Chapter XXIX

6.6K 331 24
                                    

Hari demi hari berganti keadaan tangan Rony sudah jauh lebih membaik, perbannya pun sudah lama dibuka. Hanya saja benang jahitannya belum dilepas, tangan Rony berganti dengan dibalut plester kecil berwarna coklat muda.

Misi mencari tulang belulang Angel belum Salma dan Rony lakukan, mereka masih menunggu waktu. Lebih tepatnya Salma yang tak ingin buru-buru, seolah mengulur waktu agar Angel tidak pergi lebih cepat. Selain itu Salma beralasan sedang sibuk mengurus perlombaan disekolah.

Ya, hari ini dan seminggu kedepan class meeting dimulai guna mengisi waktu lapang sebelum pembagian hasil belajar selama enam bulan disemester ganjil.

Riuh didalam kelas dengan celoteh dan kehebohan beberapa manusia, Rony bersama Paul tergabung dalam tim futsal mewakili kelas mereka.

Futsal merupakan olahraga yang dimainkan oleh dua tim yang beranggotakan masing-masing lima orang yang bertujuan mencetak gol sebanyak-banyaknya ke gawang lawan. Futsal saat ini menjadi salah satu olahraga yang digemari di Indonesia dan juga menjadi alternatif permainan selain sepak bola.

Perlombaan futsal menjadi pembuka acara class meeting hari ini, berlanjut esok dengan perlombaan yang berbeda.

Semua siswa baik siswi sudah mengelilingi koridor sekolah berbentuk melingkar. Ah, tidak. Kotak lebih tepatnya. Kebetulan lapangan tempat biasa dilaksanakan upacara kini disulap menjadi lapangan untuk pertandingan futsal.

Sebagian pelajar sudah menyiapkan yel-yel untuk kelas mereka masing-masing guna membakar semangat para pejuang perlombaan.

Entah sebuah keajaiban atau memang sudah direncanakan tim kelas Salma melawan tim kelas Bagas kedua tim itu yang nyatanya melaju ke babak final pertandingan antara sesama kelas dua belas.

Sebelum pertandingan final dimulai para pemain dipersilahkan untuk mengambil masa istirahat selama setengah jam lamanya untuk mengisi energi mereka.

Lapangan masih riuh dengan suara suporter dari beberapa kelas.

Rony melangkahkan kakinya menuju pada Salma yang tengah terduduk dikoridor depan kelas.

Bangunan sekolah mereka sendiri berbentuk kotak dimana ditengah-tengah terdapat satu buah lapangan besar dimana segala kegiatan biasanya terlaksana disana. Setiap bangunan berdiri memanjang mengitari lapangan dengan tinggi masing-masing tiga lantai sama rata. Jadi semua siswa dan siswi yang menonton cukup didepan kelas mereka masing-masing.

Bangunan berjajar dilantai paling dasar dimiliki oleh seluruh kelas dua belas mulai dari jurusan IPS maupun IPA sehingga Rony tidak perlu repot-repot menaiki tangga kelantai atas untuk menemui Salma karena gadis itu tengah terduduk dikoridor depan kelas mereka yang langsung terhubung dengan lapangan.

Rony terduduk disamping Salma, mengatur napasnya yang masih terengah. Tanaman jangkung bertangkai yang dipenuhi dedaunan rindang yang ditanam disetiap penjuru sekolah membuat suasana sekolah ini terasa asri, sejuk.

Semilir angin membuat Rony mengibaskan kausnya yang basah oleh keringat berharap agar angin bisa mengeringkan baju itu kembali. Dingin terpaan angin menembus kulit perut lelaki itu yang sedikit tereskpose karena ia mengangkat kausnya untuk mengelap keringat dipelipis yang masih bercucuran.

"Kakinya lurusin jangan ditekuk nanti kram." peringat Salma, Rony menurut meluruskan kakinya.

"Tim kelas kita harus menang lawan tim kelas Bagas, Ca." ucap Rony sungguh-sungguh.

Salma tersenyum tipis, tengil. "Kenapa? Mau balas dendam ya sama cowok yang udah rebut cewek, lo? " kekehnya.

Raut wajah Rony berubah masam, "Lo gak mau kelas kita menang, Ca? Atau lo dukung kelas Bagas karena ada Tito? " keadaan berbalik, Rony tersenyum, tengil. Membalas Salma.

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang