Chapter XXIII

6.8K 316 47
                                    

"SALMA RONY!!!"

Mereka semua menghampiri Salma dan Rony dengan khawatir.

Salma menunjukan telunjuk dibibirnya, mendesis pelan memerintahkan agar semua teman-temannya tidak berisik dan heboh malu dengan warga sekitar juga karena Rony yang masih terlelap.

"Sstt, jangan berisik. "

Paul menggeram tertahan, "Kalian gakpapa kan? "

Salma menggeleng, Tito menghela napasnya lega. "Alhamdulillah, Sal. Si Rony juga gakpapa? " tanyanya juga khawatir, ia melihat Rony yang masih terlelap sedikit terusik.

Sedangkan kedua pelaku yang membuat Rony nekat turun dari gunung hanya diam saja, Amelia tentu saja iba dan sedikit merasa tidak rela apalagi melihat Rony menjadikan paha Salma sebagai bantalan kepalanya. Sementara Bagas menatap Salma dan Rony acuh, congkak. Ia sama sekali tidak merasa bersalah baginya jika sesuatu yang sudah berhasil ia dapatkan sudah lebih dari cukup dari pada memikirkan orang lain.

Bagas membatin, "Kenapa gak tersesat aja sih kalian? Kalau gak dimakan macan kek." geramnya dalam hati lebih tepatnya ia benci sekali melihat Rony.

Ada dua versi orang mengenai pengaruh cinta, ada yang berubah baik karena cinta dan itu adalah cinta yang mengarah pada hal positif sedangkan ada pula orang yang berubah jahat padahal sebelumnya baik itu karena cinta yang berlandaskan obsesi dan sudah pasti akan mengarah ke hal negatif. Bagas sendiri bukan hanya cinta pada Amelia tapi sudah merambah ke obsesi, ia tidak perduli dengan keadaan di sekelilingnya ataupun keadaan teman-temannya. Ia hanya berpikir bagaimana cara mendapatkan apa yang diinginkannya.

Hidup dalam kungkungan kedua orang tua membuat hidup Bagas penuh tekanan dan selalu saja bertolak belakang dengan keinginannya dan selama itu pula Bagas hanya diam menurut mengikuti semua keinginan kedua orang tuanya, kita tidak bisa menyalahkan kedua orang tua Bagas yang mendidiknya demikian, mungkin mereka berpikir jalan ini yang terbaik untuk anaknya tapi mereka lupa mempertimbangkan keinginan anaknya dan Bagas sendiri selalu menurut karena tidak suka berdebat yang akhirnya ia akan tetap kalah. Dari segi pendidikan mungkin bisa orang tuanya kendalikan tapi dari segi cinta dan kehidupan pribadinya Bagas mempunyai hak untuk mengatur dan memperjuangkan itu semua. Meski ia sadar ia tidak diperkenankan menjalin cinta sampai lulus pendidikan nanti, bukan pendidikan SMA tapi pendidikan kuliah karena orang tua Bagas beranggapan jika anaknya menjalin cinta pasti akan menurunkan nilai akademik dan prestasi putranya. Bagas mencoba melawan arus yang dibuat orang tuanya sendiri demi berenang untuk mendapatkan kebahagiaannya.

Amelia menatap nanar pada Rony yang tengah terbaring, ingin rasanya ia kembali merasakan rengkuhan hangat lelaki itu namun ia sadar semuanya sudah terlambat. Apa ini yang dinamakan cinta datang terlambat? Seharusnya Amelia senang bukan karena sudah lepas dari Rony dan Rony pula yang menyudahi hubungan mereka. Tapi ada setitik rasa tak rela yang menggerogoti hatinya, ia kembali dilema.

"Aman kok, To." jawab Salma, Rony sedikit melenguh lalu membuka matanya perlahan.

Orang pertama yang Rony lihat adalah Salma, Salma tersenyum menatap Rony dari atas. "Bangun, yuk. Sarapan dulu." ucap Salma lembut.

Rony bangkit ia masih tak sadar jika teman-temannya yang lain sudah datang. Saat Rony membalikan tubuh ia terkejut. "Kalian? " herannya.

Lalu pandangannya pindah pada Amelia yang menunduk dan Bagas yang memalingkan muka dengan wajah datarnya. Rahang Rony kembali mengeras, tangannya mengepal kuat menatap nyalang keduanya.

Paul dan Tito langsung memeluk tubuh Rony dengan bersamaan, mereka tahu brodienya itu sedang tidak baik-baik saja. Paul dan Tito kompak menepuk punggungnya.

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang