Chapter XXII

6.1K 319 59
                                    

"Sekarang lo boleh seneng, Ron. Tapi cepat atau lambat gue bakal renggut kesenangan lo itu. "

Bagas membatin sambil menatap Rony dengan tatapan sinis.

Setelah makan-makan dan mengobrol santai mereka berpencar untuk mencari kayu bakar guna persiapan untuk membuat api unggun kecil nanti malam.

Salma memilih berpencar seorang diri guna mencari ranting-ranting kering, Salma sudah mengumpulkan beberapa ditanganya. Salma mengambil lagi dan lagi ternyata ditempat Salma ini banyak juga ranting-ranting patah yang sudah tua.
"Ca."

Siapa lagi yang memanggilnya dengan panggilan 'Ca' jika bukan Rony.

Salma menatap lelaki itu lalu bergumam kemudian melanjutkan kembali aktivitasnya memunguti ranting-ranting yang berserakan ditanah.

"Lo tadi ngomong apa sama Amel? "

Salma langsung berdiri tegak dari menunduknya, ia mengangkat sebelah alisnya. "Apa? Gue gak ngomong apa-apa." balas Salma santai.

"Dia nyuekin gue lagi, pasti gara-gara lo ngomong macem-macem kan? " tuduh Rony.

Salma berdecak, "Gue cuma bilang dia gak usah cemburu terus sama gue udah gitu doang."

Rony mendengus kasar, "Ca, lo bikin dia badmood tau gak? " ucapnya dengan nada sebal walau pelan.

Salma berdecih, "Baperan aja cewek lo, Ron."

Rony berdecak lalu meninggalkan Salma, Salma mendengus kasar. "Dasar bulol. " ledek Salma sedikit teriak namun Rony mengabaikannya dan memilih segera berlalu.

Salma geram sekali, "Gue bilang salah gak bilang juga tetep salah, si Amel maunya apa sih? Heran gue. " gerutu Salma sambil kembali memunguti ranting.

Malam tiba namun sikap Amelia masih sama hanya berbicara irit tak terlalu menggubris Rony. Mereka sedang duduk melingkar didepan api unggun kecil yang mereka buat sendiri dengan jarak yang lumayan tidak terlalu dekat.

Mereka bersenandung dan bernyanyi bersama karena Paul kebetulan membawa gitarnya.

"Ul, pinjem dong gitarnya." pinta Salma, Paul mengangguk menyerahkan gitar itu.

Tito mengambilnya lalu menyerahkannya pada Salma, "Thanks, To."

Tito tersenyum, "Lo bisa main gitar, Sal? " tanya Tito.

Salma mengangguk, "Bisa, gak jago tapi." jawabnya.

Musik syahdu terdengar dari petikan jari Salma yang mengalun dengan merdu ditengah indahnya malam yang ditaburi gemerlap bintang serta angin yang berhembus tenang menambah relaksasi nyaman.

Suara Salma mulai mengalun merdu menyanyikan lagu yang berjudul 'Pupus' lagu dari band legendaris Indonesia, Dewa 19. Suasana yang syahdu memancing Salma mengajak teman-temannya untuk sedikit bergalau ria.

Aku tak mengerti apa yang kurasa Rindu yang tak pernah begitu hebatnya
Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu
Meski kau takkan pernah tahu

Aku persembahkan hidupku untukmu Telah kurelakan hatiku padamu Namun kau masih bisu, diam seribu bahasa Dan hati kecilku bicara

Salma spontan menatap Rony yang juga tengah mendengarkan nyanyiannya, Paul menjadi saksi pilu tatapan Salma pada Rony namun detik selanjutnya Salma memalingkan wajahnya.

"Everybody singing." titah Salma yang membuat teman-temannya kompak menyanyikan lirik selanjutnya.

Baru kusadari
Cintaku bertepuk sebelah tangan
Kau buat remuk seluruh hatiku.....

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang