"Aarrgghhh.... Mas, sakittt... "
Salma berteriak, mengerang kesakitan. Rony sangat was-was, ia langsung bersiap membawa semua peralatan persalinan yang untungnya sudah disiapkan dari jauh-jauh hari. Rony berlari lebih dulu untuk menaruh semua barang-barang itu dibagasi mobilnya lalu ia berlari lagi ke kamar untuk menjemput sang Istri.
Perut Salma tiba-tiba kontraksi, padahal ini sudah larut malam. Rony panik bukan main, terlebih ini adalah hal pertama baginya. Ia bingung namun yang terlintas dipikirannya saat ini adalah membawa Salma kerumah sakit secepat mungkin agar segera mendapatkan pertolongan.Ia kembali ke kamar dengan napas memburu, ngos-ngosan.
Salma menangis tak karu-karuan merasakan perutnya yang teramat sakit, sakit yang luar biasa sakitnya bahkan Salma nyaris tak bisa menahan rasa sakit itu. Salma mengelus perutnya dengan lembut sambil mengatur napas mencoba untuk tenang.
"MAS, SAKIT... MAS. " rintihnya, berteriak.
Rony datang langsung menghampiri Istrinya. "Sayang, kita kerumah sakit ya. Kamu kuat jalan? " tanya Rony pelan, namun nadanya tersirat kekhawatiran yang luar biasa.
Salma bangkit dari kasur, Rony membantunya. Salma memegang pinggangnya yang rasanya seperti mau patah.
"Ya Allah, bantu aku Ya Allah. " rintih Salma dalam hati.
Salma terus menarik dan mengeluarkan napas agar rasa sakit akibat kontraksi itu sedikit mereda. Salma tak kuat lagi berjalan, ia payah. Salma akui itu.
Rony tak kehabisan akal, ia langsung menggendong Salma ala bridal style. Bobot tubuh Salma jelas lebih berat dari sebelumnya membuat Rony terengah bahkan hanya menggendong Salma menuju depan rumah mereka.
Rony sedikit menunduk, "Ca, maaf buka pintu mobilnya. "
Salma membuka pintu mobil itu, dengan hati-hati Rony menaruh Salma dibangku samping kemudi, Rony menurunkan sedikit kursi itu agar posisi Salma jauh lebih nyaman. Salma sesekali masih mengerang tak luput tangisnya tak berhenti sedari tadi, sungguh nikmat rasa sakit ini. Pikir Salma.
Rony langsung masuk ke pintu sebelahnya. Ia buru-buru melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Jam menunjukan pukul sebelas malam lewat mendekati setengah dua belas. Namun membiarkan Salma tetap dirumah bukan suatu hal yang benar, Rony takut terjadi hal yang tidak-tidak dengan Istri dan Cookies, calon anaknya.
Salma terus merintih, "Mas, sakit. "
Rony mengelus perut Salma, "Cookies jangan nakal ya, Nak. Kasian Bunda kesakitan. Ayah mohon kerja samanya, Nak. " pinta Rony, penuh harap.
Salma terus mengatur napasnya, rasa sakit ini mengapa semakin menjadi membuat Salma mencengkram kursi dengan kuat. Yang bisa Salma lakukan adalah berdoa dan...? Menangis tentunya.
"Ca, yang kuat sayang. Kamu bisa, kamu harus percaya kalau kamu bisa. Kamu kuat, Mas yakin itu. " afirmasi-afirmasi positif terus Rony ucapkan agar Salma tidak terlalu merasakan rasa sakitnya. Jika boleh memilih Rony lebih ikhlas jika ia saja yang menanggung rasa sakit itu, Rony tak tega benar-benar tak tega.
"Mas, ini sakit banget Mas. Aku gak kuat. "
"Sstttt....cantiknya Mas pasti kuat, kita berjuang sama-sama ya demi Cookies.
"Rony tak bisa menahan air matanya, melihat Salma yang nampak menggigit bibirnya, pasti rasanya sakit sekali.
Rony terus berdoa, berdzikir pada sang maha kuasa. Meminta agar Istri dan anaknya baik-baik saja.
Salma menarik tangan Rony yang semula mengelus perutnya, Salma menggigit tangan itu. Rony mengerang tertahan, sakit sudah pasti ia rasakan namun Rony berpikir sakit yang dialami Salma tak sebanding dengan rasa sakit akibat gigitan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're SPECIAL (END) Revisi
Teen Fiction#Karya 3 [Thiller Romance Fanfiction] Horornya tipis-tipis aja yaa ________________________________________ "Mulai sekarang kita temenan." "Lo gak takut sama gue?" "Lo gak boleh ngerasa rendah diri karena kelebihan lo itu, karena gue yakin gak sem...