Semesta dan Kisahnya

33 3 0
                                    

"Jika aku boleh jujur, aku lebih menyukai malam dengan segala kesunyiannya dibandingkan dengan senja dengan segala keindahannya. Aku tahu, senja adalah salah satu objek yang indah. Tapi, aku mencintai malam tanpa membenci senja dengan segala pesonanya."

-Zhafira Aisyah Farida-


*
*
*

(Malcolm, Boston)

Suasana begitu hening dan teduh saat Syeikh Abdullah menyampaikan materi dengan begitu jelas. Aku sempat mencatat beberapa poin-poin penting yang Syeikh Abdullah jabarkan, begitu pun dengan Abigail yang terlihat begitu serius menyimak penjelasan beliau. Beberapa kali ia juga meminta penjelasan dariku soal beberapa istilah agama islam yang tak ia pahami. Bahkan gadis cantik itu mencatat penjelasan kami di buku catatan kecilnya yang dipenuhi catatan-catatan yang ia kumpulkan dari agama lainnya.

"So, do you have any question for our lessons today?" tanya Syeikh Abdullah.

"Me!!!" Abigail secara cepat mengacungkan tangannya seakan ia benar-benar ingin memahami agama ini dengan sangat matang.

"Sure, lady. What's your question?"

Abigail bangkit dari duduknya dan menatap Syeikh Abdullah dengan tegas dan pasti. "Saya terlahir dari keluarga Katholik yang taat dan saya adalah seorang Katholik, sebelumnya saya bertanya kepada guru mengenai apa yang guru jelaskan.”

Tampak Syeikh Abdullah tersenyum mendengar ucapan Abigail hingga terlihat sederetan gigi putih dan rapi beliau.

“Silahkan, lady,” ucap lembut guru kami.

“Sebelumnya, tolong dikoreksi apabila saya salah. Guru menjelaskan kepada kami tentang arti Tauhid dan pentingnya istilah tersebut untuk dipegang erat dalam hati setiap umat. Seperti yang saya katakan, saya adalah seorang Katholik namun saya sedang mencari arti Tuhan dalam hidup saya. Lantas mengapa kami harus memegang Tauhid di kala kami sendiri tidak pernah melihat Tuhan. Apa arti Tauhid dalam kehidupan kami jika Tuhan saja tidak pernah menampakkan diri-Nya di hadapan kami. Saya adalah seorang mahasiswa Astronomi, dan saya butuh jawaban yang menjawab pertanyaan saya tentang bagaimana alam semesta tercipta menurut islam. Dan tentu saja itu tak akan jauh dari campur tangan Tuhan, tapi saya butuh jawaban ilmiah yang mampu dijawab oleh islam sehingga menjadi penengah antara sains dan ilmu ke-Tuhanan. Terima kasih,” jelas Abigail sebelum duduk kembali disebelahku.

“Kamu hebat Abigail,” bisikku pelan di sampingnya.

“Apakah guru akan marah dengan pertanyaannku?”

Aku tersenyum lebar seraya menatapnya dengan tatapan kekaguman. “Untuk apa beliau marah?”

Terlihat wajah khawatir Abigail saat menatapku. Ada kerutan tipis di sisi matanya yang menampakkan bahwa gadis ini sangat ketakutan dengan apa yang baru saja ia katakan di hadapan Syeikh Abdullah.

Beberapa saat sebuah keheningan terjadi setelah pertanyaan tak tertebak yang Abigail ucapkan. Bahkan wajah teduh Syeikh Abdullah tak mampu kami tebak sebenarnya apa yang sedang beliau pikirkan. Namun, setelah itu sebuah hal tak terduga terjadi saat ada kilauan kekaguman dalam manik mata coklat indah beliau beserta senyuman lebar diantara bibirnya yang menampakkan gigi-gigi seri beliau yang terlihat putih dan rapi.

Subhanallah,” ucap beliau dengan perasaan penuh kekaguman, “anda sangat cerdas, Lady.”

“Guru tidak marah?” gumam Abigail menatapku dengan tatapan sedikit ragu.

She Is not CleopatraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang