cinta.

Namun, percintaan mereka justru mengarah pada hal positif. Cinta yang murni tanpa dilandasi nafsu akan terasa sangat indah jika dijalani. Membuat sensasi berbunga dan bersemangat setiap harinya.

Salma sudah rapi dengan seragam putih abunya tak lupa jas almamater anggota osisnya yang sebentar lagi akan lengser. Mungkin setelah seminggu sekolah akan diadakan pelengseran dan pengangkatan ketua baru osis, mungkin saja. Mengingat tahun lalu pun begitu. Kelas dua belas dilarang mengikuti organisasi baik perlombaan sekalipun, mereka difokuskan untuk menyiapkan diri demi kelancaran Ujian Nasional nanti.
Salma keluar dari kamarnya dengan riang diikuti Angel dibelakangnya yang nampak ikut jingkrak-jingkrak pula sambil menaik-naikkan gaunnya.
"Pagi Ayah, Ibu. " sapanya ceria.

Panji yang juga sudah siap dengan baju kerjanya nampak tersenyum hangat berikut dengan Siska yang tengah menyendokan nasi goreng untuk Suaminya.

Salma duduk masih dengan senyum lebarnya sementara Angel nampak melipir keruang keluarga, duduk di sofa menonton televisi. Menonton kartun pagi? Tidak, berita gosip artis dipagi hari yang semula Ibunya tonton. Salma hanya memperhatikan tingkah demit itu.

"Ceria banget putri Ayah. " kekeh Panji.

Siska tersenyum, "Ceria dong, Yah. Setiap hari sekolahnya diantar jemput sama calon Suami." goda sang Ibu kemudian mengambil piring Salma dan mengisinya dengan nasi goreng juga.

Pipi Salma memanas tentu saja, semenjak keduanya memutuskan meng-iyakan rencana itu. Hari-hari Salma tak lepas dari ledekan kedua orang tuanya, Salma malu. Namun merasa bahagia juga.

"Ibu." rajuk Salma sambil mengambil piringnya.

"Loh, Ibu ngomong fakta kan? "

Salma memberengut, alibi mengalihkan rasa saltingnya. "Ya, tapi jangan diperjelas juga." keluhnya.

Panji terkekeh, "Malu-malu mau kamu ini. "

Siska terkekeh, "Alhamdulillah ya, jalan keluarnya udah ditemuin. Jadi sama-sama enak kan kalau gini."

"Salma sama Rony juga harus fokus, yang rajin belajarnya. Biar beasiswanya dapet." petuah Siska lalu setelahnya menyantap makanannya.

Salma menyelesaikan kunyahannya baru menjawab, "Iya, Bu. Setiap hari belajar kok." jawab Salma.

"Anak-anak Ayah pasti pada sukses, Ayah yakin itu."

"Kita sebagai orang tua cuma bisa mendoakan putra putri kita selalu diberi kemudahan dalam segala urusannya dan juga support penuh selagi itu untuk hal yang baik." Siska menambahkan.

Salma memandang keduanya haru, "Ibu sama Ayah baiknya gak ketulungan. Makin sayang Salma sama Ayah, Ibu." ucap Salma tulus.

Siska dan Panji tertawa pelan, "Suatu kebahagiaan bagi Ayah sama Ibu bisa liat putrinya bahagia." tutur Panji, Salma terenyuh mendengarnya.

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang