Chapter L

6.5K 382 52
                                    

Amelia baru saja sampai di kost-an Bagas. Amelia dipersilahkan masuk dengan hangat oleh lelaki itu, selama menjalankan skors selama satu bulan kedepan membuat Bagas harus menetap di kost-nya. Sederhana, semua fasilitas dicabut terkecuali uang jajan. Itupun hanya separuh dari jatah biasanya, sebisa mungkin Bagas harus berhemat agar cukup hingga akhir bulan ini.

Amelia menatap Bagas nyalang, ia menyerahkan box kardus kecil pada lelaki itu.

"Apa ini? " tanya Bagas heran.

"Buka." titah Amelia ketus.

Bagas menghela napasnya dulu, lalu membuka kotak kardus kecil itu selanjutnya. Amelia memalingkan wajah.

Saat benda itu terlihat, Bagas nampak mengernyit. Tidak tahu dengan benda panjang ini. "Ini apa? "

"Tespack."

Karena penasaran Amelia memilih mengecek, dan benar saja hasilnya positif. Amelia benar-benar hamil.

"Tespack? "

Amelia menatap lelaki itu nyalang, rahangnya mengeras penuh emosi.

"Aku hamil. " ucapnya datar.

"Hah? " Bagas syok, "Ha-hamil? " ucapannya gagap.

Air mata Amelia meluruh, "Aku hamil anak kamu Bagas." isaknya.

Amelia meluruh kelantai, menangis tergugu. Sementara Bagas masih syok.
"Aku hamil anak kamu Bagas, kamu harus tanggung jawab." ucapnya penuh rasa kesal, rasanya Amelia ingin mengamuk namun apa untungnya? Hanya membuang tenaga, pikirnya.

Bagas ikut meluruh, menekuk lutut bersandar pada dinding. "Kamu serius, Mel? " tanyanya masih tak percaya.

Amelia menatap Bagas dengan linangan air matanya, "Kamu pikir siapa yang nyentuh aku selain kamu Bagas? Hah? Siapa? Rony? Mana mungkin!"

Amelia meraung mengguncang tubuh Bagas, "Ini anak kamu Bagas, anak kamu. " isaknya.

Bagas ikut menitihkan air mata, ia mencekal kedua lengan gadis itu. Lalu memeluknya. "Ssttt... jangan teriak malu sama tetangga kost aku." peringat Bagas pelan.

Amelia memelankan isak tangisnya, ia balas memeluk Bagas. "Kamu mau tanggung jawab kan, Gas? " tanyanya parau.

Bagas mengangguk, ia mengecup pucuk kepala Amelia. "Iya, tapi dengan satu syarat."

Amelia melepas pelukannya, "Apa? "

"Lupain Rony."

Amelia diam, ingin mengejar Rony lagi namun sudah tidak mungkin. Ingin mengakui bahwa bayi yang dikandungnya adalah anak Rony juga tidak mungkin karena Rony tidak pernah menyentuhnya selain memeluk saja.

"O-oke kalau itu mau kamu, tapi kamu harus janji sama aku untuk tanggung jawab atas anak ini."

Bagas mengangguk, "Setelah aku lulus sekolah nanti aku akan nikahin kamu, sekarang kita rahasiain dulu tentang semua ini ya." pinta Bagas.

"Terus gimana dengan sekolah aku? Orang tua aku? Gas, aku takut." isak Amelia. Bagas merengkuh tubuh gadis itu lagi.

Amelia menangis tergugu didekapan Bagas, ia membayangkan sekecewa apa kedua orang tuanya jika melihat ia yang berkelakuan seperti ini. Namun nasi sudah menjadi bubur, penyesalan sudah tak berarti apalagi berandai dan merutuki diri.

Bagas melepaskan rengkuhannya, ia tangkup kedua pipi Amelia. Menghapus air matanya, lembut. "Jangan nangis, kita jalanin ini sama-sama ya? "

Amelia masih sesegukan sambil menatap Bagas. Bagas mengecup kedua bola mata Amelia yang membuat gadis itu memejam. "Ron, mungkin ini saatnya aku relain kamu bahagia sama Salma. Aku berharap aku bisa jalanin ini semua. Dan untuk kamu Bagas, aku akan coba untuk mencintai kamu lagi." ucapnya dalam hati.

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang