Chapter XLVI

6K 370 60
                                    

Mendengar kegaduhan itu Amelia keluar dari kelasnya, nampak masih lemas. Wajahnya semakin pucat.

Ia mendengar riuhnya suara-suara dari orang-orang.

"Kak Rony kenapa ya?"

"Iya, ya. Kok bisa gitu ya? "

"Kasian banget gak sih? "

"Tadi aku liat Kak Salma hijab sama roknya penuh darah, kayaknya darah Kak Rony deh."

Mendengar nama Rony juga darah membuat Amelia ikut panik.

Ia bertanya pada para gadis yang sedang berkumpul membicarakan kegaduhan itu didepan kelasnya. Amelia sempat tertidur dikelasnya sebentar, karena kepalanya berdenyut pusing. Mendengar suara berisik diluar membuat ia terbangun.

"Guys, ada apa ya? " tanyanya.

"Kak Rony dibawa kerumah sakit, wajahnya babak belur."

"Pingsan sih kayanya tadi."

"Babak belur?" beo Amelia.

"Iya, tapi gak tau juga kronologinya kaya apa. Tiba-tiba aja, dan langsung dibawa kerumah sakit."

Amelia membekap mulutnya, ia ingin kerumah sakit namun tiba-tiba perutnya terasa bergejolak, mual.

Amelia berlari kekamar mandi, menutup mulutnya. Ia masuk kesalah satu bilik kamar mandi, dan memuntahkan cairan yang berupa air liur saja. Bening.

Ia memukul-mukul perutnya pelan, merasa frustasi karena mual yang sudah tiga hari ini sering mengganggunya. Ia sudah meminum obat maag namun masih sama, apa ia harus berobat? Pikirnya.

Sepuluh menit sudah ia berada dikamar mandi, tubuhnya terasa lemas. Ia kembali kekelas, berhubung jamkos dan sekolah yang mendadak riuh karena kejadian yang menimpa Rony membuat semuanya tak kondusif. Semuanya dibuat penasaran dan bertanya-tanya.

Amelia hendak pulang saja, rasanya tubuhnya sudah tak kuat. Ia ingin pulang saja, tanpa pamitan berlalu begitu saja.

Saat sampai diparkiran Amelia bertemu Bagas, Bagas nampak memakai hoodie. Kupluknya ia tutup untuk menutupi luka lebam disudut bibirnya, untungnya tidak banyak.

Amelia sengaja berusaha tak melihat lelaki itu, mengabaikannya. Bagas datang mencekal tangan gadis itu, Amelia yang muak langsung menepisnya dengan kasar.

"Apasih, gak usah pegang-pegang ya. " ketusnya.

"Jangan ketus-ketus dong. " balas Bagas, lembut.

Amelia membuang muka, bukan salting tapi jijik.

Amelia menggelengkan kepalanya, pusing. Ia memijit pelipisnya sedikit meringis. Bagas tiba-tiba panik, "Mel, kamu gakpapa? "

Amelia nampak oleng sedikit, ia mencengkram lengan Bagas untuk menahan bobot tubuhnya.

"Mel, kamu pucet banget loh? Kamu sakit? " berundungnya.

Amelia tidak menjawab, tubuhnya semakin tak stabil. Bagas repleks merengkuhnya. Amelia meringis pelan sambil memijat pelipisnya.

Tak lama tubuhnya meluruh, pingsan. Untung Bagas menahannya. Dengan panik lelaki itu langsung menggendong Amelia ala bridal style kedalam mobilnya. Ia pergi dari sekolah, membolos.

Bagas membawa Amelia kekost-annya. Semenjak ia bertengkar dengan orang tuanya, ia sering menginap dikamar kost sesekali. Namun saat ini hubungannya dengan kedua orang tuanya sudah membaik, ia sudah pulang kembali kerumahnya. Makanya ia sudah membawa mobil lagi, fasilitasnya dikembalikan oleh orang tuanya namun berhubung kali ini ia bersama Amelia jadi Bagas membawanya ke kostnya saja.

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang