Nil dan Kisahnya

29 2 0
                                    

"Berikan tanganmu, dan mari langkahkan kaki menuju Allah."

-Muhammad Yusuf Alaudin Althaf-

*
*
*

Mesir begitu indah dengan bentangan nil yang sangat memukau. Zaidan dan Fariza tengah berdiri di balkon sebuah bangunan yang menampakkan pemandangan Nil dengan segala pesonanya.

"Boleh aku bertanya?"

Zaidan tersenyum sembari membelai lembut kepala sang istri yang tertutup khimar indahnya.

"Akeed Hayati, apa yang ingin kamu tanyakan?"

"Kenapa kamu memutuskan untuk menikahiku padahal kita tak pernah saling mengenal bahkan bertemu sebelumnya?"

"Saat kamu melihst Sungai Nil ini, apa yang terlintas dalam pikiranmu pertama kali?"

Fariza terdiam, mata indahnya menatap lurus ke arah Sungai Nil dengan segala ketenangannya. "Indah"

"Sama halnya saat aku melihatmu untuk pertama kali. Keindahanmu membuatku percaya arti kata 'takdir' yang telah Tuhan persiapkan untuk menjawab semua doa yang kupanjatkan di sepertiga malamku."

Mata Fariza menyipit yang menandakan indah senyumannya di balik cadar hitamnya yang terhempas angin kala mereka tengah berads di balkon. Matanya tajamnya masih menatap indahnya Nil di balik segala kisah sejarah yang tak akan pernah pudar oleh zaman. Tangannya tengah menata indahnya bunga aster dalam vas kaca yang ia letakkan di atas meja di balkon tersebut.

"Menurutmu, mengapa Yusuf memutuskan untuk memilih Zhafira?" tanya Fariza pelan masih menatap indah Nil di hadapannya.

"Sejak awal, Zhafira lah yang menjadi pemenang hati Yusuf walau pun ia mengatakan tak pernah mencintainya. Nyatanya kekaguman itu selalu menjadi hal yang paling utama dalam hatinya kepada Zhafira."

"Karena kekaguman itu membuat Yusuf tak ingin mendekati Zhafira?"

"Akeed Habibatil qalbi, karena rasa kagum itu,Yusuf selalu berpikir bahwa ia tak akan mampu menggapai sosok Zhafira. Karena itu, dia lebih memilih menyimpan dalam perasaannya dan melangitkan semuanya."

"Ternyata perasaan Yusuf seindah itu ya?"

"Kamu tau sayang, Yusuf pernah memacukan kuda di sepanjang Sungai Nil hanya untuk melupakan Zhafira."

"Lalu?"

"Ternyata dia gagal, selebar apa pun ia membuka hatinya untuk orang lain dan mulai mencintai seseorang selayaknya ia mencintai Hafsah, Zhafira tetap pemenangnya."

"Dia benar-benar mencintai Hafsah?" tanya Fariza yang membuat Zaidan mendekap lembut bahu istrinya.

"Satu tahun yang lalu saat kami menjadi volunteer di Yarussalem, Yusuf bertemu dengan Hafzah dan mereka saling mencintai. Yusuf mungkin tak pernah mengatakannya, dia tak pandai mengekspresikan perasaannya. Tapi tatapannya kepada Hafsah tak pernah bohong."

"Tapi mereka tak bisa bersama."

"Betul, sangat beresiko untuk menyatukan keduanya di antara kacaunya dunia saat itu. Itu lah mengapa dia pergi ke Mesir untuk menenangkan diri di Alexandria. Namun di kala dia mulai membuka sebuah buku dan membacanya, segala pengetahuan itu mengingatkannya kembali pada sosok Zhafira."

She Is not CleopatraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang