Bonus Chapter [flashback]

7K 341 62
                                    

"Mas, bimbing aku ya. Tegur aku kalau aku salah, aku tau aku bukan perempuan sempurna tapi aku akan mencoba menjadi Istri yang baik buat kamu. Kalau kamu udah gak cinta lagi sama aku bilang ya? Biar aku gak sakit hati. "

"Ca, setiap hari aku selalu dibuat jatuh cinta berkali-kali sama orang yang sama. Mana mungkin aku bisa gak cinta lagi sama kamu, kamu adalah definisi special. You are special, Ca. Kamu istimewa dan aku menyukainya. Jangan pernah berpikiran kalau aku bakal bosen atau gak cinta lagi sama kamu. Bukannya kita punya janji? "

"Teman hidup? "

Rony mengulurkan jari kelingkingnya, Salma menautkannya.

"Teman hidup gak akan...? "

"Ingkar janji. " sahut Rony.

Mereka sama-sama mengecup kepalan tangan mereka masing-masing, sementara jari kelingking mereka masih bertaut.

Rony mengecup kening Istrinya. "I love you, Istri. " ucapnya lembut.

Salma tersenyum. "I love you too, Mas Suami. "

Rony membenarkan posisi duduk Salma dipahanya, ada sedikit rasa pegal yang lelaki itu rasakan. Sementara Salma kini menyandarkan kepalanya didada Rony yang terbuka, kemeja Rony belum dikancingkan kembali. Rony meneguk salivanya, ingin meminta lagi tapi ini masih pagi. Bagaimana? Rony jadi gamang sendiri.

"Ca."

Salma bergumam, Rony menyuarakan isi hatinya. "Pindah yuk disini sempit."

Rony menyelipkan rambut Salma kebelakang telinga perempuan itu, tangannya turun memegang tengkuk, menariknya dengan pelan. Salma menahannya dengan kedua tangan yang ia letakkan didada Rony. Menghalau agar tidak semakin dekat.

"Mas." cicitnya saat wajah Rony sudah dekat bahkan napasnya saja sudah bisa Salma rasakan, ia gugup.

Rony menarik mundur tubuhnya, "Apa? "

"Ini masih pagi, Mas mau lagi? " tanyanya malu.

"Emang boleh? Masih sakit gak? "

Salma berdecak dalam hati, mengapa Rony bertanya seperti itu. Pipinya memerah, panas. "Dikit." cicitnya.

Rony mengelus bibir bawah Salma, rasanya tak tahan ingin menyantap bibir ranum itu. Namun ia tahan, bukan waktu yang pas pikirnya. "Maaf, ya. Aku kasar ya semalem? " ada rasa bersalah, apalagi semalam Salma sempat menangis. Rony jadi takut.

Salma menggeleng, ia harus mengutarakan ini walau harus menahan malu sebenarnya. "Kamu lembut, aku suka." ucapnya pelan. Mencicit malu.

Rony menarik sudut bibirnya, perasaannya lega. Setidaknya walau belum mahir ia tidak menyakiti Salma, kadang Rony berpikir bagaimana cara melakukannya tapi jika sudah praktek ternyata ilmu yang tidak pernah dipelajari itu datang dengan sendirinya, seperti ilham. Mungkin naluri alami?

"Tapi kamu kok nangis? "

Pertanyaan itu membuat Salma berdecak, bagaimana tidak menangis. Ah, sudah. Salma tidak mau membahasnya, malu.

"Sakit lah." jawabnya, ketus.

"Padahal belum masu--" belum sempat Rony berbicara penuh Salma sudah membekap mulut Suaminya, sembrono sekali mulut Suaminya itu, pikir Salma.

Rony tidak tahu saja jika Salma menahan malu setengah mati, apalagi ditambah membahas hal baru yang menurut Salma terlalu tabu untuk dibahas.

"Gak usah dilanjutin. " ketusnya.

Rony menurunkan tangan Salma, tersenyum usil. "Kayanya harus nyoba lagi, Ca. Biar mas--"

Salma membekap mulut Rony lagi, ia melotot yang membuat mata Rony menyipit karena tersenyum. "Sekali lagi ngomong gak aku kasih jatah sampai lulus kuliah. "

You're SPECIAL (END) RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang