Jika dibilang khawatir? Sudah pasti. Siapa yang tidak khawatir dan cemas menghadapi soal-soal ujian yang kadang tidak sesuai prediksi. Apalagi yang kita pelajari tak ada satupun berada dalam soal-soal menyebalkan itu. Mengapa tidak langsung lulus saja? Tidak usah bertele-tele dengan menjawab soal-soal itu?
Salma memang sedang uring-uringan. Try out di penghujung bulan februari ini sudah berlalu. Dan diawal bulan ketiga ditahun ini semua kegiatan pembelajaran membludak, mulai dari tugas praktik hingga beberapa pembelajaran tambahan yang membuat otak sumpek. Mengingat Salma pun harus banyak belajar untuk seleksi beasiswa itu. Kadang Salma mengeluh namun ia sadar tidak ada yang instan untuk bisa sukses bukan? Bukannya orang sukses sebelumnya pernah merasakan pahitnya perjuangan?
Salma memang cukup stress memikirkan semua hal yang harus dikejar secara bersamaan. Namun sejauh ini hari-harinya selalu terasa ringan, Salma tetap belajar untuk mempersiapkan beasiswa dan kelulusannya namun semuanya terasa menggembirakan karena kini...
Salma tengah berada dirumah Rony, bermain. Ah, tidak. Belajar! Sudah pasti. Sebenarnya Rere yang meminta, tapi tak apalah Salma juga rindu dengan Ibunda dan Adik kekasihnya itu.
Pembelajaran akan terasa membosankan jika hanya dengan terus membaca dan memahami, terlalu sumpek.
Rere mempunyai ide agar kedua Kakak-Kakaknya itu tidak berakhir stress setiap harinya. Mengingat ia pun sama harus berjuang dengan kelulusannya ditingkat Sekolah Menengah Pertama.
Ketiga remaja itu nampak sibuk dengan buku masing-masing, sibuk mengerjakan beberapa latihan soal. Rere nyeletuk tiba-tiba.
"Abang sama Kak Sal seleksi ujian beasiswa ke Swiss kapan? "
Salma dan Rony kompak meliriknya, mereka tengah terduduk diruang keluarga, didepan sebuah pintu kaca besar yang mengarah langsung pada kebun disamping rumah. Terlihat lebih segar agar tidak terlalu suntuk.
Salma menutup buku berisi beberapa soal itu, ia meregangkan tangannya. "Bulan tiga ya, Ron? "
Rony mengangguk, "Akhir bulan sih kayanya, Ca. Ya, intinya sebelum ujian nasional disekolah. Soalnya pengumuman diterimanya kan biasanya sebelum kelulusan disekolah. Jadi pas tahun ajaran baru kita udah bisa jadi maba disana. "
"Ciee, bentar lagi jadi maba sama jadi manten. " goda Rere.
Salma tersipu, "Apasih, Re. " Salma minum untuk menetralisir efek salting.
"Nanti gue pergi lo jangan kangen ya, Re."
Rere mencebik, "Kepedean lo, Bang. Siapa yang bakal kangen coba? Justru hidup gue tentram karena gak ada orang yang ngusilin gue terus. "
Rony mencolek dagu Adiknya, menggoda. "Yang bener? Nanti misuh-misuh, galau gak ada yang ngisengin lagi."
Rere menepis tangan Rony kasar. "Gak usah colek-colek emang gue sabun colek apa." ketusnya, Rony tertawa melihat itu.
Hati Salma menghangat melihat interaksi Kakak beradik itu, kadang ia iri karena rumahnya sepi. Mengingat ia adalah anak tunggal.
"Nanti lo kangen sama gue, Re. " goda Rony lagi.
"Nggak." balas Rere cepat.
"Masa? " nadanya sama, masih menggoda.
"Abanggg... " Rere merengek sebal yang membuat Rony terkikik geli melihatnya.
"Ron, Adiknya jangan digoda terus lah." tegur Salma, Rere yang merasa dibela oleh Salma langsung pindah posisi duduk lalu memeluk Salma.
"Yang bakal gue kangenin Kak Salma bukan lo, Bang." sungut Rere, sebal. Rony memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're SPECIAL (END) Revisi
Teen Fiction#Karya 3 [Thiller Romance Fanfiction] Horornya tipis-tipis aja yaa ________________________________________ "Mulai sekarang kita temenan." "Lo gak takut sama gue?" "Lo gak boleh ngerasa rendah diri karena kelebihan lo itu, karena gue yakin gak sem...