Chapter XXXVIII

6.7K 406 79
                                    

Rumah ini terasa sunyi, sepi. Rengganis, Rere dan juga Salma sudah terlelap dikamar yang sama karena kelelahan efek menangis.

Jam menunjukan pukul sepuluh malam, Rony belum kunjung terlelap. Rasa tak percaya, syok sekaligus tak menyangka masih membayang-banyangi Rony yang membuatnya tak bisa tertidur.

Hatchih..

Beberapa kali Rony nampak bersin-bersin, hidungnya gatal. Mungkin karena tangisan yang belum sepenuhnya keluar. Rony masih memendamnya hingga membuat kepalanya pening.

Ternyata berusaha baik-baik saja tidak mengenakan ya? Begitu pikir Rony.

Rony menuju halaman belakang rumah, duduk ditepian kolam ikan sambil menikmati gemericik air dari saluran pipa yang ada didalam kolam ikan berukuran lumayan besar itu.

Rony mengambil pakan ikan lalu menaburnya kepermukaan air. Tidak banyak ikan yang muncul, mungkin sebagian sudah tertidur?

Rony diam melamun, ia menatap bintang-bintang yang bertaburan dilangit sana. Sendu bercampur rindu. Jika ada rindu yang paling menyesakkan adalah rindu pada seseorang yang sudah tidak bisa kita peluk lagi raganya, sudah tidak bisa kita dengar lagi suaranya. Dan, ya. Dia sudah tidur untuk selama-lamanya.

"Ayah, Abang tau semua makhluk yang memiliki nyawa pasti akan meninggal. Tapi kenapa secepat ini, Yah? Padahal Abang belum bisa banggain Ayah. Ayah sekarang disana lagi ngapain, ya? " beonya seorang diri sambil menatap bintang yang paling terang.

Rony mengambil rokok, menyalakannya hingga tak terasa sudah habis lima batang.

Ia terbatuk, tersedak asap rokok yang ia hirup. Memang dasarnya bukan perokok, Rony sok-sokan merokok. Berdalih menghilangkan stress katanya.

Rony meringis pelan, kepalanya terasa berat sekali, pening. Ia memijit pelipisnya pelan.

"Ah, gini aja Abang udah lemah, Yah. Abang gak boleh sakit kan, Yah? Kalau Abang sakit siapa yang jagain dua bidadari Ayah? " Rony terkekeh sumbang.

"Eh, tiga sama bidadari Abang. " tambahnya.

Rony menunduk, memukul-mukul keningnya menggunakan kepalan tangan berharap rasa pusingnya hilang.

"Hey." tegur seseorang.

Salma terbangun merasa haus, ia beranjak kedapur untuk minum namun saat ia ingin kembali kekamar Renggganis dan Rere ia tak sengaja melihat Rony yang nampak tengah terduduk. Melamun.

Rony melirik Salma, ia tersenyum tipis. Ingat, pura-pura kuat.

Salma berjalan mendekat dengan raut heran, namun tak lama ia memaklumi mungkin lelakinya masih bersedih.

Saat sudah dekat mata Salma membelalak, ia terkejut melihat banyak sekali puntung rokok yang bercecer disamping lelaki itu.

"Kamu ngerokok lagi? " ucap Salma sedikit keras, kesal. Karena lagi-lagi lelakinya melampiaskan rasa kesal baik sedih dengan menghirup asap rokok.

Salma memunguti sampah rokok itu dan tak lupa membuang rokok yang masih utuh didalam kemasannya. Lalu Salma membuangnya ke tong sampah yang tak jauh dari tempat mereka berada.

Rony hanya diam, ia tahu pasti Salma akan marah.

Salma lalu duduk disamping Rony, "Ngapain ngerokok lagi? " tanyanya, tak santai.

Rony meliriknya tersenyum tipis, tipis sekali. "Pengen aja. " Rony lalu mengalihkan pandangan.

Hatchih...

Ia bersin kembali.

Salma menghembuskan napas pelan, "Kenapa masih diluar? Udara malem gak baik buat kesehatan. Masuk gih, udah bersin-bersin kaya gitu juga." titah Salma, kali ini nadanya santai.

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang