Chapter IV

5.8K 275 31
                                    

Sore menjelang semua anggota osis maupun anak yang akan dilantik menjadi anggota osis resmi diperintahkan untuk beristirahat dan membersihkan badannya masing-masing karena kegiatan akan dilanjut lagi nanti malam.

Tengah malam adalah puncak acara yang dibuat sehari semalam ini. Dimana semua anak yang akan dilantik diperintahkan untuk tidur lebih awal untuk menyiapkan diri. Karena ditengah malam nanti semua kakak-kakak kelas mereka akan membangunkan mereka secara paksa untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.

Dimana semua anak-anak yang akan dilantik dibuat menjadi beberapa regu dimana per regu diisi oleh lima orang. Dan masing-masing regu diminta untuk mengumpulkan bendera yang sengaja disebar diseluruh penjuru sekolah tentunya dengan berbagai jebakan yang tersedia. Untuk regu yang berhasil mengumpulkan sepuluh bendera akan diberi reward dan bukti pengesahan bahwa mereka sudah resmi menjadi bagian dari organisasi siswa sekolah.

Ada tiga anak gadis yang sedang cekakak cekikik dilapangan sana entah sedang mentertawakan apa, sementara teman mereka yang lain sedang sibuk membersihkan diri karena hari sudah menjelang maghrib.

Tiga anak gadis yang masih duduk di kelas sepuluh dengan tampilan sedikit centil itu mendapati teguran dari wakil ketua osis yang kebetulan lewat melihat tingkah mereka.

"HEH, KALIAN MALAH CEKAKAK CEKIKIK DISITU. UDAH MAU MAGHRIB KALIAN GAK TAKUT APA?!!! " tegurnya tegas. Salah seorang gadis disana menyahut, "SETAN AJA TAKUT SAMA KITA, KAK." balasnya sembrono. Sementara kedua temannya ikut tertawa, kurang sopan memang untuk anak yang baru kelas sepuluh tapi lagaknya sudah menyaingi kakak kelasnya.

"KALIAN NGELAWAN, YA. CEPETAN BERSIH-BERSIH KALAU GAK MAU SAYA HUKUM." peringatnya.

Ketiga gadis itu kompak berlari, "IYA, KAK." teriak mereka bersamaan.

Salma kebetulan mendengar semua percakapan itu, Salma meringis pelan merasa miris dengan attitude adik-adik kelasnya. Namun disatu sisi perasaannya mulai tidak enak, apalagi setelah mendengar salah satu jawaban dari gadis tadi.

Rony yang berada disampingnya menyenggol lengan Salma, "Kenapa, Sal? "

Salma masih menatap ketiga gadis yang kini sudah masuk keruangan yang memang diperuntukan untuk mereka.

"Perasaan gue gak enak, kayanya jerit malem mending gak usah diadain deh." serunya.

"Lo liat sesuatu? " tanya Rony. Salma menggeleng sambil memandang wajah Rony, "Perasaan gue gak enak aja, takut terjadi hal yang enggak-enggak nanti malem." jawab Salma.

Rony jadi bingung sendiri, pasalnya semua keputusan bukan ada pada dirinya melainkan ada pada sang ketua yaitu Bagas, Rony hanya bertugas sebagai anggota hanya bisa memberi saran dan semua keputusan nantinya ada pada Bagas.

"Nanti gue coba bicarain sama Bagas, sekarang lo mending bersih-bersih. Lo juga lagi dapet kan, bentar lagi malem takutnya kenapa-kenapa lagi. Soalnya 'mereka' paling suka sama darah apalagi darah mens. Lo kalo mau bersih-bersih minta anter sama temen yang lain atau sama Nabila kek, jangan sendirian. Gue tau lo gak sepenakut itu tapi lebih baik mencegah dari pada mengobati kan?" tuturnya lembut, Salma mengangguk patuh, "Iya." jawabnya.

"Bagus, jangan bandel ya soalnya lo masih sakit."

"Sejak kapan juga gue bandel? " tanya Salma.

"Iya Sal." balasnya lembut justru terdengar bernada ditelinga Salma. Salma mengulum senyumnya lalu Rony angkat bicara kembali.

"Yaudah, gue cari Bagas dulu. Semoga ada keputusan baru dan acara berjalan lancar sampai selesai." ucap Rony.

"Kalo ada apa-apa langsung hubungin gue." tambahnya.

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang