47. Operasi

58 2 1
                                    

"Saya mencintai Arga."

Nayyara tentu saja terkejut dengan pengakuan Alice yang secara terang-terangan mengakui perasaannya terhadap suaminya.

Ada rasa takut di hati nya dan juga banyak pertanyaan di kepalanya. Apakah suaminya juga mencintai wanita ini? Apakah mereka sudah menjalin hubungan dari dulu? Atau wanita ini ingin merebut suaminya? Banyak pertanyaannya yang ada di kepalanya dan ia ingin segera mengetahui jawabannya.

"Jadi kamu mencintai mas Arga?" Tanya Nayyara dengan sorot matanya yang tajam.

"Iya aku sangat mencintai dirinya." Ucap Alice tenang seolah dia tidak melakukan sebuah kesalahan. Padahal yang di lakukan dia sekarang sudah melukai hati Nayyara yang notabenenya adalah istri dari Arga.

"Namun kamu tidak perlu khawatir, Arga tidak mencintai ku. Sekarang dia sudah menikah dengan mu dan sangat-sangat mencintaimu." Ucap Alice yang kini wajahnya berubah serius.

"Walaupun saya mencintainya, saya tidak akan merebutnya darimu. Dia lebih bahagia bersamamu. Saya sadar diri mungkin Arga bukan jodoh saya." Kini wajah Alice tampak sedih. Dia lalu duduk di samping Nayyara lalu menggenggam tangan Nayyara.

"Jadi tolong bahagiakan dia. Jangan kecewakan dia, melihat dia bahagia bagiku sudah cukup." Alice mendongak menahan airmata nya agar tidak tumpah.

"Apa kau serius dengan ucapanmu barusan?" Nayyara belum sepenuhnya percaya kepada Alice. Bisa saja ini hanya sandiwara yang dilakukan wanita itu untuk merebut suaminya. Entah darimana pemikirannya berasal tapi dia tetap takut hal itu terjadi.

"Saya ini wanita, punya harga diri. Buat apa mengejar laki-laki yang sudah beristri dan juga tidak mencintai saya. Saya menginginkan laki-laki yang juga mencintai saya. Jadi, saya tidak akan menggangu hubungan kalian." Dari mukanya Alice terlihat sangat serius, Nayyara mencoba melihat di matanya apakah adakah kebohongan. Namun sepertinya Alice sungguh-sungguh.

Akhirnya Nayyara menghela nafas "Baiklah saya percaya omonganmu, saya minta maaf karena salah paham. Jadinya suami saya yang jadi korban karena kesalahpahaman ini." Ada rasa bersalah di dalam diri Nayyara. Suaminya kecelakaan juga gara-garanya.

"Terimakasih kamu sudah mau mendengarkan saya. Arga kecelakaan bukan gara-gara kamu, tapi memang itu sudah takdir. Jadi jangan salahkan dirimu juga." Ucap Alice seraya menepuk-nepuk punggung Nayyara.

"Sekarang kamu fokus untuk menjaga Arga, dia butuh kamu ada di samping nya. Saya yakin dia akan kuat menghadapinya.

Novan tampak datang dengan membawa sekantong plastik makanan.

"Mau apa kamu kesini?" Tanya Novan pada Alice. Dia masih kesal dengan kejadian di apartemen. Walaupun Novan belum mengetahui hal yang sebenarnya terjadi.

Novan bahkan tidak menyangka tuannya  berbuat seperti itu dengan Alice yang membuatnya Nayyara patah hati dan pada akhirnya membuat Tuannya juga celaka.

"Saya hanya ingin mengetahui kondisi Arga."

"Buat apa gara-gara kamu semua jadi begini." Ucap Novan dengan nada tinggi.

"Kak sudah cukup, kita cuma salah paham. Dia tidak ada hubungan apa-apa dengan mas Arga. Tadi mereka cuma sekedar berpelukan untuk kepergian mas Arga." Jelas Nayyara.

"Kamu percaya begitu saja gitu?" Novan masih ragu.

"Iya kak, kalo di pikir-pikir berpelukan di negara ini sudah sangat wajar sekalipun itu lawan jenis yang tidak memiliki hubungan apa-apa. Aku saja yang tadi sangat cemburuan, apalagi di tambah mood ku yang lagi buruk." Nayyara berpikir seperti itu mungkin memang karena dirinya yang baperan saja.

Novan masih tidak percaya, insting nya mengatakan ada sesuatu pada Alice. Namun karena Nayyara seperti sudah mempercayainya, akhirnya Novan tidak memperpanjang perdebatan itu lagi. Dia akan menyedikinya sendiri.

"Baiklah kalau memang seperti itu, ini kamu makan dulu sayang sudah belikan makanan."

"Nanti saja kak aku tidak lapar, berikan pada kak Alice saja." Ucap Nayyara kembali pandangnya fokus pada pintu ruang operasi.

"Ah tidak terima kasih, saya sudah makan tadi." Ucap Alice.

"Dari semalam kamu belum makan, jadi ini sarapan dulu." Bujuk Novan lagi.

"Nanti saja kak aku tidak selera makan sekarang." Nayyara tetap kekeh tidak mau makan.

Tanpa di duga-duga Novan langsung menyumpal mulut Nayyara dengan sepotong roti. Memang terlihat kurangajar bagi seorang asisten melakukan hal itu pada nyonya nya. Tapi beda dengan Novan dan Nayyara yang sudah sangat akrab seperti adik kakak.

"Kakak apa-apaan sih." Nayyara terlihat kesal dengan pelakuan Novan.

"Kamu harus makan biar ada tenaga dan tidak sakit, kalau kamu sakit kamu tidak bisa jaga suami kamu itu." Kembali Novan menyuap sepotong roti lagi.

"Kak.. biar aku makan sendiri." Ucap Nayyara kesal tapi pada akhirnya dia memakan roti itu.

Kejadian barusan tidak luput dari pandangan Alice, terutama pandangan tertuju pada Novan. Dia mencurigai Novan memiliki perasaan lebih pada Nayyara.

******

6 jam berlalu tapi operasi Arga masih belum selesai. Nayyara masih setia menunggu. Alice sudah pulang terlebih dahulu dan Novan entah kemana tadi pamit untuk mengurus suatu hal.

Hari mulai menjelang sore namun belum ada tanda-tanda operasi akan selesai. Nayyara kembali berdiri sambil mondar-mandir di depan pintu. Hal itu sudah dia lakukan sepanjang hari. Dia tidak tenang dengan keadaan suaminya di dalam.

"Mas kamu baik-baik saja kan di dalam." Gumam Nayyara.

Tiba-tiba pintu ruang operasi terbuka dan muncul seorang perawat. "Dengan keluarga pasien pak Arga?" Ucapnya dengan bahasa inggris.

"Iya saya istrinya bagaimana keadaan suami saya?" Tanya Nayyara sangat cemas.

"Pasien sudah di bawa keruang ICU, untuk lebih jelasnya lagi dokter akan menjelaskannya. Biar saya antar ke ruangan dokternya."

Padahal Nayyara ingin sekali menemui suaminya, namun ICU? Apakah suaminya kritis? Nayyara langsung khawatir dengan kondisi suaminya.

"Baiklah tolong antar kan saya."

Sesampai di ruangan dokter yang menangani operasi suaminya. Tampak wajah dokter yang terlihat sedih.

"Gimana dok kondisi suami saya?" Tanya Nayyara.

"Begini Bu, operasi yang di lakukan barusan lancar semua tulang yang patah sudah kami sambung dengan pen tetapi, karena benturan keras yang terjadi di kepalanya mengakibatkan sedikit keretakan pada tulang tengkorak yang mengakibatkan pasien sekarang kritis." Jelas dokter itu hati-hati.

Nayyara sangat terkejut mendengarnya? "Dok apakah suaminya saya bakal selamat?"

"Kami akan melakukan semaksimal mungkin agar pasien selamat."

"Tolong lakukan yang terbaik dokter."

Setelah Nayyara berbicara beberapa hal dengan dokter dia keluar dari ruang tersebut. Rupanya Novan sudah menunggu di luar.

"Nay gimana hasil operasinya?" Tanya Novan penasaran.

"Operasinya lancar tapi mas Arga sekarang kritis." Tangis Nayyara pecah. Novan langsung memeluk untuk menenangkannya.

"Sekarang mas Arga di pindahin di ruang ICU dan kita tidak boleh menjenguk nya." Nayyara sesenggukan di perlukan Novan.

"Kamu yang sabar, saya yakin tuan Arga bakal pulih dari masa kritis nya. Kamu sebagai istrinya harus kuat, sudah jangan sedih lagi." Ucap Novan sambil mengusap-usap punggung Nayyara.

"Kak kok kamu bau darah?" Tanya Nayyara tiba-tiba lalu melepaskan pelukannya. Dirinya seperti mencium bau darah.

"Kak kamu berdarah?" Tunjuk Nayyara pada noda darah di kemeja yang Novan gunakan.

"Ini...."

Bersambung.........

ARGANAYYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang