Chapter XXXIII

7.8K 356 37
                                    

"Jadi gitu, Sal."

Salma mengangguk-angguk mendengar penjelasan dari Paul, ia melirik Rony yang menatapnya dengan tatapan takut. "Maaf." cicitnya.

Salma tersenyum miring ke arah Paul. "Padahal kemarin gue gak usah terima cinta dia ya?"

Paul mengangguk, "Kayanya lo harus kasih paham sama itu bocah." ujarnya, melirik Rony dengan senyum tengilnya.

"Aku setuju sih, Kak." sahut Nabila.

Salma tersenyum miring pada Rony, "Gimana kalau gue putusin dia kalau udah satu bulan jadian? Terus gue selingkuhin dia? "

Paul dan Nabila kompak mengangguk, Rony mencebik. "Jahat kamu, Ca." ketusnya.

Semua orang tertawa termasuk Salma.

"Assalamualaikum." teriak seseorang.

"Suaranya kaya kenal? " gumam Rony.

"Itu Tito." jawab Salma enteng menatap Rony dengan senyum tengilnya.

Mereka Salma, Rony, Paul dan Nabila sedang berada dihalaman belakang rumah Salma. Berlibur ala-ala, membuat party garden kecil-kecilan. Tidak mewah, tidak ada dekorasi hanya ada tikar dan alat pemanggang sosis. Mereka duduk lesehan ditikar itu.

Sebenarnya ini juga atas inisiatif Paul, untuk merayakan. Hari jadi? Bukan, tapi mungkin sekalian. Kalian ingat Paul meminta Salma untuk mentraktirnya karena Salma berhasil menjadi juara satu dikelas? Inilah salah satu wujud dari traktiran Salma. Ia sebenarnya tidak mau, terlalu berlebihan sampai dirayakan sebegitunya. Tapi tak ada salahnya jika mengubah niat traktiran juara satu menjadi traktiran hari jadi. Itung-itung sedekah pikir Salma.

Suara teriak salam itu berasal dari luar rumah Salma, Salma buru-buru bangkit takut Tito terlalu lama menunggu.

Rony menahan tangannya, "Kamu ajakin Tito juga? "

Salma melihat Rony dari atas, sementara lelaki itu masih duduk bersila. Paul sibuk membolak balik sosis yang sedang dibakar diatas tungku kompor.

Salma mengangguk tanpa beban, "Iya, kenapa? Kan dia juga jadi temen deket kita sekarang."

Rony bangkit, "Lo duduk biar gue aja yang samperin. " ucapnya datar

Tanpa menunggu persetujuan dari Salma, Rony langsung berlalu membawa sedikit rasa kesal.

"Kenapa harus ngajakin Tito segala sih? " gerutunya sepanjang jalan.

Salma baru saja membuka mulut ingin berucap namun Rony sudah berlalu.

"Ngambek itu bocah, Sal." kekeh Paul.

Salma menggaruk kepalanya yang terbalut hijab, "Emang gue salah, ya? " herannya.

"Nggak salah sih. " balas Paul.

"Kak Rony cemburu itu, secara kan Kak Tito juga akhir-akhir ini sering deketin Kak Salma." Nabila ikut menimpali.

"Lo gak sadar, Sal? Tito suka sama, lo. Gue yakin itu, gelagatnya aja beda." ujar Paul, ia memindahkan sosis yang sudah matang kedalam wadah yang dipegang kekasihnya.

"Masa sih? "

Rony berjalan memasuki rumah Salma lewat pintu belakang, Tito rupanya sudah disambut oleh Ibu Salma.

Siska tak segaja melihat siluet Rony dari sebuah cermin. "Sini, Nak." titah Siska.

"Loh, ada lo, Ron? " kaget Tito.

Rony mengangguk singkat, "Iya, ada Paul sama Nabila juga dibelakang. Emang gak dikasih tau Salma? "

"Gue gak nanya."

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang