"Jika kamu berpikir bahwa dia hanya lah sosok yang dipaksakan untukmu, maka aku adalah orang pertama yang akan berkata tegas kepadamu bahwa dia adalah bulan yang berusaha bersinar di langit malam untuk menjadi pemeran utama diantara ribuan bintang. Jadi, cukup berhenti dan jangan pernah mencoba jika kamu memang tak sanggup untuk melindunginya dengan segala hiruk piruknya kehidupannya."
-Haidar Yahya Tsani-
*
*
*3 tahun yang lalu.
Aku terdiam terisak saat menatap indahnya dunia nan menyimpan banyaknya rasa kelam di dalamnya. Rasa sakit itu masih ada, bahkan dengan segala kebahagiaan yang kucoba mati-matian untuk kupertahankan. Kutatap kembali refleksi diriku di depan cermin nan telah retak dan anehnya masih terasa menyakitkan bagiku. Lantas kugapai ponsel di atas nakasku dan ku cari salah satu nomor yang menjadi kontak daruratku kala itu. Lucu ya, bahkan nomor anggota keluargaku pun tak satu pun kujadikan kontak darurat di kala duniaku telah dihancurkan oleh banyaknya ekspetasi.
"Halo Assalamualaikum," gumamku pelan.
"Waalaikumsalam Zhafiy cantik, kenapa?" terdengar suara Haidar di ujung panggilan yang membuatku merasa tenang.
"Kak, aku mau ketemu."
"Tiba-tiba?"
"Iya, kak Haidar sibuk gak?"
"Enggak juga sih, ini aku lagi jalan sama si Hikam buat beli barang-barang yang bakal aku bawa ke Jepang."
"Bisa jemput aku nggak?'
"Bisa banget, 20 menit ya. Tunggu aku!"
Aku mengangguk pelan saat mendengar ucapan itu. Entah mengapa perasaanku sedikit tenang walau pun rasa sakit itu masih terasa begitu hampir membunuhku. Ku tatap sekali lagi wajah kacauku sebelum kututup rambut panjangku kala itu dengan hijab dan keluar dari kamarku.
"Mau ke mana kamu?!" tanya Adnan tegas.
"Ke mana pun hingga aku ga bertemu dengan orang-orang yang hanya menjatuhkan semua mimpi dan ekspetasiku!" balasku dingin sebelum berjalan meninggalkan ayahku yang hanya berdiri di tempat tanpa mengeluarkan sepatah kata apa pun lagi.
"Masyaallah cantiknya bidadari ini," goda Haidar saat aku keluar dari rumahku dan mendapati sosoknya yang sudah menungguku di sisi mobilnya.
"Ayo kak!" ajakku langsung memasuki mobilnya.
"Hai Zhaf," suara itu dengan cepat membuatku menoleh ke arah kursi penumpang di belakangku dan mendapati dua orang yang begitu ku kenal.
"Kok ada kalian?"
"Mereka maksa buat ikut," balas Haidar sebelum menjalankan mobilnya.
"Zhaf, ga baik kalo keluar cuma berdua aja, bisa menimbulkan fitnah loh," ujar Elsha yang membuatku semakin frustasi dibuatnya.
"Jadi bu boss, kita mau kemana?" tanya Hikam dengan entengnya.
"Aku mau ke rumah Raifa."
"Kamu ada masalah ya?" pertanyaan Haidar dengan sentuhan lembutnya di kepalaku membuatku menatapnya dengan perasaan yang tak mampu kudeskripsikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is not Cleopatra
Любовные романы"Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah yang terbaik untukmu! Dan karena itulah, kalbu seorang pencinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya."-Rumi ----- "Tuhan sedang menarikmu menuju apa yang menjadi rencana-Nya," ucapan itu memb...