Chapter XXXVII

6.2K 355 69
                                    

"Halo, Dek?"

"Hah? Abang pulang sekarang." ucap Rony menggebu, tangannya ikut bergetar memasukan ponsel itu kembali kedalam saku celananya.

Jantungnya berdegup kencang, kalut.

Salma heran menatap lelakinya yang berubah panik. "Kenapa, Ron? Kok panik gitu? "

"Ca, kita pulang kerumah aku dulu ya? "

"Kenapa? Ada apa, Ron?"

"Ayah, Ca." suara Rony nampak bergetar.

"Kamu pegangan yang kenceng aku mau ngebut." titah Rony, Salma hanya bisa menurut dengan melingkarkan kembali kedua tangannya diperut Rony.

"Hati-hati." ucap Salma, setelahnya Rony langsung membawa motornya dengan kecepatan tinggi.

Lutut Salma sudah lemas sekali, ia hanya bisa memeluk Rony erat, memejamkan mata sambil merapalkan doa memohon kesalamatan untuknya, Rony dan juga Ayah Rony.

Secepat kilat Rony sudah sampai dikediamannya. Ia buru-buru masuk meskipun kakinya nampak kotor sekali. Salma mengekor dibelakang tubuh Rony.

"Bund." pekik Rony, ia melihat Ibunya dan sang Adik yang nampak menangis tergugu di depan televisi.

Rony langsung merengkuh keduanya, menenangkan. Padahal ia sama kalutnya. Salma yang melihatnya, ikut terharu. Salma ikut menitikan air matanya.

"Pesawat yang ditumpangi Ayah jatuh kelaut, Bang. " isak Rengganis dalam rengkuhan putranya.

"Bunda tau dari mana? "

"Tadi beritanya ditayangin di televisi. " jawab Rengganis dengan isakannya.

Rony menolak percaya begitu saja, ia menggeleng. Rony menahan air matanya agar tidak meluruh, ia harus kuat, tidak boleh cengeng.

Rony mengecup puncak kepala kedua bidadarinya bergantian. "Abang...Ayah gimana?" isak Rere.

"Sekarang kita kebandara buat cek bener apa enggaknya berita itu, ya." usul Rony dengan nada lembut. Tidak boleh panik, ucapnya berkali-kali dalam hati.

Rony melepas rengkuhannya, Rengganis mengangguk pelan, menuruti usul putranya.

Rere yang melihat kehadiran Salma langsung berhambur kedekapan Salma, gadis yang duduk dikelas tiga SMP itu menangis tergugu didekapan Salma. "Kak Sal, Ayah, Kak." isaknya.

Salma ikut menangis, ia mengelus punggung bergetar Rere. Sementara Rony membantu Ibunya untuk bangkit dari duduk lalu merengkuhnya kembali dari samping sambil mencium pelipis Ibunya. Rengganis berusaha menahan tangisnya, ia mengelus dada putranya. "Ayah pasti baik-baik aja, Bang." ia mencoba menguatkan putranya walaupun tak bisa dipungkiri semua kalimat yang ia dengar pagi tadi saat mengantarkan sang Suami ke bandara terus terngiang dipikirannya.

Aku titip anak-anak, ya.

Maaf kalau aku ada salah sama kamu.

"Mas, kamu harus bertahan." harap Rengganis dalam hati.

Salma mengelus punggung bergetar Rere lembut, "Yang sabar ya, Re."

"Aku takut Ayah kenapa-kenapa, Kak." isaknya.

Salma melonggarkan pelukan lalu menangkup kedua pipi Rere sambil menatap manik mata gadis yang tiga tahun lebih muda darinya itu. "Berdoa terus sama Allah, biar Ayah selamat dimana pun Ayah berada." petuah Salma lembut, ia menahan air matanya agar Rere tidak ikut bersedih. Rony menatap Adik dan kekasihnya bergantian.

"Kita ke bandara ya. Bunda, Adek, Ca. Ayok." ajak Rony, ia memapah tubuh Ibunya yang nyaris lunglai. Sementara Salma terus merangkul Rere untuk menguatkan.

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang