Chapter IX

5.1K 246 30
                                    

Ditempat ini banyak berjejer beberapa tepung terigu dengan berbagai merk, Salma memilih yang akan ia butuhkan. Sementara lelaki sebaya dengannya sibuk memperhatikan sambil mendorong troli yang sudah nampak banyak diisi beberapa benda.

Salma menaruh bungkusan sedang berisi tepung terigu. "Masih ada lagi, Sal? "

Salma menatap lelaki itu selanjutnya ia menatap isi dari troli, mengecek semua kelengkapan bahan-bahan dan menyamakannya dengan catatan yang sudah ia list diponselnya.

Salma mengangguk, "Udah."

"Lo mau jajan gak? " tanya Rony.

"Hah? "

"Gue yang traktir."

Tanpa banyak kata Salma langsung meninggalkan lelaki itu yang membuat Rony tentu saja heran, namun memilih mengikuti gadis itu sambil mendorong trolinya.

Salma berhenti dideretan bungkusan mie pedas bertuliskan huruf korea, mie pedas kesukaan sejuta umat. Tapi tidak bagi Rony, menurutnya kadar kepedasan mie itu tidak manusiawi.

Gadis itu mengambil satu buah mie berukuran cukup besar, dari tampilannya saja Rony sudah tahu tingkat kepedasan makanan itu.

"Sal, lo hobi banget nyiksa lambung. Lo sadar kan? Ini mie pedes banget loh."

Salma tersenyum miring, mengejek. "Lo aja yang cemen, masa makan mie ginian doang gak bisa." balasnya.

Rony meraih bungkusan mie itu lalu menaruhnya kembali ketempat semula, Salma berdecak mengambil benda itu lagi.

"Yang lain aja, Sal. Itu kepedesan." larang Rony, "Lo kaya gak ikhlas gitu neraktir gue, Ron."

Rony menggeleng panik, "Nggak gitu, gue ikhlas kok. Tapi jangan mie yang ini, ini pedesnya gak manusiawi. Nanti lo sakit gue yang kena. Nanti gue diomelin emak bapak lu."

Salma berdecak, "Gak mungkin, kalo lo gak mau bayarin gue bisa bayar sendiri kok."

Gadis itu tetap bersikeras memasukan benda itu kedalam troli, Rony hanya bisa menghela napasnya pasrah. Lelaki itu mempersilahkan Salma untuk membeli beberapa jajanan lagi, Salma tidak menolak anggap saja itu imbalan dari jasanya membantu mengajari lelaki itu membuat kue.

Setelahnya Rony mendorong trolinya menuju kasir untuk berhitung, semua barang terkumpul dalam dua kantung plastik cukup besar. Rony membayarnya kemudian.

Salma membawa satu buah kresek agar Rony tidak kesulitan tentunya. Namun lelaki itu menepis tangan Salma pelan.

"Ini berat, lo jalan duluan." titahnya, "Sok kuat lo." cibirnya namun menurut berjalan lebih dulu menuju parkiran.

Saat sampai Rony menaruh dua kresek itu, ia mengambil motornya. Salma berinisiatif mengangkat kedua kresek itu, berat juga ternyata rintihnya pelan.

Rony terkejut, "Eh, eh, gue bilang juga apa, berat kan? Sini belanjaannya. " pintanya sambil meraih satu buah kantung plastik dan menaruhnya didepan tubuhnya, Salma naik menaruh satu kantung lagi diantara dirinya dan lelaki itu, Salma naik sambil memegang kedua bahu Rony untuk ia jadikan tumpuan.

"Udah? "

Salma mengangguk, "Ayo jalan."

"Sempit gak? "

"Lumayan, gakpapa masih kebagian duduk kok." Rony mengangguk lalu melajukan motornya.

Perjalanan pulang mereka dihiasi keheningan, Salma sibuk dengan kecamuk dikepalanya. Jujur Salma sakit hati tapi mau bagaimana lagi? Tidak ada yang bisa Salma lakukan selain menerima ajakan lelaki itu untuk mengajarinya membuat sebuah kue. Kalau niatnya memang byur untuk belajar tentu saja Salma akan senang sekali, sayangnya niat lelaki itu hanya untuk menunjukan ke-effortannya dalam menyiapkan perayaan ulang tahun tambatan hatinya.

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang