Chapter VIII

5.1K 234 12
                                    

Langit yang cerah, terbentang awan yang indah. Burung-burung yang bertebangan kesana kemari menambah daya tarik tersendiri. Saat pertama membuka jendela, angin pagi yang segar langsung berhembus perlahan masuk memenuhi ruangan, membuat hati terasa sejuk dan nyaman. Cahaya matahari seketika masuk melalui celah-celah di dinding rumah, namun tidak menyilaukan mata sedikitpun. Terlihat titik-titik air yang kecil membasahi bunga dan dedaunan hijau. Kicauan burung dan kokok ayam jantan saling bersahutan. Rony menghirup dalam-dalam udara yang segar memberi semangat baru di hari yang baru. Semburat senyum terbit dari bibir pink alami lelaki itu. Terlihat sangat manis.

Rony sudah memakai seragamnya rapi tak lupa ia menyemprotkan parfum secukupnya. Ia tatap dirinya dari pantulan cermin, Rony menyugar rambutnya dan mengacaknya pelan.

Lelaki itu terlihat bersemangat sekali pagi ini, dengan langkah riang Rony menuju meja makan yang disana sudah ada Bunda dan Ayahnya.

"Pagi Ayah, Bunda." sapanya riang, ber hig-five dengan Ayahnya lalu mencium kening Ibunya dengan sayang lalu setelahnya ia duduk disamping sang Ibu.

"Anak Bunda ceria banget?"

"Iya, lagi bahagia banget kayanya si Abang." tambah Ayahnya.

Rony tersenyum malu, "Biasa aja, emang Abang kenapa? Biasanya juga kaya gini kan?"

Rengganis mengelus rambut putranya lembut, "Gakpapa, justru bagus kalo Abang ceria kaya gini."

Tak lama adik perempuannya datang, "Pagi, Ayah dan Bunda yang paling Adek sayang." sapanya tak kalah riang, ia mengecup pipi Ayah dan Bundanya bergantian lalu duduk diseberang meja berhadapan langsung dengan Ibunya.

"Jahat banget Abangnya gak disapa." rajuk Rony.

Gadis yang masih duduk dibangku kelas tiga Sekolah Menengah Pertama itu menunjukan deretan giginya, ia bangkit sedikit berlari kecil menubruk tubuh Kakak kandungnya setelahnya ia mengecup pipi Rony. "Pagi Abang jelek." ledeknya lalu ngibrit kembali ketempatnya.

"Tumben pake meluk-meluk segala, ada maunya ya lo? " selidik Rony, gadis bernama Regina yang kerap disapa Rere itu membrengut.

"Suudzan mulu lo, Bang. Sama Adik sendiri. "

"Udah-udah sarapan yuk, nanti kalian telat." lerai Bundanya.

Rengganis mengambilkan secentong nasi goreng dan meletakannya pada piring Suaminya lalu diatas nasi goreng itu ia tambahkan satu buah telur ceplok setengah matang.

"Abang mau diambilin? " tawarnya pada anak sulungnya, Rony mengangguk.

"Huh, dasar manja." ledek Rere.

"Iri bilang bos." sahutnya mengejek dengan senyum tengil.

Rere mendengus, "Udah gede kok masih manja." ledeknya lagi sambil mengambil nasi gorengnya.

"Abang, Adek kapan sarapannya kalau berantem terus? " lerai Ayahnya, Bundanya hanya menggeleng-gelengkan kepala. Sudah biasa melihat percekcokan Kakak beradik ini.

Seusai sarapan mereka harus kembali dengan aktivitasnya masing-masing, Rony dan Rere yang lanjut berangkat ke sekolah begitupun dengan Reynaldi Suami dari Rengganis yang harus berangkat bekerja. Sedangkan Rengganis sendiri juga harus pergi hari ini bersama rekan-rekannya yang lain untuk melaksanakan kegiatan senam yang diadakan dibalai kota setiap minggunya. Keluarga yang cukup produktif.

"Bang, gue nebeng ya? " pinta Rere.

Rony tentu saja menolak, "Gak bisa, lo punya kendaraan sendiri juga. Pake motor lo lah."

Rere memberengut, "Lagi males gue bawa motor, pelit banget lo jadi Abang. Padahal berlaku baik sama Adik sendiri itu pahala loh, Bang."

"Mulai deh dramanya." keluh Rony.

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang