Arga dan Alice kini sedang berada di laboratorium yang menjadi pusat penelitiannya. Sudah beberapa bulan Arga dan Alice berkerja mati-matian untuk segera menemukan penawar untuk black ice. Dan hari ini mereka berada di tahap uji coba yang entah sudah tidak terhitung jumlahnya.
"Alice waktunya mengujinya lagi." Ujar Arga yang sejenak menarik nafasnya.
"Semoga saja kali ini kita berhasil." Ujar Alice yang penuh dengan harapan agar mereka bisa berhasil kali ini.
Kemudian Arga mulai mencampur kedua larutan tersebut.
Keduanya masih degdegan dengan hasilnya, sampai beberapa saat menunggu.
Berhasil.
"Arga ini kita berhasil kan?" Tanya Alice yang masih tidak percaya.
Arga juga masih diam mengamati dengan teliti agar dia yakin seratus persen uji coba ini berhasil.
"Bagaimana menurutmu?" Tanya Alice lagi.
Senyuman terbit di wajah Arga "Sepertinya kita berhasil kali ini." Ya dia yakin seratus persen kali ini uji coba penawar nya berhasil.
"Yeaaaaa..." Alice berteriak kegirangan dan langsung memeluk Arga.
Arga hanya diam, ia juga sangat senang karena usahanya berbulan bulan akhirnya berhasil.
"Tapi Alice, kita masih belum sepenuhnya berhasil. Kita masih harus memastikan bahwa penawar ini aman di tubuh manusia." Ucap Arga lalu Alice melepas pelukannya.
"Kamu benar, itu adalah langkah terakhir agar penawar kita bisa sempurna."
"Kita sudah tidak punya waktu banyak, aku akan mencoba pada diriku sendiri." Ujar Arga membuat Alice terkejut.
"Kau gila? Jangan lakukan itu. Kau itu ilmuan bukan monyet percobaan." Ujar Alice panik karena Arga memasukan cairan penawar itu kedalam suntikan.
"Sudah tidak ada waktu lagi." Ujar Arga lalu langsung menyuntikan cairan itu kedalam tubuhnya.
Alice melihat itu meringis, ia takut cairan itu belum sepenuhnya bisa di terima oleh tubuh manusia.
"Bagaimana apa kamu merasakan sesuatu?" Tanya Alice karena Arga hanya diam dengan tatapan kosong.
"Ya sedikit pusing, gatal pada kulit dan..." Ucapan Arga menggantung.
"Dan apa?" Tanya Alice yang kini sangat panik.
"Dan tidak ada masalah serius sepertinya pada tubuh saya, saya yakin ini aman di tubuh manusia." Ucap Arga kembali tersenyum.
"Serius? Aku rasa kau harus mengecek keseluruhan tubuhmu nanti."
"Ah iya nanti saya akan memeriksanya, sekarang saya harus pulang ke Indonesia untuk memproduksi penawar ini."
"Secepat ini? Kamu tidak ingin memeriksanya lebih lanjut?"
"Aku yakin seratus persen penawar ini ampuh, jadi tidak ada waktu lagi. Ribuan orang yang sedang merasakan sakitnya dan terancam nyawanya. Saya tidak mau banyak korban jiwa pada kasus ini." Keputusan Arga sudah bulat jadi hari ini juga di akan terbang menuju Indonesia.
*****
Sesampainya di apartemen Arga langsung mengemasi barang-barangnya yang akan dia bawa. Alice juga ikut dengan alasan membantu mengemasi barang-barangnya.
Sebelumnya dia mencoba menghubungi Novan namun entah mengapa semua nomor Novan tidak aktif. Padahal ada hal penting seperti ini sang asisten itu tidak bisa di hubungi.
Namun Arga tidak pikir pusing akhirnya dia mencoba menghubungi Dika untuk memberitahukan bahwa dia sudah berhasil menemukan penawar nya.
Dika teramat senang dengan kabar dari Arga tersebut dan meminta Arga untuk cepat kembali ke Indonesia karena semakin banyak korban yang terkena black ice.
"Jadi kamu mau balik sekarang?" Tanya Alice dengan raut muka sedikit sedih.
"Tentu saja saya tidak akan menunggu lama lagi untuk segera membuat penawar ini di Indonesia." Ucap Arga yang masih sangat sibuk mengemas beberapa barangnya.
"Ya sudah biar aku bantu" ucap Alice lalu membantu mengemas barang-barang yang akan Arga bawa. Sebenarnya ia sedih harus berpisah dengan Arga. Beberapa bulan terakhir ia senang bisa berdekatan dengan Arga. Awalnya ia ingin mengungkapkan perasaannya pada Arga. Namun dia sadar bahwa Arga kini sudah menikah dan Alice tidak mau menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka.
Kini semua barang sudah di kemas rapi di koper.
"Terimakasih Alice sudah membantu saya disini." Ucap Arga tulus.
"Iya Arga. Mmm Arga bolehkah aku minta sesuatu sebelum kamu pergi?" Tanya Alice dan di jawab anggukkan oleh Arga.
Tanpa di duga Alice langsung memeluk Arga dengan erat. Awalnya Arga ingin mendorongnya.
"Aku mohon biarkan seperti ini dulu, ini caraku untuk menahan rindu nanti." Ucap Alice yang kini sudah mengeluarkan air matanya.
Arga tidak membalas pelukannya, tapi ia membiarkan Alice memeluknya. Lama-lama Alice semakin menangis. Air matanya kini sudah membasahi kemeja yang Arga kenakan.
Karena tak kunjung berhenti menangis, Arga berinisiatif untuk membalas pelukannya dan mengusap-usap punggung Alice agar ia segera tenang.
Lama mereka berpelukan sampai Arga menyadari keberadaan orang yang dia tidak duga berada di tempat ini.
"Nayyara..."
Arga melihat wajah Nayyara kini terlihat datar namun di matanya kini terlihat ada rasa kecewa yang teramat besar. Nayyara berada di depan pintu yang terbuka, memang tadi Arga tidak menutup pintu apartemen.
"Maaf sepertinya saya mengganggu kalian berdua." Ucap Nayyara tersenyum lalu dia langsung pergi dari tempat itu.
Arga melepas pelukannya pada Alice lalu segera mengejar Nayyara. Di balik pintu rupanya ada Novan juga.
"Novan kenapa Nayyara bisa ada disini? Kenapa kamu tidak bilang pada saya."
Namun Novan hanya diam, wajahnya kini juga sama kecewa dengan Arga. Ya dia juga melihat Arga yang memeluk Alice yang membuatnya jadi salah paham.
Karena tak kunjung mendapatkan jawaban akhirnya Arga memutuskan mengejar Nayyara terlebih dahulu.
"Nayyara ini tidak seperti yang kamu liat."
"Jangan salah paham dulu."
"Mas bisa jelaskan."
Ucapan Arga sama sekali tidak di dengarkan oleh Nayyara yang berjalan keluar apartemen.
Nayyara tidak menyangka dirinya akan melihat pemandangan yang membuat hatinya sakit. Jauh-jauh dari Indonesia dengan berbagai macam kendala dan masalah pada perjalanannya membuat mood nya buruk, dan sekarang di tambah suaminya dengan jelas memeluk wanita lain di dalam kamar apartemen. Ah rasanya ia ingin sekali menangis namun ia tahan. Yang sekarang ada di pikirannya adalah ia ingin kembali lagi ke Indonesia.
"Nayyara tunggu jangan pergi." Panggilan Arga tak ia hiraukan, fokus nya kini pada taxi yang berada di seberang jalan. Ketika sudah sampai di samping taxi tiba-tiba terdengar suara seperti orang yang tertabrak.
Nayyara langsung membalikkan badannya dan ia seketika terkejut dengan orang yang tertabrak sebuah mobil yang melaju kencang.
Mas Arga.
Nayyara sampai tidak bisa berkata-kata, ia langsung berlari menuju sang suami yang sudah tergeletak di tengah jalan bersimbah darah.
"Mas bangun mas, aku nggak akan pergi jadi kamu juga jangan pergi" Nayyara mengangkat kepala Arga agar berada di pangkuannya. Walaupun penuh darah Nayyara tidak peduli itu, yang ia takutkan suaminya akan pergi seperti ayahnya yang sudah meninggalkan ia dulu.
"Nay ma-af..." Lirih Arga.
Bersambung..........
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGANAYYA
RomansaNayyara adalah seorang gadis yang baru saja di tinggal pergi ayahnya dan ayahnya memberi amanah untuk menikah dengan orang yang dia panggil tuan Muda. Awalnya Nayyara menolak karena ayahnya meninggal karena melindungi orang itu dan Nayyara juga suda...