"Jangan pernah bandingkan kisah cintamu dengan kisah cinta yang ada di film. Karena kisah cinta kalian ditulis oleh penulis yang berbeda. Saat kisah cinta dalam film ditulis oleh penulis naskah, kisahmu diciptakan oleh Tuhan."
-Fariza Sabria Az-Zahra*
*
*(Massachusetts, Boston)
"Zian!" teriakku kala laki-laki itu tengah berjalan di sebuah taman.
Perlahan sosok sempurna itu menoleh dan menatapku dengan tatapan indahnya yang berhiaskan senyuman indah yang mampu menciptakan kedua lesung pipi sempurnanya. Menatap sosoknya yang begitu berseri entah mengapa hanya membuatku tersenyum dengan begitu leganya. Seakan aku membiarkan Askara menatap guratan kebahagiaan dan harapan dalam manik mataku. Aku berjalan mendekati sosok itu dengan pancaran senyuman yang menghiasi wajahku. Kusadari indahnya dedaunan pohon yang mulai menguning dengan semilir angin yang menghempaskan khimarku dengan indahnya.
"Ada yang bisa saya bantu, Zhafira?" tanyanya lembut dengan tatapan yang menunduk santun.
Aku menggeleng pelan masih dengan senyuman yang merekah.
"Aku hanya ingin bicara," ucapku sembari berjalan pelan di sampingnya. "Kamu mau kemana?"
"Saya akan pergi menemui Haidar untuk membantunya mendesain sebuah projek penelitian."
Aku mengangguk mengerti lantas menunduk pelan.
"Terima kasih, Zian."
Askara segera menghentikan langkahnya dan menatap ke arah langit yang berhiaskan indahnya dedaunan yang mulai menguning di sepanjang jalan.
"Ternyata kamu sudah menemukan jawaban dari setiap doa yang kamu panjatkan," gumamnya sembari merekahkan senyumannya.
Aku terdiam sembari merekahkan senyumanku. Tatapanku menengadah menatap indahnya langit berhiaskan dedaunan yang mulai menguning seperti apa yang dilihat Askara saat ini.
"Aku akan pergi," ucapku.
"Pergi? Kemana?"
"Menenangkan diriku."
"Kamu hanya butuh waktu untuk menerima segalanya."
"Kamu benar."
Aku menghela napas pelan sembari menunduk sebelum menatap Askara dengan binar penuh harapan dan rekaan senyuman yang menenangkan hatiku. Munafik jika aku mengatakan hatiku sudah lega dengan segalanya, tapi, aku harus mengejar banyak hal demi martabat banyak orang.
"Aku akan kembali ke Palestina sebagai seorang volunteer."
"Sampai kapan?" tanyanya.
"Sampai hatiku merasa lega."
"Senang mendengarnya," gumamnya dengan senyuman yang merekah. "Lalu bagaimana dengan program Magistermu?"
"Aku akan mengambil cuti beberapa saat sampai aku kembali siap untuk mengejar mimpiku."
Askara kembali tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is not Cleopatra
Romance"Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah yang terbaik untukmu! Dan karena itulah, kalbu seorang pencinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya."-Rumi ----- "Tuhan sedang menarikmu menuju apa yang menjadi rencana-Nya," ucapan itu memb...