Chapter XVIII

5K 227 32
                                    

Seharian ini sikap Amelia membuat Rony uring-uringan, bagaimana tidak gadis itu selalu mengabaikan pesan darinya. Serentetan pesan yang ia kirim tak ada satupun yang dibalas ataupun dibaca.

Rony mencoba berpikir positif barang kali ponsel gadis itu kehabisan baterai dan mati tapi jika dipikir kembali pesan yang ia kirim sudah ceklis dua walaupun masih abu. Rony mengacak rambutnya kasar, jika dichat saja ia diabaikan mungkin Rony harus menemui gadis itu secara langsung.

Jam istirahat pertama Rony mencoba menghampiri gadis itu ke kelasnya dan mengajak Amelia ke kantin seperti biasanya, namun gadis itu beralasan sedang mengerjakan tugas yang sudah deadline yang secara tidak langsung menolak ajakan Rony. Lelaki itu lagi-lagi hanya memaklumi. Ia pergi kekantin seorang diri tanpa ditemani sang kekasih ataupun makan dengan bekal yang biasa Amelia buat, gadis itu tidak membuatkan bekal seperti biasanya yang membuat Rony kecewa.

Lelaki itu memang memiliki kesabaran yang cukup bisa diuji, jika orang-orang memiliki kesabaran setipis tisu tapi tidak bagi Rony, ia akan mempunyai kesabaran setebal kamus bahasa Inggris demi menghadapi mood kekasihnya. Lelaki pengertian yang sayangnya disia-siakan.

Tak cukup di situ meskipun ia makan seorang diri tapi ia tidak melupakan kekasihnya, ia memesan batagor kesukaan gadis itu untuk ia berikan nanti. Namun saat sudah sampai didepan kelas kekasihnya, gadis itu tidak ada entah kemana. Untungnya ada Nabila yang sudah berada dikelas jadi Rony bisa bertanya kepada gadis itu mengenai keberadaan kekasihnya.

"Nab." panggilnya didepan kelas.

Nabila mendongak dari bacaan buku ditangannya, "Eh, Kak Rony." ia berjalan kearah pintu.

"Ada apa, Kak? "

"Amel kemana, Nab? " tanyanya.

Nabila melihat kedalam kelas sebentar untuk memastikan dimana keberadaan temannya, seingatnya tadi Amelia ada dikelas tapi sekarang sudah tidak ada.

"Em, mungkin lagi ke kamar mandi, Kak. Tadi ada kok." jawab Nabila jujur.

Rony menghela napasnya, merasa frustasi namun ia tidak boleh menyerah sebelum mendapatkan maaf dari kekasihnya.

"Yaudah, tolong kasihin ini ya buat dia. Gue tau dia pasti belum makan." tutur Rony sambil menyerahkan seporsi batagor dan jus mangga kesukaan gadis itu.

Nabila menerimanya, ada sedikit rasa heran dalam benaknya. Namun Nabila memilih tidak banyak tanya, lagi pula ia tidak berhak mencampuri urusan orang lain. Setahunya kemarin Amelia dan Kakak kelas sekaligus teman kekasihnya ini sedang tidak baik-baik saja, sedang bertengkar lebih tepatnya.

"Iya, Kak. Nanti aku kasihin ke Amel." balas Nabila ramah.

Rony tersenyum tipis, "Thanks, Nab." ucapnya, Nabila mengangguk. "Sama-sama, Kak." balasnya.

Rony kembali ke kelasnya membawa perasaan kecewa, akan sampai kapan ia di diamkan oleh gadis itu, Rony sudah tidak kuat. Ia bingung.

Apa ia harus menuruti keinginan gadis itu untuk menjauhi Salma? Tapi Rony pikir itu suatu hal yang bodoh, ia tidak mungkin bisa melakukannya.

Menjauhi Salma dengan alasan ingin menjaga perasaan kekasihnya? Rony bisa saja melakukannya, tapi tidak untuk menjauhi seolah-olah membenci dan Rony tidak mungkin melakukan itu. Ia dilema, dan mengapa kekasihnya tidak mempercayainya apakah tampangnya terlihat seperti lelaki yang suka bermain dengan banyak hati? Tidak bukan.

Sementara Amelia setelah menerima pesan dari Bagas langsung bergegas melipir kehalaman belakang sekolah untuk berjumpa dengan lelaki itu. Mereka bercengkrama ria seolah tanpa beban, saling bertukar cerita dan canda tawa layaknya orang kasmaran pada umumnya.

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang