"Hidup adalah campuran antara pahit dan manis, tetapi saat-saat pahit itulah yang membuatnya berharga untuk dijalani."
-Zhafira Aisyah Farida-
*
*
*(Yaman)
Desir pasir terdengar begitu syahdu dengan semilir angin yang menyentuh lirih kulitnya. Terik matahari terpancar dengan begitu kejamnya ke bumi tanpa mengenal rasa ampun. Seorang laki-laki dengan menganggap dirinya sebagai musafir cinta seakan tersesat dalam pelukan padang pasir yang memendar perasaan rindu akan sebuah senyuman indah yang hirap. Ia berjalan menyusuri padang pasir dengan beberapan buku di tangannya yang kertasnya mulai menguning karena termakan zaman. Waktu terus berputar kala mata indahnya yang memancarkan pesona sang pemilik nama itu menatap tajam bentangan nan luas itu seakan ia adalah seekor elang yang mencari buruannya.
"ماذا تفعل هنا يا يوسف؟"
Suara itu membuatnya menghentikan langkahnya dan menoleh. Matanya menatap gadis berparas elok itu tengah berjalan di tengah hamparan padang pasir yang sesekali menghempas indahnya khimarnya. Ia mungkin pernah bagaimana jika Haliza berada di tengah padangvpasir dengan paras sempurnanya bak Cleopatra? Dan pertanyaan itu terjawab saat ini. Ternyata padang pasir dan pesona gadis Timur Tengah sama sekali tak pernah gagal. Wajah indahnya dengan tajamnya tatapannya seakan mampu menghipnotis Yusuf sesaat. Mesir adalah saksi dari kisah cinta sang Nabi dengan istri Al-Aziz yang mulia, kisah cinta terindah sepanjang masa, tentang sabarnya seorang Yusuf dan tekat seorang Zulaikha yang dipersatukan Tuhan dalam hamparan padang pasir dengan indahnya Nil. Namun saat ini bukan lah Mesir yang menjadi saksi, melainkan hamparan padang pasir di bumi para kaum sholeh ini. Yaman dan saksi pedihnya luka dan indahnya mihrab dan dialog kepada Sang Pencipta.
"كيف عرفت أنني كنت هنا؟"
Tanyanya pada sang perempuan berparas indah itu.
"هل لديك مشاكل؟"
"لا أنا بخير"
Terdengar kekehan pelan Haliza kala menatap sosok itu dan berjalan mendekat. Ditatapnya banyak buku di tangan Yusuf dengan indahnya senyuman yang merekah indah di antara bibirnya. Hari kala itu terasa terik namun cukup menyejukkan kala perempuan itu menatap parasnya yang sempurna bak sang pemilik nama.
"Pasti bohong kan?" ujar Haliza yang membuat Yusuf menatapnya bingung.
"Apa maksud kamu?"
"Seorang Yusuf Althaf tidak akan berjalan di tempat ini sendirian jika tidak ada masalah," balas Haliza yang dibenarkan oleh hati Yusuf dengan segala pemikiran baiknya akan dunia.
"Aku bisa menjadi telinga untuk mendengar setiap masalahmu."Yusuf tak menjawab. Mata tajamnya menatap Haliza seakan ia mengerti mengapa gadis ini memiliki pesona Cleopatra dalam dirinya. Sosok tegas dengan jiwa kepemimpinannya seakan menjawab satu per satu pertanyaan dalam benak Yusuf. Tapi di belik semua itu, Yusuf dapat menemukan indahnya tutur kata dan pesona istri Al-Aziz dalam dirinya. Memang gadis Timur Tengah selalu membuatnya terpesona dengan segala kesempurnaannya.
"Yusuf?" panggil Haliza yang membuyarkan lamunannya.
"Astagfirullahaladzim."
"Jadi kamu benar-benar ada masalah ya?"
"Tidak Haliza," jawab cepat Yusuf. "Aku hanya... Sedikit ragu oleh banyak hal."

KAMU SEDANG MEMBACA
She Is not Cleopatra
Romantizm"Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah yang terbaik untukmu! Dan karena itulah, kalbu seorang pencinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya."-Rumi ----- "Tuhan sedang menarikmu menuju apa yang menjadi rencana-Nya," ucapan itu memb...