Chapter XII

5.3K 246 48
                                    

Salma bersembunyi diantara celah kelas yang menjadi perbatasan antara kelas sebelas dan duabelas. Gadis itu menyandarkan kepalanya pada tembok sedikit menengadah, napasnya naik turun sesekali masih terisak.

Salma mengerang pelan, kepalanya kembali berdenyut, nyeri sekali. Rupanya obat yang pagi tadi Salma minum tidak begitu ampuh. Buktinya kini tubuh Salma kembali terasa menggigil bercampur panas, Salma meriang. Sesekali ia bersin. Hidungnya gatal sekali.

Salma berkaca sebentar lewat ponselnya, ia mengenakan kacamata untuk menutupi matanya yang sembab. Dengan langkah berat ia mencoba untuk tetap kuat, "Sal, lo harus kuat sampai sore." ucapnya pelan pada dirinya sendiri.

Salma berjalan menunduk menelusuri lorong kelas, tak terasa ia sudah sampai. Ada Rony yang sudah duduk ditempatnya, Salma masuk dengan berat hati.

"Pagi, Sal." sapanya riang.

Salma menganggukan kepalanya seraya tersenyum tipis, "Pagi." jawabnya pelan lalu duduk.

"Tadi dianterin siapa? "

Salma menatap lelaki itu, "Temen."

"Gue baru liat, temen baru? "

Salma menggeleng, "Lama." Rony menganggukan kepalanya
Tidak ada percakapan lagi diantara keduanya, Rony sendiri mengeluhkan sikap Salma saat ini. Gadis itu sedikit pendiam, Rony jadi bingung sendiri.

Tak lama ada Paul yang datang, lelaki itu menyapa mereka. "Pagi Sal, Ron."

"Yoi, pagi. " kedua lelaki itu tos kepalan tangan, Paul beralih menatap Salma, ia menunjukan kepalan tangannya yang disambut dengan baik oleh gadis itu.

Paul lalu duduk diseberang Salma.

"Paul udah tau? " bisik Salma, Rony menggeleng ia tahu maksud gadis itu.

"Baru lo doang yang tau."

"Gak mau ngasih tau? "

"Biarin aja nanti juga tau sendiri."

Salma menghela napasnya, "Gimana semalem? Seru? " tanyanya, bodohnya Salma justru sengaja melukai dirinya sendiri.

Rony menatapnya, senyum lelaki itu kian melebar. "Seru, kayanya momen semalem jadi momen bersejarah deh buat gue. " balasnya antusias.

Salma mencoba untuk tersenyum seperti biasanya, "Gimana reaksi Amel pas lo nyatain perasaan lo kalo lo suka sama dia? "

"Awalnya dia kaya mau nolak gitu tapi..."

"Tapi apa? " Salma mengangkat sebelah alisnya.

"Tapi dia tetep nerima gue."

"Gak lo paksa kan? " candanya.

Rony mendengus, "Ya, nggak lah, Sal. Yakali."

Salma memalingkan wajahnya pelan untuk menarik napasnya yang kian sesak.

"Terus, dia bilang gak kalau dia juga suka sama lo? "

Pertanyaan Salma sukses membuat senyum lelaki itu luntur, ia jadi teringat. Apa gadis itu menyukainya juga? Mengapa Rony tidak bertanya saat itu? Rony menghela napasnya.

Rony menggeleng, "Enggak, gue gak nanya." jawabnya.

"Apa dia? " tambah Rony, lelaki itu mulai overthinking.

Salma menggeleng cepat, "Udah lo gak usah overthinking, kalo dia nerima cinta lo itu tandanya dia juga suka sama lo, Ron. Mungkin dia gengsi aja buat bilang, namanya juga cewek kan? " ucapan Salma cukup masuk akal, padahal Salma bisa saja mengompori lelaki itu. Sayangnya Salma tidak sepicik itu untuk mendapatkan apa yang ia mau, ia masih bisa berpikir sehat, mana mungkin ia tega merusak kebahagiaan Amel yang tentunya sebagai sesama perempuan.

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang